Uji Kualitatif Pemeriksaan Kandungan Boraks Pada Bubur Ayam

5.5 Pemeriksaan Kandungan Boraks Pada Bubur Ayam

5.5.1 Uji Kualitatif

Sesuai dengan Permenkes RI No. 1168 Tahun 1999 tentang Bahan Tambahan Makanan, di dalam makanan tidak boleh terkandung bahan tambahan makanan berbahaya seperti boraks. Berdasarkan uji kualitatif yang telah peneliti lakukan di Balai Riset Standarisasi Industri Medan pada 7 sampel bubur ayam, diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang mengandung boraks. Pengujian kualitatif dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu metode nyala api dan metode pewarnaan. Sebelum diuji dengan 2 metode, 100 gr sampel bubur ayam dicampur dengan 10 gr CaCO ₃ kemudian ditambahkan air supaya tercampur secara merata. Lalu sampel bubur yang sudah tercampur dengan CaCO ₃ dimasukkan ke dalam oven lalu diabukan di dalam tanur selama 48 jam hingga terjadi pengabuan yang sempurna. Ketika sampel sudah menjadi abu, abu tersebut diuji dengan metode nyala api dan metode pewarnaan dengan kurkumin. Dengan metode nyala api, sebagian abu ditambah sedikit asam sulfat dan metanol kemudian dibakar. Dari uji nyala api, diperoleh warna biru sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat boraks dalam bubur ayam. Metode yang kedua adalah uji pewarnaan dengan kurkumin dimana sampel abu tersebut ditambah air dan HCl 5 N sampai larutan bereaksi asam, kemudian disaring dalam cawan penguap. Kemudian ditambahkan 4 tetes larutan asam oksalat jenuh dan 1 ml larutan kurkumin 1 dalam methanol, lalu diuapkan di atas tangas air dan warnanya tidak berubah yaitu tetap berwarna merah cemerlang sehingga bisa disimpulkan tidak ada boraks pada sampel bubur ayam.Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua sampel Universitas Sumatera Utara bubur ayam yang dijual oleh pedagang bubur ayam memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No. 1168 Tahun 1999 tentang Bahan Tambahan Makanan bahwa tidak boleh ada bahan tambahan makanan berbahaya di dalam makanan. Berdasarkan hasil wawancara, semua bubur ayam yang diproduksi oleh pedagang bubur ayam selalu dipanaskan oleh beberapa pedagang bubur ayam di Kecamatan Medan Sunggal dan hampir semua pedagang bubur ayam memasak bubur ayamnya tidak sekaligus bubur ayam dibuat banyak, tetapi memasaknya secara bertahap. Dari hasil wawancara, pedagang A, B, D dan pedagang G hanya berjualan sampai jam 12 siang dan mereka hanya membuat bubur maksimal 1 kg saja dan jika bubur ayam tidak habis pedagang G biasanya membuang bubur tersebut karena buburnya basi jika sudah jam 12 siang.. Pedagang bubur ayam C, E, dan pedagang F memasak buburnya secara bertahap karena mereka berjualan dari jam 7 pagi sampai malam hari bahkan tengah malam. Ketiga pedagang tersebut biasanya memasak buburnya bisa sampai 3 kali dalam 1 hari. Mereka memasak pagi hari, siang hari, dan malam hari. Artinya ketika bubur ayam yang dimasak pagi hari sudah habis, maka ketiga pedagang bubur tersebut memasak lagi bubur ayamnya dan maksimal 1 kali masak adalah 3 kg beras. Ketiga pedagang ini hanya menambahkan garam secukupnya ke dalam adonan bubur. Pedagang C menambahkan jeruk nipis dengan alasan supaya bubur ayam terlihat pulen, berwarna cerah, dan awet. Dan jeruk nipis merupakan golongan asam sitrat yang bisa berfungsi sebagai pengawet makanan yang alami. Jika bubur ayam tidak habis biasanya pedagang C biasanya membuang bubur ayam, pedagang E biasanya mengonsumsi bubur ayamnya sendiri dan pedagang bubur F biasanya menyimpan bubur di kulkas tersebut untuk Universitas Sumatera Utara dijual kembali besok harinya dimana bubur ayam F bisa bertahan sampai 12 jam jika tidak dipanaskan. Daya tahan bubur ayam pada pedagang bubur ayam yang paling cepat adalah 6 jam tidak berkuah dan bubur ayam yang paling lama tahan adalah selama 12 jam tidak berkuah, sedangkan bubur ayam yang menggunakan jeruk nipis sebagai pengawet hanya bertahan 9 jam berkuah. Makanan menjadi cepat basi karena adanya aktivitas mikroba di dalam makanan. Bubur ayam tersebut hanya bertahan selama 6 jam karena di dalam bubur ayam tersebut sudah ditambahkan vetsin dan tidak selalu dipanaskan sehingga mikroba yang jumlahnya sedikit di dalam makanan, berkembang biak menjadi banyak sehingga makanan cepat basi. Selain itu, bubur ayam tersebut mengandung air sehingga dapat terjadi reaksi oksidasi dan menyebabkan bubur tersebut cepat basi. Bubur ayam yang menggunakan jeruk nipis basi dalam waktu 9 jam padahal jeruk nipis berfungsi sebagai pengawet. Hal ini dikarenakan sari buah jeruk nipis dalam jumlah tinggi dapat merangsang pertumbuhan bakteri dalam makanan karena jeruk nipis mengandung nutrisi penting seperti karbohidrat, protein dan vitamin sehingga memacu pertumbuhan bakteri di dalam makanan yang menyebabkan makanan menjadi basi dan ditambah kuah soto yang mempercepat proses makanan menjadi cepat basi karena santan tersebut tidak selalu dipanaskan sehingga masih mengandung air dan membuat bubur cepat basi. Bubur ayam yang paling lama tahan adalah 12 jam. Bubur ayam tersebut lama bertahan karena penjual hanya menambahkan garam saja ke dalam adonan bubur dan bubur selalu dipanaskan sehingga kandungan air di dalam bubur menguap dan bubur tidak cepat basi. Universitas Sumatera Utara Karena boraks merupakan bahan tambahan berbahaya yang tidak boleh ada di dalam makanan, maka cukup diuji kualitatif saja untuk mengetahui dalam sampel positif atau negatif mengandung boraks. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Hygiene Sanitasi dan Analisa Kandungan Boraks pada Bakso Bakar yang Dijual Disekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2012

