3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada kecakapan siswa memproses informasi. Pemrosesan masalah mengacu pada
cara orang-orang
menangani stimuli
dari lingkungan,
mengorganisasi data,
melihat masalah,
melihat masalah,
mengembangkan konsep dan memecahkan masalah Bruner dalam Suprijono, 2012.
D. Pembelajaran Kooperatif
Roger, dkk. 1992 di dalam buku karangan Miftahul 2011 menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara rasional di antara kelompok-
kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain. Artz dan Newman 1990 di dalam buku karangan Miftahul 2011 mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai kelompok kecil pembelajarsiswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas,
atau mencapai tujuan bersama-sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memengacu pada metode pembelajaran di mana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar untuk mengatasi suatu masalah atau menyelesaikan sebuah tugas
demi mencapai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan
individual. Menurut Slavin Miftahul, 2011 elemen-elemen tersebut antara lain:
1. Interpedensiketergantungan positif
Interpedensi positif muncul ketika siswa merasa bahwa mereka terhubung dengan semua anggota kelompoknya, bahwa mereka tidak
akan sukses mengerjakan tugas tertentu jika ada anggota lain tidak berhasil mengerjakannya begitu pula sebaliknya. Siswa merasa
bahwa meraka saling membutuhkan satu sama lain, dan setiap anggota kelompok bergantung dan bertanggung jawab terhadap
anggota yang lainnya dalam kelompok itu. 2.
Interaksi promotif Interaksi promotif dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi
dalam kelompok di mana setiap anggota kelompok saling mendorong, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan
bersama. Interaksi promotif muncul ketika anggota-anggota kelompok
saling memberikan bantuan yang efektif dan efisien bagi anggota- anggota lain yang membutuhkan, seperti saling berbagi-tukar dan
memproses informasi pengetahuan baru dengan efektif dan efisien, saling memberikan refleksi untuk mengimprovisasi performa
sebelumnya yang mungkin kurang baik, dan saling percaya dan
menjaga emosi antar anggota kelompok sehingga terhindar dari konflik internal.
3. Akuntabilitas individu
Dalam kelompok kooperatif, akuntabilitas ini muncul ketika performa setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali
kepada mereka dan kelompoknya. Hasil ini didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dari hasil inilah setiap anggota bisa
berefleksi kembali untuk meningkatkan performanya agar mampu memberikan sumbangan secara maksimal demi kemajuan kelompok.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Untuk mengoordinasi setiap usaha demi mencapai tujuan kelompok, siswa harus memiliki keterampilan sosial seperti saling
mengerti dan percaya satu sama lain, berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu sehingga tidak terjadi miskonsepsi, saling
menerima dan mendukung satu sama lain, dan mendamaikan perdebatan yang sekiranya menghasilkan konflik Johnson F.
Johnson, 1991. 5.
Pemrosesan kelompok Dalam pembelajaran kooperatif, pemrosesan kelompok dapat
didefinisikan sebagai refleksi kelompok dalam mendeskripsikan tindakan apa saja yang membantu dan tidak terlalu membantu dalam
kegiatan berkelompok, dan membuat keputusan tentang tindakan apa saja yang dapat dilanjutkan atau perlu diubah. Tujuan pemrosesan
kelompok adalah mengklarifikasi dan meningkatkan efektivitas kerja sama antaranggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.
Slavin 2005 mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Pembelajaran kooperatif dipandang sebagai sarana untuk memotivasi pembelajaran dan memberikan pengaruh positif terhadap iklim ruang kelas
yang pada saatnya akan turut mendorong pencapaian yang lebih besar, meningkatkan sikap-sikap positif dan harga diri yang lebih dalam,
mengembangkan skill-skill kolaboratif yang lebih baik, dan mendorong motivasi sosial yang lebih besar kepada orang lain yang membutuhkan
Ministry of Education, 1997. Sadker Miftahul, 2011: 66 menjabarkan beberapa manfaat
pembelajaran kooperatif.
Menurut mereka,
selain meningkatkan
keterampilan kognitif dan afekatif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif
akan memperoleh hasil yang lebih tinggi. 2.
Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih
besar untuk belajar.
3. Siswa menjadi peduli dengan teman-temannya, di antara mereka
akan terbangun rasa ketergantungan positif untuk proses belajar mereka.
4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.
Slavin Miftahul, 2011: 68 mengidentifikasi tiga kendala utama terkait dengan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Free Rider pengendara bebas
Free Rider pengendara bebas adalah beberapa siswa yang
tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya. Jadi mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh
teman-teman satu kelompok yang lain dan tidak memberi sumbangan atau kontribusi apapun.
2. Diffusion of Responsibility penyebaran tanggung jawab
Diffusion of Responsibility penyebaran tanggung jawab yang
dimaksudkan disini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota lain
yang lebih mampu. 3.
Learning a Part of Task Specialization Dalam beberapa metode tertentu, seperti Jigsaw, Group
Investigation , dan metode lai yang terkait, setiap kelompok
ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi
yang berbeda satu sama lain. Pembagian macam ini semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang
menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi yang lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak diperhatikan,
padahal semua materi tersebut berkaitan satu sama lain. Menurut Gulley dalam Jack R Gibb 1960 model pembelajaran
kooperatif mempunyai banyak keuntungan diantaranya: 1.
Anggota-anggota kelompok mempunyai lebih banyak sumber belajar daripada individual
2. Anggota kelompok sering terstimulus oleh anggota yang lain.
3. Kelompok lebih mungkin menghasilkan keputusan yang lebih
baik. 4.
Komitmen anggota kelompok mungkin merasa lebih kuat. 5.
Partisipasi dapat meningkatkan pemahaman personal dan sosial. Sementara itu kelemahan dari model pembelajaran kooperatif ini
adalah: 1.
Diskusi dapat memakan banyak waktu. 2.
Diskusi dapat menekan keyakinan. 3.
Diskusi dapat sia-sia. Guru yang ingin menggunakan model kooperatif ini untuk materi
pembelajarannya harus benar-benar menguasai langkah-langkah umum penerapan pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto 2011 langkah-
langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator
Perilaku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar. Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan. Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif Guru menjelaskan kepada
siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien. Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat
siswa mengerjakan tugas. Fase 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya. Fase 6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu kelompok.
Sumber: Ibrahim, dkk 2000
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi model tersebut Trianto, 2011, diantaranya adalah sebagai
berikut: 1.
Student Team Achievement Divisions STAD Pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa yang heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin dalam Nur, 2000: 26 menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
2. Tim Ahli Jigsaw
Dalam tipe jigsaw, siswa dibagi atas beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang. Materi pelajaran diberikan kepada siswa
dalam teks yang sudah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. Siswa bekerja dalam satu kelompok yaitu ada kelompok asal dan kelompok
ahli, dan setiap kelompok asal anggotanya heterogen. Setiap siswa dalam kelompok asal, anggotanya diberi tugas untuk menjadi tim
ahli pada suatu topik atau materi pembelajaran. Setelah mempelajari dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompok
asal untuk menyampaikan menjelaskan materi yang telah mereka pelajari dalam kelompok ahli.
3. Investigasi Kelompok Group Investigation
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang
yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topic tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam terhadap
topik yang dipilih, selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
4. Numbered Heads Together NHT
Numbered Heads Together NHT atau penomoran berpikir
bersama merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Diawali dengan penomoran, guru
membagi siswa kedalam kelompok dengan beranggotakan 3-5 dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5. Guru
mengajukan pertanyaan persoalan, kemudian siswa berpikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu.
Guru memanggil suatu nomor tertentu kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
5. Team Games Tournament TGT
TGT dikembangkan oleh Vries, Edwards, dan Slavin 1987,1995. Tipe TGT pada prinsipnya hampir sama dengan STAD,
yang berbeda hanyalah cara mengetahui kemampuan pemahaman siswanya saja. Kalau STAD diakhiri dengan pemberian penghargaan
kelompok berdasarkan skor peningkatan kuis individu, sedangkan TGT diakhiri dengan permainan atau turnamen yang pesertanya
merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok yang tingkat kemampuannya setara..
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement