Keterlibatan siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan teorema pythagoras di kelas VIII A SMP BOPKRI 1
ABSTRAK
Antonius Herman Priyanto. 2013. Keterlibatan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Memanfaatkan Program GeoGebra untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras di Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), tingkat keterlibatan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dibantu dengan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dengan pokok bahasan teorema Pythagoras. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 22 siswa.
Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan instrumen pengumpulan data berupa non tes meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keterlibatan siswa, wawancara, dan tes meliputi Tes Kemampuan Awal (TKA), kuis, Tes Evaluasi (TE). Sebelum digunakan, semua instrumen telah divalidasi baik dengan uji pakar maupun uji butir. Setelah melalui tahap validasi, dinyatakan bahwa semua instrumen memenuhi syarat yang ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) telah dan dapat berjalan dengan baik dengan persentase rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 95,45%. (2) Tingkat keterlibatan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil keterlibatan siswa dalam kelompok, sebesar 27,28% kelompok memiliki tingkat keterlibatan Tinggi Sekali (TS), 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Tinggi (T), 27,28% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah (R) dan 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah Sekali (RS).(3) Hasil belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai Tes Kemampuan Awal (TKA) yaitu 57,45 dan rata-rata-rata-rata nilai Tes Evaluasi (TE) yaitu 76,77 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan 19,32. Serta Tes Evaluasi (TE) terbesar terdapat pada kriteria Tinggi Sekali (TS) yaitu sebesar 45,45%, kriteria Tinggi (T) sebesar 22,72%, kriteria Sedang (S) sebesar 18,18%, sedangkan pada kriteria Rendah (R) sebesar 4,55% dan kriteria Rendah Sekali (RS) sebesar 9,1%.
Kata kunci : Student Teams Achievement Divisions (STAD), Keterlibatan, Hasil Belajar, Teorema Pythagoras
(2)
ABSTRACT
Antonius Herman Priyanto, 2013. Students Involvement in Application of Cooperative Learning Model Type Student Teams Achievement Divisions (STAD) by Utilizing GeoGebra Program to Improve Learning Result of Students in main subject: Pythagorean Theorem in Class VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is aimed to know the learning process, the involvement level of students in the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD), student’s involvement and learning result in learning process. This research is classified into descriptive-qualitative research with quantitative assisted. This research had been done on the first semester of the academic year 2013/2014 with the main subject: Pythagorean theorem. The subjects of this research are the students of Class A of the grade VIII in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta and there are 22 students in the class.
Instruments in this research include a learning instruments such as the learning lesson plan and the student worksheet and data collection instrument such as non test include the realization of lesson planning observation sheets, students involvement observation sheet, interviews, and test intruments include the beginning competency test, quizzes, evaluation test. Prior to the use in the research, all instruments are well validated by expert test and test items and then all intruments are considered passing the required condition.
The result of this research show that (1) The application of cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) has been and can be done well with the overall percentage of the realization of the lesson planning is about 95,45%. (2) The student’s involvement level in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) is consider high. It can be seen from the percentage of the students involvement in the group is about 27,28% group has a very high involvement level, 22,72% group has a high involvement level, 27,28% group has low involvement level, and 22,72% group has very low involvement level. (3) The student`s learning results in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) increases. It can be seen from the results of the average value of the beginning competency test is 57,45 and the average evaluation test is 76,77 indicates that there is an increase 19,32. The greatest evaluation test in very high criteria of 45,45%, high criteria of 22,72%, the medium criteria of 18,18%, while low criteria (R) of 4,55% and very low criteria of 9,1%.
Key word: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Involvement, The Learning Result, Pythagorean Theorem
(3)
KETERLIBATAN SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MEMANFAATKAN
PROGRAM GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS DI
KELAS VIII A SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Matematika
Disusun oleh :
ANTONIUS HERMAN PRIYANTO NIM : 091414001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
KETERLIBATAN SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MEMANFAATKAN
PROGRAM GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS DI
KELAS VIII A SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Matematika
Disusun oleh :
ANTONIUS HERMAN PRIYANTO NIM : 091414001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Penuh Syukur Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria.
Keluargaku tersayang: Bapak, Ibu, Tina, dan
saudara-saudaraku lainnya.
Sahabat terdekatku Ana Easti yang selalu mendukungku.
Teman-teman seperjuangan PMAT 09 yang saling
mendukung dan bekerja sama.
(8)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 7 November 2013
Penulis
(9)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Antonius Herman Priyanto
Nomor Mahasiswa : 091414001
Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya Ilmiah saya yang berjudul:
“Keterlibatan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Memanfaatkan
Program GeoGebra untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras di Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun membayar royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 7 November 2013 Yang menyatakan,
(10)
vii ABSTRAK
Antonius Herman Priyanto. 2013. Keterlibatan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Memanfaatkan Program GeoGebra untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras di Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), tingkat keterlibatan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dibantu dengan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dengan pokok bahasan teorema Pythagoras. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 22 siswa.
Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan instrumen pengumpulan data berupa non tes meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keterlibatan siswa, wawancara, dan tes meliputi Tes Kemampuan Awal (TKA), kuis, Tes Evaluasi (TE). Sebelum digunakan, semua instrumen telah divalidasi baik dengan uji pakar maupun uji butir. Setelah melalui tahap validasi, dinyatakan bahwa semua instrumen memenuhi syarat yang ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) telah dan dapat berjalan dengan baik dengan persentase rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 95,45%. (2) Tingkat keterlibatan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil keterlibatan siswa dalam kelompok, sebesar 27,28% kelompok memiliki tingkat keterlibatan Tinggi Sekali (TS), 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Tinggi (T), 27,28% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah (R) dan 22,72% kelompok tingkat keterlibatannya Rendah Sekali (RS).(3) Hasil belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai Tes Kemampuan Awal (TKA) yaitu 57,45 dan rata-rata-rata-rata nilai Tes Evaluasi (TE) yaitu 76,77 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan 19,32. Serta Tes Evaluasi (TE) terbesar terdapat pada kriteria Tinggi Sekali (TS) yaitu sebesar 45,45%, kriteria Tinggi (T) sebesar 22,72%, kriteria Sedang (S) sebesar 18,18%, sedangkan pada kriteria Rendah (R) sebesar 4,55% dan kriteria Rendah Sekali (RS) sebesar 9,1%.
Kata kunci : Student Teams Achievement Divisions (STAD), Keterlibatan, Hasil Belajar, Teorema Pythagoras
(11)
viii ABSTRACT
Antonius Herman Priyanto, 2013. Students Involvement in Application of Cooperative Learning Model Type Student Teams Achievement Divisions (STAD) by Utilizing GeoGebra Program to Improve Learning Result of Students in main subject: Pythagorean Theorem in Class VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is aimed to know the learning process, the involvement level of students in the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD), student‟s involvement and learning result in learning process. This research is classified into descriptive-qualitative research with quantitative assisted. This research had been done on the first semester of the academic year 2013/2014 with the main subject: Pythagorean theorem. The subjects of this research are the students of Class A of the grade VIII in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta and there are 22 students in the class.
