4. Dulsin Dulcin
5. Kalium klorat pottasium chlorate
6. Kloramfenikol chloramphenicol
7. Minyak nabati yang dibrominasi brominated vegetable oils
8. Nitrofurazon nitrofurazone
9. Formalin formaldehyde
10. Kalium bromat potassium bromate
11. Rhodamin B
12. Methanyl yellow
2.6 Zat Pengental
Thickeners and Stabilizers
Pengental makanan disebut juga hidrokoloid, gum, maupun polimer larut air. Prinsip kerja pengental adalah memodifikasi sifat air. Zat pengental adalah zat yang
berfungsi untuk memekatkan, menstabilkan, dan mengentalkan bahan makanan yang memiliki kandungan air sehingga membentuk suatu tingkat kekentalan tertentu
Cahyadi, 2009. Secara umum, kegunaan pengental pada produk makanan adalah sebagai berikut
Lisan, 2011: − Memperbaiki rasa dan tekstur pada makanan
− Pembentuk suspensi pada makanan − Penstabil campuran air dan minyak
− Bahan pengikat dalam produk makanan kering dan semi kering − Bahan pembentuk gel pada makanan yang membutuhkan fisik tertentu
Universitas Sumatera Utara
Biasanya, pengental digunakan pada produk makanan hanya dalam jumlah yang kecil, dengan konsentrasi 0,15 pada produk selai, 0,35 pada produk krim, dan 1-2
pada produk saus salad Lisan, 2011. Dua jenis pengental yang digunakan pada makanan adalah sebagai berikut
Lisan, 2011: 1.
Pengental Alami Adalah pengental yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan. Contohnya adalah
gum Arabic, alginat, karagenan, gelatin, pektin, dan casein. 2.
Pengental Semi Sintetis Adalah pengental yang diperoleh campuran bahan kimia dan bahan alami
organik. Contohnya adalah carboxymethylcellulose CMC, dextran, gellan. xanthan gum, dan beberapa turunan selulosa lainnya.
2.7 Zat Pengawet
2.7.1 Pengertian Zat Pengawet
Berdasarkan Permenkes RI No. 722MenkesPerIX1988 dan Katharina 2008, bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang berfungsi mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Menurut Cahyadi 2009, bahan pengawet adalah zat yang mampu menghambat, menahan, atau menghentikan, dan memberikan perlindungan bahan makanan dari
proses pembusukan. Pada dasarnya, prinsip pengawetan makanan adalah memberi perlakuan terhadap bahan makanan untuk mencapai salah satu dari tujuan pengawetan
makanan yaitu mengurangi jumlah awal sel mikroba di dalam makanan,
Universitas Sumatera Utara
memperpanjang fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan mikroba diperlambat, memperlambat fase pertumbuhan mikroba, dan mempercepat fase
kematian mikroba Abbas dan Nurwantoro, 1997. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu,
tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat
pertumbuhannya juga berbeda. Pada saat ini, masih banyak ditemukan penggunaan bahan-bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan seperti boraks dan formalin.
2.7.2 Jenis Zat Pengawet
Menurut Yuliarti 2007, zat pengawet terbagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Pengawet alami
a. Chitosan
Chitosan merupakan produk samping limbah perikanan, khususnya udang dan rajungan. Chitosan baik digunakan untuk mengawetkan ikan. Chitosan
dilarutkan dalam asam asetat kemudian ikan asin yang akan diawetkan dicelupkan ke dalam larutan tersebut. Chitosan bekerja dengan cara menekan
pertumbuhan bakteri dan kapang serta mengikat air sehingga dengan penambahan chitosan ikan asin akan bertahan selama 3 bulan. Penggunaan
chitosan sangat menguntungkan karena mampu mempertahankan rasa dan aroma ikan yang diawetkan.
Universitas Sumatera Utara
b. Karagenan
Merupakan bahan pengenyal yang terbuat dari rumput laut yang dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso, ikan asin, maupun mie sehingga
dapat dijadikan alternatif pengganti boraks. c.
Kalsium hidroksida kapur sirih Kapur sirih aman digunakan untuk bahan pengawet bakso dan lontong
maupun pengeras kerupuk serta berbagai jenis masakan yang lain d.
Air ki atau air abu merang Pengawetan mie basah dapat dilakukan dengan air ki. Air ki dapat
mengawetkan mie dengan aman karena diperoleh dari proses pengendapan air dan abu merang padi. Air ki juga cukup mudah dibuat sendiri yaitu
dengan cara membakar merang padi, mengambil abunya, serta mencampurkan abu tersebut dengan air dan kemudian endapkan.
e. Buah picung biji kepayang atau kluwak
Buah ini dapat mengawetkan ikan segar selama 6 hari tanpa mengurangi mutunya. Tanaman ini mempunyai nama sesuai tempat tanaman ini berada.
Untuk dapat memanfaatkannya sebagai pengawet, kepayang dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil cincangan tanaman ini kemudian
dimasukkan ke dalam perut ikan laut yang telah dibersihkan isi perutnya. f.
Bawang putih dan kunyit Penggunaan kunyit pada tahu dapat memberikan warna kuning, sebagai
antibiotik, dan mampu mengawetkan tahu agar tidak cepat masam. Namun
Universitas Sumatera Utara
kalau kita ingin tahu berwarna putih, dapat digunakan air bawang putih untuk merendam tahu agar lebih awet dan tidak cepat masam.
g. Jeruk nipis
Asam sitrat yang diperoleh dari jeruk nipis berfungsi sebagai pengawet dan antioksidan. Sifat asam jeruk nipis mampu mencegah pertumbuhan mikroba,
bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan bahan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, minyaklemak.
h. Garam Dapur
Sejak lama hingga saat ini garam digunakan sebagai bahan pengawet terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam
jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Produk pangan
hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan
disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar. Ikan pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk
pangan yang diawetkan dengan garam.
2. Pengawet Sintetis
a. Zat Pengawet Organik
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai dari pada zat pengawet anorganik karena pengawet organik lebih mudah dibuat dan dapat
terdegradasi sehingga mudah diekskresikan. Bahan pengawet organik yang
Universitas Sumatera Utara
sering digunakan adalah asam sorbat, asam propianat, dan asam benzoat, asam asetat, dan natrium benzoat.
Tabel 2.2 Bahan Pengawet Organik yang Diizinkan Pemakaiannya dan
Dosis Maksimum yang Diperkenankan Oleh Dirjen POM
Nama BTM Jenis Bahan
Makanan Batas Maksimum Penggunaan
Asam benzoat dan natrium
benzoat Kecap
Minuman ringan Margarin
Saus tomat 600 mgkg
600 mgkg 1 gkg, tunggal atau campuran
dengan asam sorbat dan garamnya 1 gkg
Asam propionat
Sediaan keju olahan Roti
3 gkg, tunggal atau campuran dengan asam sorbat dan garamnya
2 gkg
Asam sorbat Sediaan keju olahan
3 gkg, tunggal atau campuran dengan asam propionat dan
garamnya
Sumber: Permenkes RI Nomor 722MenkesperIX88 b.
Zat Pengawet Anorganik Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen
peroksida, nitrat dan nitrit. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah
pertumbuhan mikroba seperti Clostridium botulinum.
