11
sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan kognitif,
keterampilan psikomotor maupun yang menyangkut nilai dan sikap afektif Eveline siregar, 2010: 3.
Berikut ini merupakan pemaparan dari beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar. W.H. Burton 1984 dalam The Guidance of Learning
Activities Eveline Siregar, 2010: 4, mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu, karena adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Ernest R. Hilgard dalam
Introduction to Psychology mendefinisikan belajar sebagai suatu proses peru- bahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. H.C. Witherington dalam
Educational Psychology Eveline Siregar, 2010: 4, menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepriba- dian atau suatu pengertian.
Jadi, belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat
relatif konstan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah belajar apabila sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan atau obat-obatan.
12
Kecuali itu perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen, tahan lama, dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.
3. Teori Belajar Konstruktivistik
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan konstruksi pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada orang lain. Menurut Glaserfeld, Bettencout
1989 dan Matthews 1994 Eveline Siregar, 2010: 35 menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi bentukan
orang itu sendiri. Sementara Piaget Eveline Siregar, 2010: 35 mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari
pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama Eveline Siregar, 2010: 32 menegaskan bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi,
akomodasi, dan equilibrasi penyeimbangan. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi
adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibri adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut Cruikshank Benny A, 2010: 123 implementasi pendekatan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran memiliki beberapa karakteristik
penting, yaitu a belajar aktif active learning, b peserta didik terlibat dalam
13
aktivitas pembelajaran bersifat otentik dan situasional, c aktivitas belajar harus menarik dan menantang, d peserta didik harus dapat mengaitkan informasi baru
dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dengan sebuah proses yang disebut “bridging”, e peserta didik harus mampu merefleksikan pengetahuan
yang sedang dipelajari, f guru lebih berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu peserta didik dalam melakukan konstruksi pengetahuan, g guru harus
dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan peserta didik dalam menempuh proses belajar.
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak
bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses
berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseim- bangan Poedjiadi, 1999: 61.
Berdasarkan pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruk-
tivisme. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan
anak menurut Driver dan Oldham Eveline Siregar, 2010: 35 adalah a orientasi, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi, b