16 119 107

Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Hasil Industri Pengolahan Tempe Yang Dijual di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012

26 125 90

Higiene Sanitasi dan Analisa Eschericia coli Pada Minuman Es Kelapa Muda Yang Dijual Di Taman Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2012

32 157 107

Higiene Dan Sanitasi Pengolahan Roti Pada Pabrik Roti Di Desa Kampung Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2009

47 324 85

Analisis Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Bakteri E. coli Pada Minuman Air Kelapa Muda Yang Dijual Di Kelurahan Lauchi Kecamatan Medan Tuntungan Medan Tahun 2013

5 77 133

Analisis Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Bakteri E. coli Pada Minuman Air Kelapa Muda Yang Dijual Di Kelurahan Lauchi Kecamatan Medan Tuntungan Medan Tahun 2013

0 2 15

Analisis Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Bakteri E. coli Pada Minuman Air Kelapa Muda Yang Dijual Di Kelurahan Lauchi Kecamatan Medan Tuntungan Medan Tahun 2013

0 0 2

Analisis Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Bakteri E. coli Pada Minuman Air Kelapa Muda Yang Dijual Di Kelurahan Lauchi Kecamatan Medan Tuntungan Medan Tahun 2013

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi - Hygiene Sanitasi dan Analisa Kandungan Boraks pada Bakso Bakar yang Dijual Disekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2012

0 3 34

Hygiene Sanitasi dan Analisa Kandungan Boraks pada Bakso Bakar yang Dijual Disekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2012

0 0 14