Tabel 2.3 Bahan Pengawet Anorganik yang Diizinkan Pemakaiannya dan
Dosis Maksimum Penggunaannya yang diperkenankan Oleh Dirjen POM
Nama BTM Jenis Bahan
Makanan Batas Maksimum Penggunaan
Kalium nitrat atau Natrium
nitrat Daging olahan;
daging awetan Keju
500 mgkg, tunggal atau campuran dengan K-nitrat atau Na-Nitrat
50 mgkg, tunggal atau campuran dengan K-nitrat atau Na-nitrat
Universitas Sumatera Utara
Kalium nitrit atau Natrium
nitrit Daging olahan;
daging awetan Korned kalengan
125 mgkg, tunggal atau campuran dengan K-nitrit atau Na-nitrit
50 mgkg, tunggal atau campuran dengan K-nitrit atau Na-nitrit
Kalium bisulfit, Kalium
metabisulfit, Natrium bisulfit,
dan Na- metabisulfit
Potongan kentang goreng beku
Udang beku 50 mgkg, tunggal atau campuran dengan
senyawa sulfit lainnya 100 mgkg bahan mentah; 30 mgkg
produk yang telah dimasak, tunggal atau campuran dengan senyawa sulfit lainnya
Sumber: Permenkes RI Nomor 722MenkesperIX88
2.7.3 Tujuan Penggunaan Zat Pengawet
Banyak cara yang telah dilakukan untuk mengawetkan bahan pangan, misalnya pengalengan makanan, diawetkan asinanmanisan dalam botol, pendinginan,
pemanasan, pengeringan dan penggaraman. Dalam melakukan pengawetan biasanya digunakan bahan kimia dan dewasa ini penggunaannya semakin bertambah karena
merupakan salah satu pilihan yang menguntungkan bagi produsen makanan olahan. Secara umum, alasan produsen makanan menggunakan bahanzat pengawet
adalah sebagai berikut Fardiaz, 2007: 1.
Memperpanjang masa simpan makanan Penambahan pengawet bertujuan untuk menghambat ataupun menghentikan
aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan khamir sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama. Hal ini berhubungan dengan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
konsumen dan produsen yaitu konsumen menginginkan produk makanan lebih awet supaya tidak belanja setiap hari dan produsen ingin makanan cukup waktu
untuk pendistribusian dan penjualannya. 2.
Mengganti kehilangan antioksidan Bahan pengawet berfungsi untuk menambah antioksidan yang ada pada bahan
makanan oleh karena perlakuan pada proses pengolahan yang menyebabkan antioksidan tersebut menjadi berkurang dan hilang.
3. Menanggulangi masalah higienis
Higiene dan sanitasi pengolahan makanan dalam pabrik masih jauh dari memadai, bahan pengawet dapat membantu membuat makanan tidak cepat rusak
akibat higiene sanitasi pabrik yang kurang baik. 4.
Kebutuhan ekonomi Penggunaan bahan pengawet untuk mengawetkan bahan pangan tidak akan
menambah biaya produksi dan tidak akan mempengaruhi harga bahan makanan yang diawetkan. Dengan demikian bahan makanan dapat disimpan lebih lama
dan bahan makanan yg diawetkan tersebut dapat terjual lebih banyak dibandingkan bahan makanan tanpa pengawetan sehingga produsen memperoleh
keuntungan yang cukup besar. 5.
Meningkatkan cita rasa, memperbaiki warna dan tekstur makanan, sebagai penstabil, pencegah lengket, maupun memperkaya vitamin dan mineral.
Selain itu, terdapat beberapa persyaratan penggunaan bahan pengawet kimiawi untuk kepentingan manusia yaitu sebagai berikut Cahyadi, 2009:
Universitas Sumatera Utara
a. Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau
tidak tersedia b.
Ekonomis murah dan mudah diperoleh c.
Termasuk dalam golongan bahan pengawet GRAS Generally Recognized as Safe dalam artian zat pengawet harus aman dan tidak berefek toksik dalam
tubuh manusia d.
Memperpanjang umur simpan makanan e.
Tidak menurunkan kualitas warna, cita rasa, dan bau bahan makanan yang diawetkan
f. Mudah dilarutkan
g. Aman dalam jumlah yang diperlukan
h. Mudah ditentukan dengan analisis kimia
i. Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan
j. Tidak mengalami dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu
senyawa kompleks yang lebih bersifat toksik k.
Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan makanan l.
