Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual

e. Konsep pengaturan diri self-regulating Pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri self-regulating adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajarannya secara mandiri. Indikator pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri self- regulating ini meliputi: a motivasi belajar sepanjang hayat; b motivasi untuk mencari dan menggunakan informasi dengan kesadaran sendiri; c melaksanakan prinsip trial-error; d melakukan refleksi; e belajar mandiri. f. Konsep penilaian autentik authentic assessment Pembelajaran yang menerapkan konsep asesmen autentik adalah pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas. Dengan demikian, penilaian pembelajaran utuh menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dalam keseluruhan tahapan proses pembelajaran di awal, tengah, dan akhir. Di samping itu, penilaian tidak hanya diserahkan pada guru, tetapi siswa pun menilai siswa lain dan dirinya sendiri self-evaluation dalam aktivitas pembelajaran dan pemahaman materi. Penilaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI guru dilakukan dalam bentuk penilaian tertulis pencil and paper test dan penilaian berdasarkan perbuatan performance based assessment, penugasan project, produk product, atau portopolio. g. Reaching high standards mencapai standar tinggi The Northwest Regional Education Laboratory USA mengidentifikasi adanya 6 kunci dasar dari pembelajaran kontekstual yang diterapkan saat kegiatan pembelajaran menurut Kunandar, 2009: 297, sebagai berikut: a. Pembelajaran bermakna : pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Siswa dapat mengerti manfaat dari yang telah dipelajarinya di sekolah. b. Penerapan pengetahuan, yaitu kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di masa sekarang atau di masa yang akan datang. c. Berpikir tingkat tinggi, yaitu siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu, dan pemecahan suatu masalah. d. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar: lokal, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dunia kerja. e. Responsif terhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik, dan masyarakat tempat guru tersebut mendidik. f. Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian, misalkan penilaian proyektugas tersetruktur, kegiatan siswa, pengunaan portofolio, rubrik, daftar cek, pedoman observasi, dan sebagainya.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual

Dari berbagai pendapat tentang pengertian yang diuraikan oleh para ahli, di dalam pembelajaran kontekstual ada beberapa ciri-ciri dan kata kunci pembelajaran kontekstual menurut Kunandar, 2009: 298, sebagai berikut: Ciri-ciri pembelajaran kontekstual: a. Adanya kerja sama antar semua pihak b. Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem c. Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda- beda d. Saling menunjang satu sama lain e. Menyenangkan, tidak membosankan f. Belajar dengan bergairah g. Pembelajaran terintegrasi h. Menggunakan berbagai sumber i. Siswa aktif j. Sharing dengan teman k. Siswa kritis, guru kreatif l. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya m. Laporan kepada orang tua bukan hanya skor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa, dan sebagainya. Menurut Kunandar, 2009: 299 kata kunci pembelajaran kontekstual yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran kontekstual dapat teracapai, sebagai berikut: a. Real World Learning b. Mengutamakan pengalaman nyata c. Berpikir tingkat tinggi d. Berpusat pada siswa e. Siswa kritis, aktif, kreatif f. Pengetahuan bermakna dalam kehidupan g. Dekat dengan kehidupan nyata h. Perubahan perilaku i. Siswa praktik, bukan menghafal j. Learning bukan teaching k. Pendidikan education bukan pengajaran instruction l. Pembentukan “manusia” m. Memecahkan masalah n. Siswa “akting”, guru mengarahkan o. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Dalam pembelajaran kontekstual ini menekankan beberapa hal Kunandar, 2009: 300, sebagai berikut: a. Belajar berbasis masalah problem based learning, yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang mengintegrasikan keterampilannya dan berbagai konsep materi pelajaran. b. Pengajaran autentik authentic instruction, yaitu pendekatan yang menekankan pembelajaran yang diajarkan bermakna dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. c. Belajar berbasis inquiri Inquiry Based Learning, pendekatan yang membutuhkan strategi pembelajaran yang mengikuti metodologi sains sehingga siswa dapat mengetahui apa yang ingin dicari tahu dan siswa dapat mencari tahu sendiri jawabannya. d. Belajar berbasis proyek atau tugas Project Based Learning, pendekatan ini membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang komprehensif di mana lingkungan belajar siswa kelas didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk dalam pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan siswa dapat melaksanakan tugas yang bermakna. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Belajar berbasis kerja Work Based Learning, pendekatan ini membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa yang menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja guru harus dapat menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata atau peristiwa yang benar-benar terjadi. f. Belajar berbasis jasa layanan Service Learning, pendekatan ini membutuhkan penggunaan metodologi pengajaran yang mengombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan yang diberikan. Dengan kata lain, pendekatan ini menerapkan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan di dalam masyarakat melalui proyek tugas terstruktur. g. Belajar kooperatif Cooperative Learning, pendekatan ini memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

4. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

Komponen utama pembelajaran kontekstual, ada 7 komponen utama pembelajaran kontekstual di kelas dalam buku Kunandar, 2009: 305, yaitu sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Kontruktivisme Dalam proses ini siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Dalam strategi kontruktivisme guru harus memfasilitasi proses pembelajaran tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. b. Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dengan itu diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. c. Bertanya Questioning Bertanya dalam pembelajaran merupakan sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan

0 2 219

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi Akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di wilayah Kota Yogyakarta.

0 2 199

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada Materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di Kabupaten Gunungkidul.

0 0 211

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Bantul.

0 0 232

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 169

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

0 0 158