Teori Belajar Konstruktivistik Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Efektivitas
13
aktivitas pembelajaran bersifat otentik dan situasional, c aktivitas belajar harus menarik dan menantang, d peserta didik harus dapat mengaitkan informasi baru
dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dengan sebuah proses yang disebut “bridging”, e peserta didik harus mampu merefleksikan pengetahuan
yang sedang dipelajari, f guru lebih berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu peserta didik dalam melakukan konstruksi pengetahuan, g guru harus
dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan peserta didik dalam menempuh proses belajar.
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak
bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses
berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseim- bangan Poedjiadi, 1999: 61.
Berdasarkan pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruk-
tivisme. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan
anak menurut Driver dan Oldham Eveline Siregar, 2010: 35 adalah a orientasi, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi, b
14
elisitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi menulis, membuat poster dan lain-lain, c restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide
orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru, d penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplika-
sikan pada bermacam-macam situasi, e review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau
mengubah. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari, tetapi yang menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar peserta didik itu sendiri. Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik
berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik
belajar Eveline Siregar, 2010: 41. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar adalah aktivitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahu- annya sendiri, melalui bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap
realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan
15
pada pengalaman, sehingga memunculkan pemikiran terhadap usaha mengeva- luasi belajar konstruktivistik.
Pembelajaran konstruktivistik membantu peserta didik menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan
pengetahuan baru, yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru. Konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak melihat
pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yang dapat diulang oleh peserta didik terhadap pembelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab
soal-soal tes, melainkan pada apa yang dapat dihasilkan peserta didik, didemons- trasikan, dan ditunjukkan.