− bubur ayam yang berkuah tahan sampai 8 jam, sedangkan bubur ayam yang tidak berkuah tahan sampai 1 hari
2.8.4 Mekanisme Toksisitas Boraks
Mekanisme toksisitas terdiri dari dua fase. Fase pertama yaitu fase kinetik yang meliputi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan proses pembuangan ekskresi.
Pada fase pertama ini bahan toksik akan mengalami proses sinergestis atau antagonis. Fase kedua yaitu fase dinamik yang merupakan proses lanjut dari fase kinetik. Pada fase
dinamik, bahan toksik yang tidak bisa dinetralisir oleh tubuh akan bereaksi dengan senyawa hasil proses biosintesa seperti protein, enzim dan lemak dan hasilnya bersifat
merusak terhadap proses biomolekul dalam tubuh. Proses masuknya boraks ke dalam tubuh yaitu melalui oral dimana manusia
memakan makanan yang mengandung boraks. Kemudian boraks yang masuk ke dalam tubuh diabsorbsi secara kumulatif oleh saluran pencernaan ususlambung dan selaput
lendir membran mukosa dan sedikit demi sedikit boraks terakumulasi. Konsumsi boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat
mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga tidak dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian boraks didistribusikan lewat peredaran darah
oleh vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme xenobiotik di dalam hati juga tinggi terutama enzim sitokrom P-450.
Enzim ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah diekskresikan oleh hati. Lu, 1995.
Masuknya boraks yang terus menerus akan menyebabkan rusaknya membran sel hati, kemudian diikuti kerusakan pada sel parenkim hati. Hal ini terjadi karena gugus
Universitas Sumatera Utara
aktif boraks B=O akan mengikat protein dan lemak tak jenuh sehingga menyebabkan peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak dapat merusak permaebilitas sel karena membran
sel kaya akan lemak. Akibatnya semua zat dapat keluar masuk ke dalam sel yang dapat menyebabkan kerusakan sel- sel hati Hanna dkk, 2009.
Pada waktu sel-sel hati rusak, akan terjadi induksi enzim yang berada di dalam sel hati enzim intraseluler sehingga enzim intraseluler akan dilepaskan ke dalam
darah. Enzim tersebut adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGOT dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase SGPT. Peningkatan kadar SGPT dan SGOT
dalam darah dapat dijadikan indikator biologis tidak langsung untuk keracunan boraks. Di dalam darah, boraks mengganggu metabolisme asam folat dimana asam folat
sangat berperan dalam pembentukan darah. Berdasarkan hasil penelitian Landauer, di dalam tubuh ion boraks berikatan dengan Riboflavin Vitamin B2 dan akan
membentuk suatu zat komplek yang larut dalam air dan bersifat tidak aktif. Dengan adanya ikatan riboflavin-boraks ini, tubuh akan mengalami defisiensi riboflavin yang
dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam folat Rennie dkk, 1990. Dengan adanya gangguan metabolisme asam folat, maka pembentukan darah akan mengalami
gangguan sehingga darah yang terbentuk jumlahnya tidak normal. Akibatnya eritrosit, leukosit, dan hemoglobin mengalami penurunan Pangestiningsih, 1992.
Di dalam ginjal, boraks diekskresikan secara lamban. Adanya gangguan metabolisme sel dapat menyebabkan perubahan struktur sel. Perubahan yang terjadi di
dalam ginjal akibat mengonsumsi makanan yang mengandung boraks yaitu terjadi pembengkakan sel-sel endothelium kapiler glomerulus dan terjadi penumpukan lemak
pada sitoplasma sel epithelium tubulus kontortus proksimalis. Adanya pembengkakan
Universitas Sumatera Utara
sel karena sel-sel tampak lebih besar dan berhimpitan sehingga terlihat bengkak. Adanya senyawa toksik yang mengganggu enzim-enzim dalam sel dapat menyebabkan
penurunan penggunaan lemak sehingga akan menimbulkan akumulasi lemak dalam sel. Meskipun penumpukan lemak merupakan kerusakan yang masih bersifat reversible
kemampuan beradaptasi sel telah terlampaui, tetapi hal itu termasuk gangguan yang berat dan dapat menjadi perintis nekrosis Tabbu, 1991.
2.8.5 Dampak Boraks Terhadap Kesehatan