76
tanggal 14 Juli 2011 tentang Rencana Kerja Renja Kementerian Kehutanan 2012. Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan PK-BLU
III C Direktorat Pembinaan PK-BLU, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, Bapak Wahyu Joko Susilo, meyatakan bahwa salah satu
permasalahan yang terjadi terhadap kegagalan peningkatan kinerja satker BLU adalah instansi Pembina Pusat lepas tangan terhadap satker sehingga
satker BLU tidak mampu memenuhi beberapa kewajibannya dan meningkatkan kinerja layanannya. Kesatuan gerak dan sinergitas antara satker
BLU dan instansi Pembina merupakan syarat mutlak dalam mewujudkan keberhasilan pembentukan BLU. Hasil wawancara dengan Kepala Bidang
Teknis BBTN BTS, Emy Endah Suwarni menyatakan bahwa persiapan pembentukan BLU BBTN BTS saat ini tinggal menunggu arahan dari pusat
di mana masing-masing satker telah mengalokasikan anggaran Persiapan Pembentukan BLU namun terkendala belum optimalnya arahan dari pusat.
Hasil wawancara dengan Kepala Balai TNK Sustyo Iriono dan Kepala Balai Besar TN BTS Ayu Dewi Utari yang menyatakan bahwa perangkat organisasi
pada satkernya siap melaksanakan PK-BLU.
5.3.2. Langkah-langkah Penerapan PK-BLU dan Implikasinya
Berdasarkan hasil analisis dan tinjauan permasalahan yang telah disebutkan di atas maka langkah-langkah yang dapat ditempuh adalalah sebagai berikut :
a. Penambahan tupoksi pengembangan bisnis pada satker UPT TN BLU yaitu
revisi pada P.03Menhut-II2007 dan penyesuaian struktur organisasi dan tata kelolanya. Sesuai dengan Permenpan Nomor : PER02M.PAN12007
tentang Pedoman Organisasi Satuan Kerja di Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan PPK-BLU menyatakan bahwa pembagian unit organisasi
harus memperhatikan sifat pekerjaan dalam organisasi dalam arti mendukung terwujudnya institutional coherence, namum tugas-tugas yang bersesuaian
tidak perlu dipecah-pecah ke dalam beberapa unit. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Biro Perum Perhutani Unit III,
Ir. Lies Bahunta, MSc pada awalnya Perum Perhutani juga tidak memiliki unit bisnis, namun karena pelaksanaan bisnis menjadi tidak fokus maka
dibentuklah Kesatuan Bisnis Mandiri KBM di bawah Kepala Unit. KBM
77
dipimpin oleh seorang General Manager. Struktur organisasi KBM berkembang dinamis sesuai kebutuhan organisasi dan setelah terbentuknya
KBM, pendapatan menjadi meningkat secara signifikan yaitu Rp 9.031.402.828,- pada tahun 2007, meningkat sampai dengan Rp.
34.653.151.408,- pada tahun 2011 atau terjadi peningkatan pendapat sebesar hampir 400.
Untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang baru maka perlu peningkatan kapasitas SDM melalui Pelatihan-Pelatihan, Penambahan Jumlah maupun
perekrutan tenaga lepas. Berdasarkan hasil wawancara dengan General Manager KBM Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Bapak
Slamet, kekurangan tenaga juga terjadi pada unit kerjanya terutama untuk tenaga pemasaran. Hal ini diatasi dengan merekrut tenaga lepas yang handal
dan terus melaksanakan pelatihan-pelatihan dan penyegaran. Menurut Osborne et al 1996, pemerintahan dan bisnis adalah lembaga yang berbeda
secara mendasar. Pemerintah tidak bisa meraih efisiensi pasar seperti bisnis. Kenyataan bahwa pemerintah tidak dapat dijalankan seperti sebuah bisnis
tentu saja tidak berarti bahwa pemerintah tidak bisa mewirausaha. Pemerintah yang berwirausaha dapat menjadi pemerintahan yang lebih baik namun
membutuhkan keahlian yang lebih baik. b.