Instruments in this research include a learning instruments such as the learning lesson plan and the student worksheet and data collection instrument such as non test include the realization of lesson planning observation sheets, students involvement observation sheet, interviews, and test intruments include the beginning competency test, quizzes, evaluation test. Prior to the use in the research, all instruments are well validated by expert test and test items and then all intruments are considered passing the required condition.
The result of this research show that (1) The application of cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) has been and can be done well with the overall percentage of the realization of the lesson planning is about 95,45%. (2) The student‟s involvement level in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) is consider high. It can be seen from the percentage of the students involvement in the group is about 27,28% group has a very high involvement level, 22,72% group has a high involvement level, 27,28% group has low involvement level, and 22,72% group has very low involvement level. (3) The student`s learning results in cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) increases. It can be seen from the results of the average value of the beginning competency test is 57,45 and the average evaluation test is 76,77 indicates that there is an increase 19,32. The greatest evaluation test in very high criteria of 45,45%, high criteria of 22,72%, the medium criteria of 18,18%, while low criteria (R) of 4,55% and very low criteria of 9,1%.
Key word: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Involvement, The Learning Result, Pythagorean Theorem
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak kendala akan tetapi
berkat bantuan, dukungan, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu, diantaranya:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan;
2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Kepala Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA;
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Matematika;
4. Bapak D. Arif Budi Prasetyo, S.Si.,M.Si. selaku dosen pembimbing
akademik;
5. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan
penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini;
6. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang
telah membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di
(13)
x
7. Ibu Dra. Sukami, selaku Kepala SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014, yang telah memberikan kesempatan serta izin untuk
mengadakan observasi sebelum memulai penelitian;
8. Bapak Ariyanto selaku guru matematika di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta,
yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses
penelitian;
9. Siswa-siswi kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014, yang telah membantu penulis selama penulis melakukan
penelitian;
10.Kedua orang tuaku, Adikku Tina, atas dukungan, doa, semangat, dan cinta
kasih yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
11.Sahabatku yang dengan rela membantuku dalam pelaksanaan penelitian;
12.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2009 dan Teman kos
Wisma Santi yang telah banyak membantu penulis selama penulis
menyelesaikan skripsi ini;
13.Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 30 September 2013
Penulis
(14)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN……… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… vi
ABSTRAK ………... vii
ABSTRACT ……….. viii
KATA PENGANTAR ………... ix
DAFTAR ISI ……….. xi
DAFTAR TABEL ……….. xv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ……….……….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xviii
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A.Latar Belakang ……….. 1
B.Identifikasi Masalah ……….. 4
C.Pembatasan Masalah ………. 5
D.Rumusan Masalah ………... 5
E.Tujuan Penelitian ………... 5
F. Batasan Istilah ………... 6
(15)
xii
BAB II LANDASAN TEORI ……… 9
A. Belajar ……….. 9
B. Pembelajaran ……… 13
C. Model Pembelajaran ………. 14
D. Pembelajaran Kooperatif ……….. 16
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ………. 25 F. Keterlibatan Siswa ……… 29
G. Hasil Belajar ………. 30
H. GeoGebra ………. 31
I. Teorema Pythagoras ………. 37
J. Kerangka Berpikir ……… 41
BAB III METODE PENELITIAN ………... 43
A. Jenis Penelitian ………... 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 43
C. Subyek dan Obyek Penelitian ………... 44
D. Variabel Penelitian ………... 44 E. Instrumen Penelitian ………...
1. Instrumen Tes ………... 2. Instrumen Non Tes ………...
44 45 48 F. Teknik Pengumpulan Data ………...
1. Observasi/ Pengamatan ……… 2. Data Tes Kemampuan Awal (TKA), Kuis, dan Tes Evaluasi (TE).. 3. Wawancara ………...
55 55 55 55
(16)
xiii
G. Validitas dan Reliabilitas Tes ………... 1. Validitas Tes ………... 2. Reliabilitas Tes ………...
56 56 58 H. Teknik Analisis Data ………...
1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …… 2. Analisis Data Keterlibatan Siswa ……… 3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ………... 4. Analisis Korelasi Keterlibatan dan Hasil Belajar Siswa …………. 5. Analisis Hasil Wawancara ………..
59 59 59 60 62 63 BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN
PEMBAHASAN PEMBAHASAN ………. 64
A. Pelaksanaan Penelitian ………... 64 B. Penyajian Data ………...
1. Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… 2. Data Keterlibatan Siswa ……….. 3. Data Tes Kemampuan Awal (TKA) ……… 4. Data Kuis Individu ………... 5. Data Tes Evaluasi ……… 6. Data Penghargaan Kelompok ……….. 7. Data Wawancara ……….
75 75 76 78 79 80 81 82 C. Analisis Data dan Pembahasan ……….
1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… 2. Analisis Data Keterlibatan Siswa ……… 3. Analisis Hasil belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) ……….. 4. Analisis Data Penghargaan Kelompok ……… 5. Analisis Korelasi antara Keterlibatan Siswa dan Hasil Belajar
Siswa ……… 6. Analisis Hasil Wawancara ………..
82 83 87 92 98 99 101
(17)
xiv
D. Keterbatasan Penelitian ………... 109
BAB V PENUTUP ………... 110
A. Kesimpulan ………... 110
B. Saran ………... 111
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ……… 22
Tabel 2.2 Menentukan Teorema Pythagoras ……….. 38
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal (TKA) ……… 45
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi (TE) ……… 47
Tabel 3.3 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP ………. 49
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Kelompok …... 52
Tabel 3.5 Kriteria Poin ………..……...………... 61
Tabel 4.1 Pembagian Kelompok Heterogen ………..……... 66
Tabel 4.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ……… 74
Tabel 4.3 Data Mentah Keterlaksanaan RPP ……… 76
Tabel 4.4 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Merah ……… 76
Tabel 4.5 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Hijau ……….. 77
Tabel 4.6 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Biru ……… 77
Tabel 4.7 Data Mentah Pengamatan Tingkat Keterlibatan Siswa Kelompok Kuning ………... 78
Tabel 4.8 Perhitungan Jumlah Masing-masing Jenis Keterlibatan ... 78
Tabel 4.9 Data Mentah Hasil Tes Kemampuan Awal ... 79
(19)
xvi
Tabel 4.11 Data Mentah Hasil Tes Evaluasi (TE) VIII A ... 81
Tabel 4.12 Skor peningkatan Siswa ... 82
Tabel 4.13 Persentase Keterlaksanaan RPP ... 86
Tabel 4.14 Data Keterlibatan Kelompok Secara Keseluruhan ... 87
Tabel 4.15 Kriteria Tingkat Keterlibatan Kelompok ... 88
Tabel 4.16 Persentase Tingkat Keterlibatan Kelompok ... 88
Tabel 4.17 Tingkat Keterlibatan Masing-masing Siswa ... 89
Tabel 4.18 Persentase Tingkat Keterlibatan Masing-masing Siswa ... 90
Tabel 4.19 Jumlah Masing-masing Jenis Keterlibatan Siswa dalam Kelompok ... 91
Tabel 4.20 Nilai TKA dan TE VIII A ... 92
Tabel 4.21 Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 96
Tabel 4.22 Persentase Hasil Belajar Siswa ... 96
Tabel 4.23 Peningkatan Kelompok Merah ... 98
Tabel 4.24 Peningkatan Kelompok Hijau ... 98
Tabel 4.25 Peningkatan Kelompok Biru ... 99
Tabel 4.26 Peningkatan Kelompok Kuning ... 99
Tabel 4.27 Penghargaan Kelompok ... 99
(20)
xvii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 2.1 Area Kerja GeoGebra ... 34
Gambar 2.2 Menu Bar, Toolbar, dan Input GeoGebra ... 35
Gambar 2.3 ToolbarGeoGebra ... 36
Gambar 2.4 Tool yang sedang aktif ... 37
Gambar 2.5 Mengenal Teorema Pythagoras ... 37
Gambar 2.6 Menghitung Panjang Sisi Segitiga Siku-Siku Jika Dua Sisi Lain Diketahui ... 38
Gambar 2.7 Mengenal Kebalikan Teorema Pythagoras ... 39
Gambar 2.8 Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 300 dan 600 pada segitiga siku-siku ... 40
Gambar 2.9 Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 450 ... 41
Grafik 4.1 Tingkat Keterlibatan Siswa dalam Kelompok ... 88
Grafik 4.2 Tingkat Keterlibatan Masing-masing Siswa ... 90
(21)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Kunci Jawaban ...
3. Instrumen Observasi/ Pengamatan ...
L.1
L.16
L.37
LAMPIRAN B
1. Soal Tes Kemampuan Awal (TKA) dan Kunci Jawaban ...
2. Soal Kuis dan Kunci Jawaban ...
3. Soal Tes Uji Coba ...
4. Soal Tes Evaluasi (TE) dan Kunci Jawaban ...
L.42
L.45
L.49
L.51
LAMPIRAN C
1. Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Evaluasi (TE) ...
2. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ...
L.55
L.66
LAMPIRAN D
1. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas VIII A ...
2. Daftar Nilai Kuis 1 dan Kuis 2 Kelas VIII A ...
3. Daftar Nilai Tes Evaluasi Kelas VIII A ...
4. Perhitungan Skor Penghargaan Kelompok ...
L.69
L.69
L.71
L.72
LAMPIRAN E
1. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan RPP ...
2. Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa ...
3. Transkrip Wawancara...
L.74
L.82
(22)
xix
LAMPIRAN F
1. Contoh Hasil Kerja LKS ...
2. Contoh Hasil Kerja TKA ...
3. Contoh Hasil Kerja Kuis ...
4. Contoh Hasil Kerja TE ...
5. Foto-foto Pelaksanaan Pembelajaran ...
L.104
L.118
L.121
L.127
L.130
LAMPIRAN G
1. Surat Ijin Penelitian ...
2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...
L.131
(23)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada kehidupan yang semakin modern ini, pembelajaran matematika
memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang diperlukan siswa untuk
mengarungi persaingan globalisasi di masa yang akan datang. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karena
itu pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang penting untuk
perkembangan kemampuan berpikir kreatif dalam diri setiap individu siswa
agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Matematika merupakan ilmu yang bagi sebagian orang dipandang
sebagai ilmu yang sulit. Karena itu, diperlukan keterampilan dari guru untuk
dapat mengembangkan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan
membuat siswa merasa senang dan tertarik untuk belajar matematika.
Keberhasilan tujuan pembelajaran tentunya tidak terlepas dari peran guru.
Guru harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar
mengajar sehingga dengan persiapan yang matang maka kemungkinan besar
tujuan pembelajaran akan tercapai. Guru harus dapat menciptakan situasi,
(24)
mengajar sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Guru juga harus bisa
memilih metode dan model pembelajaran serta media pembelajaran yang
tepat agar dapat menarik minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan
peluang tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut Anita Lie (2002: 8), salah satu model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai macam model
pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar
belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Tujuan dari pembelajaran kooperatif
adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1995). Model
pembelajaran kooperatif ini ada berbagai tipe, salah satunya tipe Student Teams-Achievement Division (STAD), STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat
digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif.
Hasil observasi pembelajaran matematika yang telah dilakukan peneliti
(25)
menerima apa yang guru berikan, sehingga pembelajaran dirasa kurang
efektif karena siswa terlalu pasif dan hanya guru yang terlihat aktif. Dalam
pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.
Sekali-kali guru mengambil waktu tanya jawab untuk mencari tahu apakah jelas atau tidak kaitan antara ide-ide siswa dan konten yang sedang dibahas.
Metode yang digunakan guru cukup bagus karena guru menjelaskan dengan
baik, siswa memperhatikan saat guru menerangkan, menanggapi saat guru
bertanya dan berani bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti.
Respon siswa juga cukup baik, hal ini terlihat dari siswa ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran, siswa berani bertanya jika ada kesulitan dan ada
yang kurang jelas dari penjelasan guru, dan siswa menjawab pertanyaan
guru. Namun disisi lain ada juga siswa yang tidak memperhatikan guru ketika
mengajar dan hanya sibuk sendiri, melamun dan mengobrol dengan temannya
di luar materi yang bicarakan. Di akhir proses pembelajaran guru memberi
pekerjaan rumah (PR) untuk latihan siswa di rumah dan pertemuan
selanjutnya guru membahas PR tersebut guna memberikan umpan balik
terhadap apa yang dikerjakan siswa.
Lingkungan sekolah dan kondisi kelas juga mendukung berlangsungnya
pembelajaran yang kondusif dengan jumlah 22 siswa perkelas cukup ideal
dalam kegiatan belajar mengajar sarana dan prasarananya pun sudah cukup
lengkap dengan papan tulis whiteboard, buku paket, dan lcd viewer yang dapat mendukung berlangsungnya pembelajaran. Ada baiknya bila guru
(26)
mengoptimalkan sarana dan prasarananya untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra pokok bahasan teorema Pythagoras untuk mengetahui keterlibatan siswa dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa-siswi kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
1. Perlunya metode atau model yang tepat untuk digunakan pada saat proses
pembelajaran matematika di kela sehingga dapat menarik minat siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Perlunya media pembelajaran untuk menunjang pembelajaran dan untuk
membantu pemahaman konsep siswa.
