Definisi Voice Behaviour Voice Behaviour

Berdasarkan ketiga motivasi individu tersebut, Van Dyne et al 2003 mengemukakan dimensi paralel dari voice dan silent yaitu Acquiescent voice silent, Defensive voice silent dan ProSocial voice silent . Keenam perilaku spesifik tersebut tergambar dalam Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Dimensi Voice dan Silent Van Dyne et al. 2003 Type of behaviour Employee Motive Employee Silence dengan sengaja menahan informasi dan pendapat Employee Voice mengutarakan informasi dan pendapat Disengaged Behaviour perasaan tidak mampu untuk membuat perubahan Acquiescet Silence Acquiescet Voice Self Protective Behaviour perasaan takut dan memikirkan resiko pribadi yang akan dihadapi Defensive Silence Defensive Voice Other-Oriented Behaviour perasaan kooperatif dan altruistik ProSocial Silence ProSocial Voice a. ProSocial Voice Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, voice termasuk dalam salah satu bentuk perilaku extra role atau perilaku informal yang menguntungkan bagi organisasi. Prosocial voice merupakan perilaku mengekspresikan ide-ide yang berhubungan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pekerjaan, informasi dan pendapat berdasarkan motivasi karyawan yang kooperatif. Dengan kata lain, perilaku ini dilakukan atas dasar inisiatif pribadi, perilaku proaktif dan other-oriented. Organ, 1998; Van Dyne et al. 2003; LePine Van Dyne 1998 Fokus utama dari perilaku ini ialah memberi keuntungan untuk organisasi. Bentuk perilaku prosocial voice adalah berupa mengutarakan permasalahan dan solusinya juga menyurakan ide yang bersifat konstruktif bagi organisasi. Pengutaraan prosocial voice bukan bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri, akan tetapi berorientasi pada kepentingan bersama Van Dyne et al. 2003. Prosocial voice inilah yang merupakan bentuk dan definisi dari voice behaviour yang dikemukakan oleh banyak literatur LePine Van Dyne, 1998; Zhao, 2014; Van Dyne et al. 2003, Morisson, 2014. Dengan kata lain literatur atau penelitian tersebut menyebut prosocial voice sebagai voice behaviour secara konstruk. Contoh, “Saya mengungkapkan solusi mengenai permasalahan yang sedang terjadi demi kemajuan perusahaan ini ”. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan dimensi prosocial voice dari Van Dyne et al 2003 untuk mengukur voice behaviour pada karyawan. b. Defensive Voice Dalam mengutarakan pendapatnya, seorang karyawan juga pasti akan mempertimbangkan psychological safety, yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keyakinan dan ketakutan akan adanya resiko dalam mengutarakan pendapat sehingga, akan muncul sebuah kecenderungan yang dinamakan self protected Van Dyne et al. 2003; Detert Burris, 2007. Schlenker dan Weigold 1989 mendefinisikan self- protected behaviour sebagai perilaku individu yang senang mengambil keputusan yang aman-aman saja dan tidak suka mengambil tanggung jawab yang ditanggung sendiri dalam Van Dyne et al. 2003. Defensive voice adalah tanggapan, ide atau pendapat mengenai permasalahan yang terjadi dan diungkapkan dengan maksud mengalihkan perhatian karena ketakutannya dari masalah tersebut. Individu dengan defensive voice akan menyuarakan pendapat yang berfokus pada orang lain untuk melindungi dirinya. Hal ini dikarenakan adanya faktor risiko yang dianggap berbahaya oleh individu tersebut jika menyuarakan pendapatnya Van Dyne et al. 2003; Milliken et al. 2003; Milliken Morisson, 2000. Contoh, “Saya sering merasa takut untuk mengutarakan pendapat sehingga saya selalu setuju dengan pendapat mayoritas dari kelompok kerja saya.” c. Acquiescent Voice Acquiescent voice merupakan perilaku individu dalam mengungkapkan ide, gagasan, informasi dan pendapat yang dilakukan atas dasar penarikan diri dari sebuah masalah. Perilaku ini biasanya dilakukan dengan cara ikut mendukung gagasan dan pendapat orang lain dalam kelomponya. Individu yang melakukan Acquiescent voice akan pasif dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Acquiescent voice merupakan perilaku disengage yang dilatarbelakangi oleh perasaan tidak mampu untuk membuat perubahan dalam perusahaan atau organisasi Van Dyne et al, 2003; Pinder Harlos, 2001; Whiteside Barclay, 2013; Milliken et al. 2003. Contoh, “Saya cenderung mendukung ide dari orang lain karena saya merasa tidak memiliki keterlibatan apa-apa dalam perusahaan ini. ”

3. Faktor-faktor yang memengaruhi voice behaviour

Sama seperti konstruk psikologis lainnya, voice behaviour juga dapat dipengaruhi maupun dihambat oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut berperan dalam memunculkan keinginan seseorang untuk membuat perubahan dalam organisasi atau meningkatkan ekspektasi subjektif seseorang sehingga melakukan voice Van Dyne et al. 2003; Morisson, 2014. Dari sekian banyak literatur yang memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor penyebab voice, Morisson 2014 merangkumnya ke dalam sebuah tabel sebagai berikut: Tabel 2.2 Variabel yang dapat menyebabkan dan menghambat voice behaviour Morisson, 2014 Faktor – faktor Penyebab Penghambat Karakteristik individu - Extraversion - Proactive - Personality - Assertiveness - Conscientiousness - Duty orientation - Customer orientation Achievement orientation Persepsi dan sikap terhadap pekerjaan dan organisasi - Organizational identification - Work-group identification - Felt obligation for change - Job satisfaction - Role breadth - Control or influence - Organizational support - Detachment -Powerlessness Emosi, kepercayaan dan konsep berfikir individu - Anger - Psychological safety - Fear - Futility - Image or career risks Perilaku pemimpin dan supervisor - Openness - Consultation - Leader –member exchange - Transformational leadership - Ethical leadership - Leader influence - Abusive leadership faktor kontekstual yang lain - Group voice climate - Caring climate - Formal voice mechanisms - Job and social stressors - Climate of fear or silence - Instrumental climate - Hierarchical structure - Change-resistant culture