Untuk meningkatkan kinerja keuangan perlu dilakukan optimalisasi pendapatan dan efisiensi biaya Tabel 31. Optimalisasi pendapatan
dilakukan pada tupoksi yang direncanakan menghasilkan pendapatan dengan mengoptimalkan pengawasan pada sumber-sumber pendapatan, penyesuaian
tarif berdasarkan hasil survey kesediaan membayar bagi TN yang berpotensi untuk diterapkannya PK-BLU secara berkala guna mendukung penyesuaian
tarif sesuai biaya per unit layanan serta efisiensi pada sumber-sumber biaya Tabel 31. Menurut Walpole et al. 2000, kesediaan membayar wisatawan
mancanegara willingness to pay WTP pada tiket masuk ke TN Komodo dapat mencapai nilai tertinggi yaitu USD 32 atau setara dengan Rp. 304.000,-
dengan asumsi kurs 1 USD = Rp. 9.500,-
78
Tabel 31 Strategi peningkatan kinerja keuangan TN dengan PPK-BLU
No. Tupoksi
Strategi 1
Penataan Zonasi, Penyusunan Rencana Kegiatan, Pemantauan
Evaluasi Pengelolaan Kawasan TN Efisiensi Biaya
2 Pengelolaan Kawasan TN
Efisiensi Biaya dan Optimalisasi Pendapatan 3
Penyidikan, Perlindungan, dan Pengamanan Kawasan TN
Efisiensi Biaya 4
Pengendalian Kebakaran Hutan Efisiensi Biaya
5 Promosi, Informasi KSDAHE
Efisiensi Biaya dan Optimalisasi Pendapatan 6
Pengembangan Bina Cinta Alam serta Penyuluhan KSDAHE
Efisiensi Biaya dan Optimalisasi Pendapatan 7
Kerjasama Pengembangan KSDAHE
Efisiensi Biaya dan Optimalisasi Pendapatan 8
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan TN
Efisiensi Biaya dan Optimalisasi Pendapatan 9
Pengembangan dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Pariwisata
Alam Efisiensi Biaya dan Optimalisasi Pendapatan
10 Pelaksanaan TURT
Efisiensi Biaya
c. Kerjasama dengan pihak ketiga baik tenaga ahli dan konsultan dalam
Pemenuhan Persyaratan Administrasi seperti penyusunan Rencana Strategis Bisnis, Rencana Bisnis dan Anggaran, pembuatan SPM dan penyusunan Pola
Tata Kelola. Berdasarkan hasil wawancara dengan General Manager KBM Jasa Lingkungan dan Produk LainnyaPerum Perhutani Unit III Slamet
Winarto, Penyusunan Master Plan KBM dilakukan oleh pihak ketiga sehingga memungkinkan hasil yang lebih baik. Menurut Basuni 2009,
manajemen kawasan hutan konservasi menjadi lebih kompleks sejalan dengan munculnya konsep biodiversitas yang mencakup level genetik,
species dan ekosistem bahkan lanskap-lanskap. Implementasi konsep ini tentu saja membawa implikasi pada semakin banyaknya macam obyek dan
aktivitas konservasi serta semakin perlu untuk melibatkan banyak profesional yang berlainan dari banyak bidang keahlian yang berbeda yang bekerja ke
arah tujuan yang sama yaitu konservasi biodiversitas dalam kawasan hutan konservasi.
d. Optimalisasi alokasi sumber daya pada instansi Pembina pusat baik dalam hal
sumberdaya manusia, metode dan anggaran yang berkaitan dengan BLU guna mendukung perwujudan satker BLU.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksannaannya berupa pelayanan kepada masyarakat
dalam bentuk penyediaan barang danatau jasa dan kinerjanya dapat ditingkatkan melalui BLU. Dua tupoksi lainnya merupakan pelayanan sipil yang merupakan
kewajiban pemerintah. Hasil kajian terhadap persyaratan substantif dan teknis menunjukkan BTNK dan BBTN BTS memenuhi kelayakan untuk dikelola dengan
model BLU. Enam tupoksi diantara delapan tupoksi ysng menghasilkan barang danatau jasa, tercantum dalam Renstra Bisnis dan dirancang dapat menghasilkan
PNBP pada periode 2012 sampai 2016, di mana pada saat ini dua tupoksi diantaranya telah menghasilkan PNBP. Penjabaran enam tupoksi tersebut
terdapat 17 kegiatan berbasis daratan, tujuh kegiatan yang berbasis perairan dan laut serta 10 kegiatan berbasis darat danatau perairanlaut. Penelitian juga
menemukan bahwa dengan dua tupoksi saja pendapatan rata-rata TN dalam lima tahun terakhir meningkat. Lebih daripada itu, hasil proyeksi Analisis Biaya
Manfaat terhadap enam tupoksi pada BTNK dalam lima tahun ke depan menunjukkan kelayakan. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa TN sangat
mungkin dapat mandiri secara finansial melalui skema BLU.
6.2. Saran
Untuk merealisasikan TN Mandiri dengan skema BLU disarankan agar pengembangan bisnis ditetapkan sebagai tupoksi TN dan penyesuaian struktur
organisasi dan tata kelolanya. Untuk meningkatkan kinerja keuangan perlu dilakukan
penggalian sumber-sumber
pendapatan dan mengoptimalkan
pengawasan pada sumber-sumber pendapatan serta penetapan tarif berdasarkan hasil survey kesediaan membayar.