3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang disebabkan
minat siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah.
4. Kurangnya kemauan siswa untuk bertanya kepada guru maupun
temannya sehingga membuat siswa kurang memahami materi.
5. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, beberapa
siswa aktif mengikuti proses pembelajaran dan yang lainnya belum fokus
terhadap pembelajaran.
6. Siswa kurang memanfaatkan sumber belajar lainnya selain catatan yang
(27)
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyaknya masalah yang telah diidentifikasi, karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra pokok bahasan teorema Pythagoras untuk mengetahui keterlibatan siswa dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa-siswi kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Bagaimana tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD?
3. Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil
belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan alat peraga
(28)
2. Tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada pokok bahasan teorema Pythagoras.
3. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar
siswa pada pokok bahasan teorema Pythagoras.
F. Batasan Istilah
1. Belajar
Menurut Gagne (1984) di dalam buku karangan Suprijono (2012: 2)
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
2. Pembelajaran
Proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar (pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas dalam Udin S. Winatapura, dkk, 2008).
3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya
pada tingkat operasional di kelas. (Suprijono, 2009: 41).
4. Pembelajaran Kooperatif
Roger, dkk. (1992) dalam buku karangan Miftahul Huda (2012),
menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus
(29)
kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa yang heterogen. Diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
6. Keterlibatan Siswa
Keterlibatan adalah tingkat dimana siswa secara aktif berpartisipasi
didalam kegiatan pembelajaran, menghasilkan pembelajaran dan minat
yang kian meningkat (Lutz, Guthrie, & Davies, 2006).
7. Hasil belajar
Menurut Bloom (Suprijana, 2012), hasil belajar kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
8. GeoGebra
GeoGebra merupakan program komputer yang dikembangkan oleh Markus Hohenwarter. Menurut Hohenwarter (2008), GeoGebra adalah
(30)
program komputer untuk membelajarkan matematika khususnya
geometri dan aljabar. Program ini dapat diunduh dari
www.geogebra.com. Komputer harus terlebih dahulu diinstal program
Java Runtime Environtment (JRE) untuk menjalankannya. 9. Teorema Pythagoras
Teorema Pythagoras adalah salah satu pokok bahasan yang dipelajari
siswa-siswi kelas VIII semester gasal tahun ajaran 2013/2014 SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta.
G. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Merupakan wahana untuk belajar membuat karangan ilmiah dan
belajar berpikir secara sistematis.
2. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan variasi
dalam proses pembelajaran. Jika model pembelajaran kooperatif ini tepat
guna, maka model ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya. Sehingga pembelajaran
akan lebih bervariasi.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dapat digunakan sebagai khazanah ilmu pengetahuan
dan sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca khususnya
(31)
9 BAB II
LANDASAN TEORI A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengertian, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap
(Winkel, 1995:53). Menurut Gagne (Suprijono, 2012: 2) belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas. Sedangkan belajar menurut Slavin (2008) adalah perubahan dalam
diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental
dari seorang individu yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat
relatif konstan.
2. Teori-teori Belajar
Beberapa teori-teori belajar, antara lain:
a. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Suyono dan Hariyanto, 2011)
Menurut Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikir
menurut tahapan yang teratur. Proses berpikir anak merupakan suatu
(32)
menuju abstrak. Pada suatu tahap dari perkembangan tertentu akan
muncul skema atau struktur kognitif tertentu yang keberhasilannya pada
suatu tahap amat bergantung kepada pencapaian tahap sebelumnya.
Secara garis besar tahapan-tahapan perkembangan kognitif Piaget
sebagai berikut:
1) Tahap Sensori Motor (berlangsung sejak lahir sampai usia 2
tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupannya, bayi dapat
memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba,
memegang, mengecap, mencium, mendengarkan dan
menggerakan anggota tubuh. Dengan kata lain, pengalaman
diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan
sensori (koordinasi alat indra).
2) Tahap Pra-operasional (sekitar usia 2-7 tahun)
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol
untuk menyatakan objek-objek dunia. Dengan adanya
perkembangan bahasa dan ingatan, anak pun mampu mengingat
banyak hal tentang lingkungannya tetapi intelektual anak
dibatasi oleh egosentrisnya yaitu bahwa ia tidak menyadari jika
orang lain dapat berpandangan berbeda dengannya tentang
(33)
3) Tahap Operasional Konkret (berlangsung sekitar 7-11 tahun)
Pada kurun waktu ini pikiran logis anak mulai berkembang.
Anak sudah mampu berpikir secara operasi konkret dan dalam
pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
Anak seringkali dapat mengikuti logika dan penalaran, dan anak
telah dapat melakukan klasifikasi, pengelompokan, dan
pengaturan masalah.
4) Tahap Operasional Formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu
berpikir mengenai ide, mereka sudah mampu memikirkan
beberapa alternatif pemecahan masalah. Penalaran yang terjadi
dengan struktur kognitifnya telah mampu menggunakan
simbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi. Anak sudah dapat
bekerja secara efektif dan sistematis, secara proposional, serta
menarik generalisasi secara mendasar.
b. Teori Belajar Penemuan Jerome S. Bruner (Suyono dan Hariyanto, 2011: 88)
Menurut Bruner, anak harus berperan secara aktif saat belajar di
kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (discovery
learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya
dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan
berpikir anak. Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan
(34)
Ketiga tahapan perkembangan intelektual itu menutut Bruner
meliputi:
1) Enaktif
Seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi
terhadap suatu objek. Dalam memahami dunia sekitar anak
menggunakan ketrampilan motorik seperti meraba, memegang,
menyentuh dan sebagainya. Anak-anak harus diberi kesempatan
bermain dengan berbagai bahan/alat pembelajaran tertentu agar
dapat memahami bagaimana bahan/alat itu bekerja.
2) Ikonik
Pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan
gambar-gambar serta visualisasi verbal. Anak-anak mencoba
memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk perbandingan
(komparasi) dan perumpamaan (tamsil) dan tidak lagi
memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara
langsung.
3) Simbolik
Pembelajaran dimana anak sudah mampu menggambarkan
kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. Dalam
memahami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui
simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasi
(35)
Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah siswa kelas VIII
SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang rata-rata berumur 13 tahun. Menurut
teori perkembangan kognitif Jean Piaget anak berada dalam tahap
operasial formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya). Pada tahap ini,
kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap
pemikiran operasional formal, yaitu anak sudah mampu berfikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang sudah tersedia dan ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa
yang akan terjadi.
