Hambatan yang dialami guru pendamping khusus GPK

91 berhitung, penalaran, dan analisis. Hal tersebut terlihat pada saat pembelajaran Matematika, PKn, dan IPS. Rendahnya pemahaman subyek terhadap materi yang dianggapnya sulit, saat evaluasi pembelajaran subyek banyak bertanya kepada guru dan jika evaluasi dilakukan secara berkelompok subyek kurang aktif dan tidak mengeluarkan pendapatnya. Agar subyek dapat lebih memahami materi pembelajaran, guru mengulang kembali materi yang telah diberikan secara singkat, guru juga menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dibahas. 4 Sikap dan perilaku dalam mengikuti pembelajaran Dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa sikap dan perilaku subyek baik dan terkendali. Terlihat dalam kegiatan pembelajaran subyek terlihat antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, selain itu subyek tidak merusak alat pembelajaran dan sarana penunjang pembelajaran di kelas, subyek tidak pernah mengambil dan merusak barang milik teman- temannya, subyek patuh dengan perkataan guru, dan subyek tidak membuat keributan dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

3. Peran Guru Pendamping Khusus GPK

1 Peran guru pendamping khusus dalam pembelajaran Guru pendamping khusus di SD Negeri Gadingan lebih sebagai konsultan. Guru pendamping khusus kurang berperan dalam kegiatan pembelajaran. Dari informasi yang diperoleh bahwa sekarang ini intensitas keberangkatan guru pendamping khusus di sekolah sangat jarang, guru pendamping khusus ke sekolah tidak memberikan pembelajaran individual 92 bagi anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan bimbingan dan pendampingan. Dalam pembelajaran PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS di kelas VA SD Negeri Gadingan, guru pendamping khusus tidak berperan dalam kegiatan pembelajaran. Guru pendamping khusus tidak menyusun PPI. Selain itu, guru pendamping khusus di kelas, dan tidak melaksanakan program remedial bagi anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam belajar. 2 Kontribusi guru pendamping khusus di sekolah Guru pendamping khusus di SD Negeri Gadingan berperan sebagai konsultan yang membantu atau bekerjasama dengan guru dalam memberikan pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus, dan pelayanan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Selain itu, guru pendamping khusus juga mengurus urusan di sekolah mengenai dana bantuan untuk pengadaan sarana prasarana dan fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah, serta media pembelajaran untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran, dan kebutuhan lainnya dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah. 3 Peran guru pendamping khusus yang belum terlaksana Peran guru pendamping khusus yang belum dapat terlaksana, yaitu melakukan asesmen penuh, melaksanaan kurikulum plus bagi anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunagrahita kategori ringan yang 93 membutuhkan penangan inklusif untuk membantu mengatasi hambatannya, memberikan pelayanan individual secara penuh dan berkelanjutan, serta memberikan layanan program pembelajaran remedial dan atau pengayaan bagi anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan. Alasan guru pendamping khusus belum dapat berperan dalam melaksanakan kegiatan tersebut adalah karena banyaknya tugas guru pendamping khusus di luar sekolah. Guru pendamping khusus di SD Gadingan juga merupakan guru di SLB Negeri 1 Kulon Progo. Sehingga, dengan usaha dan kemampuan guru pendamping khusus dalam menjalankan berbagai macam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan di luar sekolah masih ada beberapa tugas guru pendamping khusus yang belum dapat terlaksana.

D. Pembahasan

Penelitian ini mengungkap komponen-komponen proses dalam sistem pembelajaran inklusif. Komponen-komponen proses tersebut yaitu mengenai pelaksanaan asesmen, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Berikut dijabarkan mengenai komponen- komponen proses tersebut: 1. Asesmen Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa di sekolah belum melaksanakan kegiatan asesmen, namun hanya melakukan diagnosis. Seperti yang diungkapkan oleh Buston dalam Mumpuniarti 2007:75, asesmen pada anak tunagrahita adalah mengumpulkan data dalam rangka