peserta didik menggunakan bahasa Indonesia ketika berada di sekolah. Oleh karena itu, media dan alat peraga menjadi penting dibahas dalam KBM yang
membahas perihal pembelajaran bahasa kedua. Media pembelajaran bahasa bermacam-macam menurut Soeparno 1980:
64-97 bisik berantai, ikut perintah, suku sambung, huruf sambung, silang datar, teka-teki silang, scrablle, kategori bingo, mengeja keras-keras, mengeja dan
berbaris, kubus berstruktur, dua puluh pertanyaan, resep gotong-royong, mengarang bersama, kontas ucapan, bermain sajak, ambil-ambilan, mencocokan
gambar, menyebut gambar, membaca dan berbuat, menerka kode, menerka teka- teki, bermain kartu gambar, dan kartu memori.
Briggs dalam Indriana 2011: 14 menyatakan bahwa media pengajaran adalah alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku,
film, rekaman video, dan lain sebagainya. Media juga merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Indihadi 2012: 7 menjelaskan media merupakan komponen pembelajaran. Media perlu digunakan dalam pembelajaran bahasa kedua. Media memiliki peran
solutif dalam mengatasi masalah pembelajaran bahasa kedua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat membantu peserta didik maupun guru dalam pembelajaran. Banyak macam media pembelajaran
bahasa, sehingga dapat dipilih media yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Kreatifitas guru diperlukan dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran menulis bahasa Jerman.
5. Media Kartun
Sobur 2003: 138 menjelaskan mengenai pengertian umum kartun sebagai sebuah gambar lelucon yang muncul di media massa, yang hanya
berisikan humor semata, tanpa membawa beban kritik social apapun. Tetapi berbeda dengan pendapat Sudarta dalam Sobur, 2003: 138, kartun adalah semua
gambar humor termasuk karikatur itu sendiri. Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan
‘mempercantiknya’ dengan penggambaran ciri khas lahiriah untuk tujuan mengejek.
Ranang 2010: 3 menjelaskan kartun berasal dari bahasa Italia, Cartone yang berarti kertas AaAer, bukan ‚kertas biasa‘ tetapi ‚kertas tebal‘, yang
memiliki dua jenis gambar, dalam bidang seni rupa dimaknai sebagai sketsa awal untuk keseluruhan karya utuh, sedangkan dalam bidang jurnalistik dimaknai
dengan gambar lucu atau kritikansindiran. Di Indonesia istilah kartun lebih dekat dengan istilah Karton dari bahasa Belanda, yang berarti tebal, karena bangsa
Indonesia memiliki kedekatan historis dengan Belanda sebagai Negara jajahan. Nugroho 1992: 2 menjelaskan kartun adalah sebuah gambar yang
bersifat reprensentasi atau simbolik, mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik, dan paling
sering menyoroti masalah politik atau masalah publik. Sebuah gambar kartun yang mengandung sebuah kritikan yang dimuat sebuah koran atau majalah dan
dimuat di rubrik opini adalah kartun editorial editorial cartoon. Namun masalah-masalah sosial kadang juga menjadi target, misalnya dengan mengangkat
kebiasaan hidup masyarakat, peristiwa olahraga, atau mengenai kepribadian seseorang. Dengan kata lain, kartun merupakan metafora visual hasil ekspresi dan
interpretasi atau lingkungan sosial politik yang tengah dihadapi oleh seniman pembuatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kartun berarti film bioskop
yang dibuat dengan memotret gambar lukisan tangan yang berseri; dapat juga berarti gambar dengan penampilan yang lucu yang berkaitan dengan keadaan
yang sedang berlaku terutama mengenai politik. Sudjana 2010: 58 berpendapat bahwa kartun adalah penggambaran
dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat. Sudjana 2010: 69
menambahkan kartun merupakan penyajian gambar atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang dirancang guna mempengaruhi opini masyarakat.
Menurut Sadiman 2002: 46, bahwa kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-
simbol untuk menyampaikan situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap
maupun tingkah laku. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana tanpa detail dengan
menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti dengan cepat. Kalau kartun mengena, pesan yang besar bisa disajikan secara
ringkas dan kesannya akan tahan lama diingatan. Haron Kartun sebagai Bahan Motivasi, 2001 mengemukakan, kartun
merupakan suatu bahan yang sangat popular dan digemari oleh lapisan pembaca