Menurut Jerome S. Bruner, dalam memahami dunia sekitarnya
anak-anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika
dan sebagainya. Mereka sudah mampu berpikir masa akan datang dan
mampu menggunakan simbol untuk sesuatu benda yang belum
diketahui.
B. Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern
yang berlangsung dialami siswa (Winkel, 1991). Sementara Gagne (1985),
mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama
dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna.
Pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Miarso (1993),
(36)
dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Dari pengertian pembelajaran menurut beberapa para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan
secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya
terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.
C. Model Pembelajaran
Mills di dalam buku karangan Suprijono (2012) berpendapat bahwa
model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau kelompok mencoba bertindak berdasarkan
model itu. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya
pada tingkat operasional di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
ialah pedoman bagi guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran di
(37)
Menurut Kardi dan Nur (2009) dalam buku karangan Trianto (2011:23),
istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta dan
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Berikut ini adalah beberapa macam model pembelajaran:
1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung mengacu pada gaya mengajar di
mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada
peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh
kelas (Suprijono, 2012: 46).
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Artz dan Newman (1990) di dalam buku karangan Miftahul
(2011) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kelompok
kecil siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi
suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai tujuan
(38)
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada kecakapan
siswa memproses informasi. Pemrosesan masalah mengacu pada
cara orang-orang menangani stimuli dari lingkungan,
mengorganisasi data, melihat masalah, melihat masalah,
mengembangkan konsep dan memecahkan masalah (Bruner dalam
Suprijono, 2012).
D. Pembelajaran Kooperatif
Roger, dkk. (1992) di dalam buku karangan Miftahul (2011)
menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus
didasarkan pada perubahan informasi secara rasional di antara
kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain. Artz dan Newman (1990) di
dalam buku karangan Miftahul (2011) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama
dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas,
atau mencapai tujuan bersama-sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif memengacu pada metode pembelajaran di mana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam
belajar untuk mengatasi suatu masalah atau menyelesaikan sebuah tugas
(39)
Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif
lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan
individual. Menurut Slavin (Miftahul, 2011) elemen-elemen tersebut antara
lain:
1. Interpedensi/ketergantungan positif
Interpedensi positif muncul ketika siswa merasa bahwa mereka
terhubung dengan semua anggota kelompoknya, bahwa mereka tidak
akan sukses mengerjakan tugas tertentu jika ada anggota lain tidak
berhasil mengerjakannya (begitu pula sebaliknya). Siswa merasa
bahwa meraka saling membutuhkan satu sama lain, dan setiap
anggota kelompok bergantung dan bertanggung jawab terhadap
anggota yang lainnya dalam kelompok itu.
2. Interaksi promotif
Interaksi promotif dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi
dalam kelompok di mana setiap anggota kelompok saling
mendorong, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan
bersama.
Interaksi promotif muncul ketika anggota-anggota kelompok
saling memberikan bantuan yang efektif dan efisien bagi
anggota-anggota lain yang membutuhkan, seperti saling berbagi-tukar dan
memproses informasi/ pengetahuan baru dengan efektif dan efisien,
saling memberikan refleksi untuk mengimprovisasi performa
(40)
menjaga emosi antar anggota kelompok sehingga terhindar dari
konflik internal.
3. Akuntabilitas individu
Dalam kelompok kooperatif, akuntabilitas ini muncul ketika
performa setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali
kepada mereka dan kelompoknya. Hasil ini didasarkan atas rata-rata
hasil belajar semua anggotanya, dari hasil inilah setiap anggota bisa
berefleksi kembali untuk meningkatkan performanya agar mampu
memberikan sumbangan secara maksimal demi kemajuan kelompok.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Untuk mengoordinasi setiap usaha demi mencapai tujuan
kelompok, siswa harus memiliki keterampilan sosial seperti saling
mengerti dan percaya satu sama lain, berkomunikasi dengan jelas
dan tidak ambigu sehingga tidak terjadi miskonsepsi, saling
menerima dan mendukung satu sama lain, dan mendamaikan
perdebatan yang sekiranya menghasilkan konflik (Johnson & F.
Johnson, 1991).
5. Pemrosesan kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif, pemrosesan kelompok dapat
didefinisikan sebagai refleksi kelompok dalam mendeskripsikan
tindakan apa saja yang membantu dan tidak terlalu membantu dalam
kegiatan berkelompok, dan membuat keputusan tentang tindakan apa
(41)
kelompok adalah mengklarifikasi dan meningkatkan efektivitas kerja
sama antaranggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.
Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa
menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Pembelajaran kooperatif dipandang sebagai sarana untuk memotivasi
pembelajaran dan memberikan pengaruh positif terhadap iklim ruang kelas
yang pada saatnya akan turut mendorong pencapaian yang lebih besar,
meningkatkan sikap-sikap positif dan harga diri yang lebih dalam,
mengembangkan skill-skill kolaboratif yang lebih baik, dan mendorong motivasi sosial yang lebih besar kepada orang lain yang membutuhkan
(Ministry of Education, 1997).
Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat
pembelajaran kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan
keterampilan kognitif dan afekatif siswa, pembelajaran kooperatif juga
memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif
akan memperoleh hasil yang lebih tinggi.
2. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih
(42)
3. Siswa menjadi peduli dengan teman-temannya, di antara mereka
akan terbangun rasa ketergantungan positif untuk proses belajar
mereka.
4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan
etnik yang berbeda-beda.
Slavin (Miftahul, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama terkait
dengan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Free Rider (pengendara bebas)
Free Rider (pengendara bebas) adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya.
Jadi mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompok yang lain dan tidak memberi
sumbangan atau kontribusi apapun.
2. Diffusion of Responsibility (penyebaran tanggung jawab)
Diffusion of Responsibility (penyebaran tanggung jawab) yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota
yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota lain
yang lebih mampu.
3. Learning a Part of Task Specialization
Dalam beberapa metode tertentu, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan metode lai yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi
(43)
yang berbeda satu sama lain. Pembagian macam ini semacam ini
sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang
menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi yang lain
yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak diperhatikan,
padahal semua materi tersebut berkaitan satu sama lain.
Menurut Gulley dalam Jack R Gibb (1960) model pembelajaran
kooperatif mempunyai banyak keuntungan diantaranya:
1. Anggota-anggota kelompok mempunyai lebih banyak sumber
belajar daripada individual
2. Anggota kelompok sering terstimulus oleh anggota yang lain.
3. Kelompok lebih mungkin menghasilkan keputusan yang lebih
baik.