Mempunyai spectra anti mikroba yang luas, meliputi macam-macam pembusukan oleh mikroba yang berhubungan dengan bahan makanan yang
diawetkan
2.7.4 Pengawet Yang Diizinkan dan Pengawet Yang Dilarang Penggunaannya
Pengawet yang diizinkan digunakan untuk makanan ada 26 jenis pengawet yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722MenkesPerIX1988
Tentang Bahan Tambahan Makanan yang meliputi asam benzoat, asam propionat, asam
Universitas Sumatera Utara
sorbat, belerang oksida, etil p-hidroksida benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit, kalium meta bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat,
kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat, metal p-hidroksi benzoat, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium
nitrit, natrium propionat, natrium sulfit, nisin, dan propil-p-hidroksi benzoat. Berdasarkan permenkes RI Nomor 1168MenkesPerX1999 tentang bahan
makanan tambahan, terdapat 2 jenis bahan pengawet yang dilarang penggunaannya sebagai BTM untuk makanan yaitu formalin dan boraks karena kedua jenis pengawet ini
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
2.7.5 Dampak Zat Pengawet Terhadap Kesehatan
Pemakaian zat pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan mikroba baik yang bersifat
patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikroba yang non patogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan. Namun
dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama bahan makanan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian
jenis pengawet dan dosisnya tidak diatur maka akan menimbulkan kerugian bagi konsumen, misalnya keracunan atau terakumulasinya pengawet dalam organ tubuh dan
bersifat karsinogenik. Sebagai contoh asam benzoat. Jika asam benzoat dikonsumsi dalam jumlah
besar, maka akan mengiritasi lambung terutama pada penderita asma dan urticaria dimana penderita ini sangat sensitif terhadap asam benzoat. Hasil penelitian pada tahun
1978 menunjukkan bahwa pemakaian nitrit dengan dosis tinggi pada daging curing dan
Universitas Sumatera Utara
keju yang diberikan pada tikus percobaan, menyebabkan kanker pada tikus tersebut. Hal ini dikarenakan nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida yang terdapat dalam
bahan makanan dan membentuk nitrosamin yang dikenal sebagai senyawa karsinogenik Cahyadi, 2009.
2.8 Boraks atau Asam Borat
Boraks merupakan bahan pengawet untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa, dengan nama kimia natrium tetraborat dekahidrat
NaB
4
O
7
10H
2
O. Boraks juga memiliki nama lain seperti sodium borat, borax decahydrate, sodium biborate decahydrate, disodium tetraborate decahydrate, sodium
pyroborate decahydrate, sodium tetraborate decahydrate, boron sodium oxide, dan fused borax.
Dalam perdagangan, boraks dikenal dengan sebutan borofax three elephant, hydrogen orthoborate, NCL-C
56417
, calcium borate, atau sassolite. Dalam istilah domestik, boraks memiliki nama berbeda-beda. Di Jawa Tengah boraks disebut dengan
nama air bleng atau garam bleng, di daerah Sunda disebut bubuk gendar dan di Jakarta disebut pijer. Di pasar, boraks diperdagangkan dalam bentuk air bleng dimana air bleng
merupakan bentuk tidak murni dari boraks yang terbuat dari campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur, sedangkan
boraks murni diproduksi oleh industri farmasi dan diperdagangkan dalam bentuk balok padat, kristal, tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak
berwarna. Boraks berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang mengandung boraks, misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit
Yuliarti, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.8.1 Karakteristik Boraks
Boraks atau yang lazim disebut asam borat boric acid adalah senyawa kimia turunan dari logam berat boron B. Asam borat terdiri atas tiga macam senyawa yaitu
asam ortoborat H
3
BO
3
, asam metaborat HBO
2
, dan asam piroborat H
2
B
4
O
7
. Rumus struktur ketiga asam borat tersebut adalah sebagai berikut Khamid, 2006:
OH H3BO3
: HO—B—OH; HBO2
: HO—B ═ O
Asam ortoborat Asam metaborat
O — B — O │ \
H2B4O7 : HO—B O B—OH
\ │
O — B — O
Asam piroborat
Boraks merupakan senyawa hidrat dari garam natrium tetraborat dengan rumus molekul Na
2
B
4
O
7
10H
2
O Natrium tetraborat dekahidrat dimana garam natrium tetraborat Na
2
B
4
O
7
adalah garam natrium dari asam piroborat. Boraks adalah senyawa bor berbentuk granular, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, dan stabil pada suhu
dan tekanan normal. Jika larut dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat H
3
BO
3
. Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat Syah, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Asam borat Boric acid memiliki titik lebur 743 C dan titik didih sekitar
1575 C Khamid, 2006. Asam borat larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air
mendidih, 5 bagian gliserol 85, dan tidak larut dalam eter, kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat serta asam
borat mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100
C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat HBO
2
. Asam borat merupakan asam lemah karena memiliki pH 9,5 dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk kristal berwarna putih, menghasilkan larutan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta agak manis
Cahyadi,2009.