4. Komitmen anggota kelompok mungkin merasa lebih kuat.
5. Partisipasi dapat meningkatkan pemahaman personal dan sosial.
Sementara itu kelemahan dari model pembelajaran kooperatif ini
adalah:
1. Diskusi dapat memakan banyak waktu.
2. Diskusi dapat menekan keyakinan.
3. Diskusi dapat sia-sia.
Guru yang ingin menggunakan model kooperatif ini untuk materi
pembelajarannya harus benar-benar menguasai langkah-langkah umum
penerapan pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2011)
(44)
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Perilaku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas. Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu kelompok.
(45)
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat
beberapa variasi model tersebut (Trianto, 2011), diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Student Team Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa yang heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD
siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku.
2. Tim Ahli (Jigsaw)
Dalam tipe jigsaw, siswa dibagi atas beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang. Materi pelajaran diberikan kepada siswa
dalam teks yang sudah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. Siswa
bekerja dalam satu kelompok yaitu ada kelompok asal dan kelompok
ahli, dan setiap kelompok asal anggotanya heterogen. Setiap siswa
dalam kelompok asal, anggotanya diberi tugas untuk menjadi tim
ahli pada suatu topik atau materi pembelajaran. Setelah mempelajari
(46)
asal untuk menyampaikan/ menjelaskan materi yang telah mereka
pelajari dalam kelompok ahli.
3. Investigasi Kelompok (GroupInvestigation)
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi
kelas menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang
yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topic tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam terhadap
topik yang dipilih, selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.
4. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa
terhadap isi pelajaran tersebut. Diawali dengan penomoran, guru
membagi siswa kedalam kelompok dengan beranggotakan 3-5 dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5. Guru
mengajukan pertanyaan/ persoalan, kemudian siswa berpikir
bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu.
(47)
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
5. Team Games Tournament (TGT)
TGT dikembangkan oleh Vries, Edwards, dan Slavin
(1987,1995). Tipe TGT pada prinsipnya hampir sama dengan STAD,
yang berbeda hanyalah cara mengetahui kemampuan pemahaman
siswanya saja. Kalau STAD diakhiri dengan pemberian penghargaan
kelompok berdasarkan skor peningkatan kuis individu, sedangkan
TGT diakhiri dengan permainan atau turnamen yang pesertanya
merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok yang tingkat
kemampuannya setara..
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa yang heterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka dan
(48)
Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes
mereka tidak boleh saling membantu.
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Uraian secara
rinci kelebihan model ini ialah:
1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi
yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok
adalah setara. (Allport, 1954 dalam Slavin, 2005:103).
2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama
anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105).
3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas
rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005:105)
4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di
samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).
5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).
6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab
belajar, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011: 203).
7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya
atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204).
(49)
8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang
terjadi di kelas menjadi lebih hidup.
9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua
anggota kelompok.
10.Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih
termotivasi.
11.Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena
nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara
individu.
12.Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi
untuk aktif dalam pembelajaran.
13.Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah
memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak
rendah supaya nilai kelompok baik.
14.Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204).
15.Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan
ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap
tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman
sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri,
(50)
Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan.
Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat
yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini.
Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model
tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti
yang dipaparkan di bawah ini.
1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru),
pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang
relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang
menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok
dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat
sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa
(LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai
kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak
ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan
penataan ruang kelas.
2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut
sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni,
2010:62). Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi
(51)
yang dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh
pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang
bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta
melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru
sendiri perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya
tentang pembelajaran.
F. Keterlibatan Siswa
Keterlibatan adalah tingkat dimana siswa secara aktif berpartisipasi
didalam kegiatan pembelajaran, menghasilkan pembelajaran dan minat yang
kian meningkat (Lutz, Guthrie, & Davies, 2006). Keterlibatan siswa bisa
diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses
belajar mengajar. Menurut Herman (1991), keterlibatan adalah suatu proses
yang mengikutsertakan setiap siswa secara serempak dalam proses belajar
mengajar. Dalam proses belajar, siswa harus terlibat aktif dalam
membangun pemahaman konsep/ prinsip matematika. Oleh karena itu,
dalam proses belajar siswa harus diberi waktu yang memadahi untuk
membangun makna dan pemahaman, sekaligus membangun keterampilan
dari pengetahuan yang telah diperolehnya.
Berdasarkan uraian diatas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran
matematika adalah suatu proses seseorang ikut berperan secara aktif dan
serempak dalam suatu kegiatan belajar mengajar demi membangun
pemahaman konsep/ prinsip matematika dan juga keterlibatan siswa dilihat
(52)
menjawab pertanyaan, berdiskusi dalam kelompok, memberikan tanggapan,
menanggapi pendapat, dan membantu teman.
G. Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Dalam penelitian ini
peneliti ingin mengetahui hasil belajar siswa dari aspek kognitifnya.
Merujuk pemikiran Gagne di dalam buku karangan Suprijono (2012), hasil
belajar kognitif berupa:
1. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan
memprensentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual
terdiri dari kemampuan mengkategori, kemampuan analitis-sintesis
fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan melakukan aktifitas kognitif
bersifat khas.
2. Strategi Kognitif
Strategi kognitif adalah kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Menurut Bloom (Suprijana, 2012), hasil belajar kemampuan kognitif
adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
(53)
Dari pendapat beberapa ahli mengenai pengertian hasil belajar dapat
ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja.
H. GeoGebra
GeoGebra merupakan program komputer yang dikembangkan oleh Markus Hohenwarter. Menurut Hohenwarter (2008), GeoGebra adalah program komputer untuk membelajarkan matematika khususnya geometri
dan aljabar. Program ini dapat dimanfaatkan secara bebas yang dapat
diunduh dari www.geogebra.com. GeoGebra merupakan salah satu aplikasi yang berjalan pada Java Runtime sehingga sebelum melakukan instalasi
GeoGebra, komputer harus terlebih dahulu diinstal program Java Runtime Environtment (JRE). JRE dapat diunduh dari situs http://java.com. Berkas dapat disimpan dalam format “.ggb” atau halaman web dinamis.
Menurut Hohenwarter (2008), program GeoGebra sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Bagi guru, GeoGebra menawarkan kesempatan yang efektif untuk mengkreasi lingkungan belajar online interaktif yang
memungkinkan siswa mengeksplorasi berbagai konsep-konsep matematis.
Program komputer yang bersifat dinamis dan interaktif untuk
mendukung pembelajaran dan penyelesaian persoalan matematika
khususnya geometri, aljabar, dan kalkulus. Sebagai sistem geometri
dinamik, konstruksi pada GeoGebra dapat dilakukan dengan titik, vektor, ruas garis, garis, irisan kerucut, fungsi.
(54)
Pemanfaatan program GeoGebra memberikan beberapa keuntungan, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Lukisan-lukisan geometri yang biasanya dihasilkan dengan dengan
cepat dan teliti dibandingkan dengan menggunakan pensil,
penggaris, atau jangka.
2. Adanya fasilitas animasi dan gerakan-gerakan manipulasi (dragging) pada program GeoGebra dapat memberikan pengalaman visual yang lebih jelas kepada siswa dalam memahami konsep geometri.
3. Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk memastikan
bahwa lukisan yang telah dibuat benar.
4. Mempermudah guru/siswa untuk menyelidiki atau menunjukkan
sifat-sifat yang berlaku pada suatu objek geometri.
Menurut Hohenwarter & Fuchs (2004), GeoGebra sangat bermanfaat sebagai media pembelajaran matematika dengan beragam aktivitas sebagai
berikut.
1. Sebagai media demonstrasi dan visualisasi
Dalam hal ini, dalam pembelajaran yang bersifat tradisional, guru
memanfaatkan GeoGebra untuk mendemonstrasikan dan memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu.
2. Sebagai alat bantu konstruksi
Dalam hal ini GeoGebra digunakan untuk memvisualisasikan konstruksi konsep matematika tertentu, misalnya mengkonstruksi
(55)
3. Sebagai alat bantu proses penemuan
Dalam hal ini GeoGebra digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk menemukan suatu konsep matematis, misalnya tempat
kedudukan titik-titik atau karakteristik parabola.
4. Sebagai alat bantu untuk mempersiapkan bahan ajar
GeoGebra mendorong para guru untuk mempersiapkan bahan-bahan untuk proses pembelajaran dan menggunakannya sebagai alat
kerjasama, komunikasi dan representasi.
Berikut adalah penjelasan tentang pengenalan program GeoGebra
menurut Bimtek P4TK (2012).
1. Area Kerja
Gambar 2.1 Area Kerja GeoGebra
Sumber: Bimtek P4TK (2012)
Tampilan Aljabar
Tampilan Grafik
(56)
Sumber: Bimtek P4TK (2012)
Tampilan Aljabar (Algebra View) adalah deskripsi objek pada tampilan grafik yang ditampilkan. Tampilan Grafik (Graphics View) adalah tempat untuk kontruksi, gambar, grafik yang ditampilkan
(area kerja).
2. Menu, Toolbar dan Tool
Seperti pada aplikasi lain, menu bar GeoGebra berada pada bagian atas terdiri atas menu File, Edit, Options, Tools, Window dan
Help. Di bawahnya terdapat Toolbar yang berisi menu untuk membangun, menggambar, mengukur dan memanipulasi objek. Pada
setiap kategori yang ada di Toolbar terdapat beberapa tool lain yang tersembunyi, untuk menampilkannya kita dapat mengklik tanda
panah kecil di bagian kanan bawah setiap kotak tool yang ada di
Toolbar.
(57)
Menu Bar digunakan untuk mengelola file, edit file dan pengaturan modifikasi. Toolbar merupakan alat-alat yang digunakan untuk menggambar, membangun, mengukur dan memanipulasi
objek.
Gambar 2.3 Toolbar GeoGebra
Sumber: Bimtek P4TK (2012)
Tool yang sedang aktif ditandai dengan adanya kotak biru pada
tool tersebut. Selama tool itu sedang aktif kita bisa menggunakannya untuk melakukan tugasnya. Sehingga anda tidak perlu mengklik lagi
untuk membuat objek yang sama. Setiap tool yang ada dan sedang aktif akan dijelaskan nama tool disamping kanan dari Toolbar itu sendiri.
(58)
Gambar 2.4 Tool yang sedang aktif
Sumber: Bimtek P4TK (2012)
I. Teorema Pythagoras
1. Mengenal Teorema Pythagoras
Perhatikan gambar di bawah!
Gambar 2.5
Hubungan ketiga persegi itu disebut Teorema Pythagoras, yaitu :
Luas persegi pada Hipotenusa (sisi terpanjang) = Jumlah luas persegi
pada sisi lainnya.
Oleh karena itu dalam segitiga siku-siku berlaku:
Kuadrat Hipotenusa (sisi terpanjang) = jumlah kuadrat dua sisi lainnya
c2 = a2 + b2
A
C B
c
a b
Segitiga siku-siku mempunyai sebuah persegi pada setiap sisinya. Persegi pada sisi miring merupakan persegi terbesar.
(59)
Ilustrasinya sebagai berikut:
(i) (ii)
Gambar 2.5.1
Dari gambar diatas dapat dihitung luas persegi pada tiap sisi segitiga, dan
hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Menentukan Teorema Pythagoras
Dari tabel 2.2 dapat dinyatakan teorema Pythagoras sebagai berikut:
Pada setiap segitiga siku-siku, luas daerah persegi pada sisi miring
(hipotenusa) sama dengan jumlah luas daerah pada kedua sisi siku-siku.
Gambar
Luas daerah persegi pada salah satu sisi
siku-siku
Luas daerah persegi pada sisi siku-siku yang lain
Luas daerah persegi pada sisi miring (hipotenusa)
Jumlah luas daerah persegi pada
kedua sisi siku-siku
(i) 3 x 3 = 9 4 x 4 = 16 5 x 5 = 25 9 + 16 = 25
(60)
b c
B A
C
a
2. Menghitung Panjang Sisi Segitiga Siku-Siku Jika Dua Sisi Lain Diketahui
Gambar 2.6
Jika ABC adalah segitiga siku-siku dengan b panjang sisi miring,
sedangkan a dan c panjang sisi siku-sikunya, maka berlaku:
3. Mengenal Kebalikan Teorema Pythagoras
Gambar 2.7
Teorema Pythagoras menyatakan hubungan antara panjang setiap sisi
sebuah segitiga siku-siku.
b c
B A
C
(61)
Perhatikan segitiga siku-siku ACB dengan C = 900. Berikut ini:
c2 = a2 + b2 b2 = c2 - a2 a2 = c2 - b2
Kebalikan teorema Pythagoras dapat digunakan untuk menentukan
apakah suatu segitiga siku-siku atau bukan, jika diketahui ketiga sisinya.
Jenis Segitiga :
Hubungan nilai c2 dengan (a2 + b2) dapat digunakan untuk menentukan jenis segitiga. Jika a, b dab c adalah panjang sisi-sisi suatu
segitiga
a.
c2 = a2 + b2, maka segitiga tersebut, merupakan segitiga siku-siku. b.
(62)
c.
c2 > a2 + b2,maka segitiga tersebut, merupakan segitiga tumpul.
4. Mengenal Triple Pythagoras
Tripel Pythagoras adalah tiga bilangan asli yang tepat untuk
menyatakan ukuran panjang dari hipotenusa dan sisi-sisi yang lain.