2.8.2 Fungsi Boraks atau Asam Borat yang Sebenarnya
Boraks atau asam borat banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain Budiawan, 2004:
1. Industri Gelas
Penggunaan yang paling banyak adalah pada industri serat gelas. Boraks asam borat akan mempercepat peleburan dan dapat mengikat bahan yang lain. Asam
ini juga dapat memperbaiki warna dan meningkatkan ketahanan terhadap shock thermal dan mekanis.
2. Industri Elektronik
Boraks digunakan untuk pembuatan kapasitor kondensor elektronik yang digunakan dalam sistem mesin automobil, pendingin elektrik, radio, TV dan
barang-barang elektronik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Industri Keramik
Boraks digunakan dalam pelapisan barang-barang tembikar, barang pecah belah, ubin, porcelen dan peralatan dapur.
4. Industri Kimia
Dalam industri kimia, boraks berfungsi sebagai condensing agent, dan juga berguna dalam berbagai analisa kimia. Boraks sangat penting dalam industri pulp
dan kertas dimana sodium perborat digunakan sebagai bahan pemutih dalam industri tersebut.
5. Fotografi
Boraks dalam bidang fotografi digunakan sebagai reagent dalam proses
pencetakan film.
6. Industri Obat dan Farmasi
Boraks digunakan dalam pembuatan obat yang berfungsi sebagai antiseptik, desinfektan, penyegar dan deterjen. Boraks juga bersifat bakteriostatis dan
fungistatis, yaitu dapat menahan pertumbuhan bakteri dan jamur. 7.
Reaktor Nuklir Boraks ditambahkan dalam air pendingin dalam suatu sistem tertutup yang
bertekanan dalam suatu reaktor nuklir untuk mengontrol level tenaga. 8.
Bahan Pengawet Industri yang menggunakan boraks untuk pengawetan hasil produksinya
diantaranya adalah industri kulit, kayu dan tali. Dalam industri kulit, penggunaan boraks berfungsi untuk meningkatkan kekuatan serat kulit dan daya
tahan terhadap warna produk.
Universitas Sumatera Utara
Selain untuk keperluan di atas, boraks juga digunakan dalam pembuatan lilin wax, dan untuk campuran pada tinta cetak, obat untuk kulit dalam bentuk salep,
pembasmi semut dan kecoa, dalam bentuk larutan boorwater untuk pencuci mata, serta boraxglycerin untuk pengobatan bibir. Boraks digunakan juga dalam pembuatan barang-
barang tahan api misalnya kertas tahan api, ubin tahan api, tekstil dan kayu tahan api Adiwisastra, 1992.
2.8.3 Makanan Mengandung Boraks
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit yang penggunaannya dilarang menurut Permenkes RI No.1168MenkesPERX1999.
Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan Adelaide, 2011. Ciri-ciri
makanan yang mengandung boraks adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks
Produk Ciri-ciri mengandung Boraks
Mie basah Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak
cepat putus, baunya menyengat, awet sampai 2 hari pada suhu kamar 25
o
C Bakso
Teksturnya sangat kenyal, warnanya cenderung keputihan namun jika ditambahkan boraks secara berlebihan, warnanya akan
menjadi abu-abu tua
Lontong Teksturnya sangat kenyal, warnanya putih bersih, berasa tajam
seperti sangat gurih, membuat lidah bergetar dan memberikan rasa getir
Kerupuk kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus
dan renyah dan kalau dimakan bisa menimbulkan rasa getir Gula Merah
Sangat keras dan susah dibelah, terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam
Sumber: Adelaide, 2011
Universitas Sumatera Utara
Selain ditambahkan pada tabel makanan di atas, boraks juga ditambahkan dalam pembuatan bubur ayam. Fungsinya adalah agar bubur jadi kental lebih dari 6 jam,
berwarna putih cerah, tidak mudah berubah, dan tidak mudah basi. Biasanya proses pembuatan bubur 2 hingga 4 jam, tapi karena bantuan boraks maka lamanya proses
pematangan bubur paling lama cukup hanya 3 jam saja agar matang sempurna. Penggunaan Pijer atau boraks di industri makanan seperti bubur sudah lama
berlangsung dan terus-menerus dari generasi sebelumnya Pariadi, 2011. Adapun cara membedakan bubur ayam yang menggunakan boraks dengan bubur
ayam yang tidak memakai boraks adalah sebagai berikut Kompasiana, 2011: a.
Bubur ayam yang menggunakan boraks − Jika disentuh dengan tangan, maka akan terasa lengket seperti lem dan
teksturnya terlihat padat − Jika didiamkan dalam jangka waktu lama, maka tampilan bubur akan tetap
sama seperti baru bahkan tetap terkesan basah masih mengandung air hingga keesokan harinya
− Jika dibiarkan sampai esok hari, tidak berbau basi dan rasanya tidak berubah b.
Bubur ayam yang tidak mengandung boraks − Teksturnya terlihat encer dan tidak lengket jika disentuh dengan tangan
− jika didiamkan dalam jangka waktu lama bubur akan mengental dan lama- kelamaan airnya akan hilang, ini dikarenakan air memiliki sifat pengikat
− bubur akan berubah aroma dan rasanya jika dibearkan sampai esok hari karena tidak menggunakan bahan pengawet
Universitas Sumatera Utara
− bubur ayam yang berkuah tahan sampai 8 jam, sedangkan bubur ayam yang tidak berkuah tahan sampai 1 hari
2.8.4 Mekanisme Toksisitas Boraks
Mekanisme toksisitas terdiri dari dua fase. Fase pertama yaitu fase kinetik yang meliputi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan proses pembuangan ekskresi.
Pada fase pertama ini bahan toksik akan mengalami proses sinergestis atau antagonis. Fase kedua yaitu fase dinamik yang merupakan proses lanjut dari fase kinetik. Pada fase
dinamik, bahan toksik yang tidak bisa dinetralisir oleh tubuh akan bereaksi dengan senyawa hasil proses biosintesa seperti protein, enzim dan lemak dan hasilnya bersifat
merusak terhadap proses biomolekul dalam tubuh. Proses masuknya boraks ke dalam tubuh yaitu melalui oral dimana manusia
memakan makanan yang mengandung boraks. Kemudian boraks yang masuk ke dalam tubuh diabsorbsi secara kumulatif oleh saluran pencernaan ususlambung dan selaput
lendir membran mukosa dan sedikit demi sedikit boraks terakumulasi. Konsumsi boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat
mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga tidak dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian boraks didistribusikan lewat peredaran darah
oleh vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme xenobiotik di dalam hati juga tinggi terutama enzim sitokrom P-450.
Enzim ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah diekskresikan oleh hati. Lu, 1995.
Masuknya boraks yang terus menerus akan menyebabkan rusaknya membran sel hati, kemudian diikuti kerusakan pada sel parenkim hati. Hal ini terjadi karena gugus
Universitas Sumatera Utara
aktif boraks B=O akan mengikat protein dan lemak tak jenuh sehingga menyebabkan peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak dapat merusak permaebilitas sel karena membran
sel kaya akan lemak. Akibatnya semua zat dapat keluar masuk ke dalam sel yang dapat menyebabkan kerusakan sel- sel hati Hanna dkk, 2009.