Bilangan-bilangan asli a, b, dan c yang memenuhi hubungan
disebut bilangan tripel Pythagoras. Cara mendapatkan triple Pythagoras adalah sebagai berikut:
Tetapkan dua bilangan asli m dan n, dimana m n. Kemudian,
hitunglah masing-masing nilai , , dan . Hasil perhitungannya merupakan Tripel Pythagoras.
5. Menghitung Perbandingan Sisi-Sisi Segitiga Siku-Siku dengan Sudut Istimewa (salah satu sudutnya adalah 300, 450, atau 600)
a. Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 300 dan 600 pada
segitiga siku-siku
(63)
Jika suatu segitiga sisi-sisinya berbanding
√ atau √
maka segitiga itu adalah segitiga siku-siku dengan sudut 900
menghadap sisi terpanjang (hipotenusa) , sudut 600 menghadap sisi siku-siku terpanjang √ , sudut 300 menghadap sisi siku-siku terpendek a.
b. Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 450
Gambar 2.9
Jika suatu segitiga sisi-sisinya berbanding √ atau
√ , maka segitiga itu adalah segitiga siku-siku sama kaki dengan sudut 900 menghadap sisi terpanjang (hipotenusa) √ , dan sudut 450 menghadap sisi siku-sikunya a.
J. Kerangka Berpikir
Salah satu tugas guru adalah untuk melaksanakan pembelajaran. Dalam
melaksanakan pembelajaran, guru diharapkan paham tentang penerapan
strategi dan model pembelajaran. Keberhasilan suatu proses belajar
mengajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana guru dalam menerapakan
strategi dan model pembelajaran yang tepat bagi siswa demi tercapainya
(64)
Matematika merupakan ilmu yang bagi sebagian orang dipandang
sebagai ilmu yang sulit. Banyak siswa yang tidak tertarik dengan pelajaran
matematika dan minat siswa terhadap pelajaran matematika dirasa masih
kurang. Hal ini berimbas pada menurunnya prestasi atau hasil belajar
pelajaran matematika. Dalam mengatasi hal ini, perlu adanya usaha
perbaikan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam
pembelajaran matematika. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki
keterampilan untuk dapat mengembangkan pembelajaran matematika yang
menyenangkan dan dapat menarik minat siswa untuk belajar matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan memanfaatkan program GeoGebra
pada pokok bahasan Teorema Pythagoras diharapkan dapat membantu
pemahaman konsep siswa dan menarik minat siswa dalam pembelajaran
matematika sehingga keberhasilan pembelajaran dapat tercapai yaitu
meningkatkan hasil belajar siswa.
(65)
43 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian deskripstif kualitatif
dibantu dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
di mana peneliti dalam melakukan penelitiannya menggunakan teknik-teknik
observasi, wawancara atau interview, analisis isi, dan metode pengumpul data lainnya untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subjek (Punaji, 2010:
34).
Dalam penelitian ini, penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan keterlibatan dan hasil belajar siswa yang diketahui dari hasil
observasi, tes hasil belajar dan wawancara. Penelitian kuantitatif digunakan
untuk menganalisis hasil belajar siswa serta keterlibatan siswa yang berupa
skor.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian direncanakan mulai bulan Juli sampai bulan September
2013.
2. Tempat penelitian adalah SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, terletak di Jalan
Mas Suharto No. 48, Desa Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan,
(66)
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII A semester gasal SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 siswa
yang terletak di Jalan Mas Suharto No. 48, Desa Tegalpanggung,
Kecamatan Danurejan, Yogyakarta serta guru (Peneliti bertindak sebagai
guru).
2. Obyek penelitian adalah keterlibatan siswa dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program GeoGebra dan hasil belajar.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan kegiatan
belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memanfaatkan program
GeoGebra. 2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat keterlibatan siswa dan
hasil belajar.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu tes dan
non tes. Tes terdiri atas beberapa jenis diantaranya tes tertulis, tes lisan, dan
tes tindakan, sedangkan non tes terdiri dari angket, observasi, wawancara,
(67)
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Instrumen Tes
Instrumen tes terdiri atas Tes Kemampuan Awal (TKA), kuis, dan Tes
Evaluasi (TE).
a. Tes Kemampuan Awal (TKA)
Tes Kemampuan Awal (TKA) dilaksanakan sebelum proses
pembelajaran dan digunakan sebagai pedoman pembuatan kelompok
heterogen. Materi yang dipakai adalah materi yang pernah diajarkan
di kelas VII. Kisi-kisi soal TKA sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal (TKA)
No. Kompetensi
Dasar Indikator
Jenjang Kemampuan dan Kesukaran Soal Banyak Soal Penge-tahuan Pema- haman Pene-rapan
1. Melakukan
operasi hitung bilangan bulat dan pecahan.
Menghitung kuadrat dan pengkat tiga serta akar kuadrat dan akar pangkat tiga bilangan bulat.
1 soal no.1
- - 1
2. Menghitung
keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Menerapkan keliling luas dan bangun segiempat dalam
pemecahan masalah. -
soal no.4
- 1
3. Menghitung
keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Menerapkan keliling luas dan bangun segitiga dalam pemecahan masalah dan dalam kehidupan sehari-hari. - soal no.2 soal no.3 2
(68)
Contoh soal Tes Kemampuan Awal (TKA) sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan sifat selisih kuadrat, hitunglah:
a. √ …..
b. √ √ ….. b. Kuis Individu
Kuis diberikan di akhir pembelajaran setiap dua pertemuan
sekali. Kuis digunakan untuk mengecek pemahaman siswa dan
sebagai pedoman dalam menentukan penghargaan kelompok. Kuis
ini terdiri dari dua soal uraian tentang pokok bahasan Teorema
Pythagoras yang sudah diajarkan sebelumnya.
Contoh soal kuis:
1. Diketahui panjang sisi-sisi suatu segitiga adalah 15 cm, 20
cm dan 25 cm. apakah ketiga bilangan tersebut merupakan
tripel Pythagoras?
2. Andi menyandarkan tangga yang panjangnya 5 m pada
sebatang pohon. Jarak ujung bawah tangga terhadap pangkal
pohon 3 m. Berapa meter tinggi ujang atas tangga dari tanah?
c. Tes Evaluasi (TE)
Tes Evaluasi (TE) diberikan pada pertemuan terakhir setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Tes Evaluasi (TE) tersebut terdiri dari soal-soal uraian yang disusun oleh peneliti berdasarkan pokok
(1)
Lampiran | 128
(2)
Lampiran | 129
(3)
Lampiran | 130
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Gambar Siswa mengerjakan Tes Evaluasi
Gambar Siswa berdiskusi dalam kelompok
Gambar Siswa mempresentasikan hasil jawabannya
Gambar guru mengarahkan siswa yang menghadapi kesulitan
(4)
LAMPIRAN G
1. Surat Ijin Penelitian(5)
(6)
Lampiran | 132