Pada waktu sel-sel hati rusak, akan terjadi induksi enzim yang berada di dalam sel hati enzim intraseluler sehingga enzim intraseluler akan dilepaskan ke dalam
darah. Enzim tersebut adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGOT dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase SGPT. Peningkatan kadar SGPT dan SGOT
dalam darah dapat dijadikan indikator biologis tidak langsung untuk keracunan boraks. Di dalam darah, boraks mengganggu metabolisme asam folat dimana asam folat
sangat berperan dalam pembentukan darah. Berdasarkan hasil penelitian Landauer, di dalam tubuh ion boraks berikatan dengan Riboflavin Vitamin B2 dan akan
membentuk suatu zat komplek yang larut dalam air dan bersifat tidak aktif. Dengan adanya ikatan riboflavin-boraks ini, tubuh akan mengalami defisiensi riboflavin yang
dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam folat Rennie dkk, 1990. Dengan adanya gangguan metabolisme asam folat, maka pembentukan darah akan mengalami
gangguan sehingga darah yang terbentuk jumlahnya tidak normal. Akibatnya eritrosit, leukosit, dan hemoglobin mengalami penurunan Pangestiningsih, 1992.
Di dalam ginjal, boraks diekskresikan secara lamban. Adanya gangguan metabolisme sel dapat menyebabkan perubahan struktur sel. Perubahan yang terjadi di
dalam ginjal akibat mengonsumsi makanan yang mengandung boraks yaitu terjadi pembengkakan sel-sel endothelium kapiler glomerulus dan terjadi penumpukan lemak
pada sitoplasma sel epithelium tubulus kontortus proksimalis. Adanya pembengkakan
Universitas Sumatera Utara
sel karena sel-sel tampak lebih besar dan berhimpitan sehingga terlihat bengkak. Adanya senyawa toksik yang mengganggu enzim-enzim dalam sel dapat menyebabkan
penurunan penggunaan lemak sehingga akan menimbulkan akumulasi lemak dalam sel. Meskipun penumpukan lemak merupakan kerusakan yang masih bersifat reversible
kemampuan beradaptasi sel telah terlampaui, tetapi hal itu termasuk gangguan yang berat dan dapat menjadi perintis nekrosis Tabbu, 1991.
2.8.5 Dampak Boraks Terhadap Kesehatan
Efek toksik boraks akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Dampak boraks terhadap kesehatan meliputi dampak
akut dan dampak kronis yaitu: 1.
Dampak Akut Bila terpapar boraks dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi
gejala akut keracunan boraks yaitu Yuliarti, 2007 : − Bila terhirupinhalasi, dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir dengan
gejala batuk-batuk − Bila kontak dengan kulit maka akan menimbulkan iritasi kulit
− Bila kontak dengan mata, dapat menimbulkan iritasi, mata memerah dan rasa perih
− Bila tertelan, dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi badan terasa tidak enak malaise, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas epigastrik,
pendarahan gastro entritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala
Universitas Sumatera Utara
2. Dampak Kronis
Bahaya utama terhadap kesehatan konsumsi makanan mengandung boraks dalam waktu lama kronis dapat menyebabkan nafsu makan menurun, gangguan
pencernaan, gangguan SSP bingung dan bodoh, anemia, rambut rontok, kanker, gangguan hati, anuria tidak terbentuknya urin, koma, menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak- anak dalam dosis 5-6 gram
Cahyadi, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Konsep
s
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Higiene sanitasi berdasarkan 6 prinsip :
1. Pemilihan bahan baku
bubur ayam 2.
Penyimpanan bahan baku bubur ayam
3. Pengolahan bubur ayam
4. Penyimpanan bubur ayam
5. Pengangkutan bubur ayam
6. Penyajian bubur ayam
Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
Bubur Ayam
Pemeriksaan Laboratorium
Permenkes RI No. 1168MenkesPERX1999
Mengandung boraks
Tidak Mengandung
boraks Karakteristik Pedagang
Bubur Ayam
Pengetahuan Pedagang Bubur Ayam
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dengan melihat gambaran higiene sanitasi dan analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan
boraks pada bubur ayam yang dijual di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian