71
untuk anak seusianya, BA memiliki bentuk tubuh gemuk, dan warna kulit gelap. BA termasuk anak yang aktif dan lincah dalam bergerak atau
melakukan aktivitas. Karakteristik sosial emosi anak, BA termasuk anak yang memiliki sosialisasi dan interaksi yang baik dengan orang lain. BA
terlihat anak yang ceria, suka bercanda dengan teman bahkan dengan guru, BA terbuka dengan orang lain, tidak suka menyendiri, percaya diri baik.
Dalam pembelajaran BA juga terlihat antusias dan bersemangat saat mengikuti pembelajaran.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan di kelas VA SD Negeri Gadingan Kulon Progo bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem pembelajaran inklusif
bagi anak tunagrahita kategori ringan kelas VA di SD Negeri Gadingan Kulon Progo. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari awal bulan April
hingga awal Mei 2015. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan panduan observasi untuk mempermudah dalam pengambilan data dan agar tidak menyimpang dari
tujuan yang telah dirumuskan. Observasi dilaksanakan di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang diamati yaitu pada
pembelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan PKn. Observasi dilaksanakan selama 4 minggu, dan setiap minggu dilaksanakan observasi
sebanyak 2 kali.
72
Pengumpulan data dengan teknik wawancara dilaksanakan menggunakan panduan wawancara yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan kepada subyek penelitian. Wawancara dilaksanakan secara langsung dan mendalam hingga hasil yang diperoleh lengkap. Wawancara dilakukan
pada saat jam istirahat ketika subyek berkenan untuk dilakukan wawancara. Sedangkan, dokumentasi dilakukan dengan mencari informasi atau data yang
berupa tulisan, foto atau gambar yang dapat menunjang kelengkapan data yang diperoleh.
1. Deskripsi Hasil Penelitian Sistem Pembelajaran Inklusif Bagi Anak
Tunagrahita Kategori Ringan Kelas VA di SD Negeri Gadingan Kulon Progo
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang mendalam mengenai sistem pembelajaran inklusif bagi anak
tunagrahita kategori ringan. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengungkap komponen-komponen proses dalam sistem pembelajaran inklusif.
Komponen-komponen proses tersebut yaitu mengenai pelaksanaan asesmen, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran. Berikut dijabarkan mengenai aspek-aspek tersebut:
1 Kegiatan Asesmen
Dari informasi yang diperoleh diketahui bahwa di sekolah belum melaksanakan kegiatan asesmen. Di sekolah hanya melakukan diagnosis
atau kegiatan untuk menentukan kelainan pada anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunagrahita kategori ringan. Diagnosis di sekolah tersebut
73
dilakukan oleh psikolog. Dalam pelaksanaan kegiatan diagnosis guru maupun
guru pendamping
khusus tidak
ikut berperan
dalam pelaksanaannya. Kegiatan diagnosis dilakukan di sekolah dengan
mengundang psikolog ke sekolah. Namun, terkadang juga anak-anak yang dibawa ke SLB Negeri 1 Wates untuk dilakukan pemeriksaan bersama
dengan anak-anak dari sekolah lain. Waktu pelaksanaan diagnosis di sekolah yaitu dilaksanakan pada awal
semester 2 setelah ujian akhir semester 1. Namun, waktu pelaksanaannya tersebut dilakukan secara fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi di
sekolah. Sehingga, pelaksanaannya dapat tertunda tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sebelum kegiatan diagnosis dilakukan,
psikolog dibantu oleh guru pendamping khusus dalam menyediakan kebutuhan dan data-data anak. Hasil diagnosis dilaporkan kepada sekolah
dengan berupa catatan hasil diagnosis anak. Laporan berisi nama anak, kelas, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, usia, grade, klasifikasi
kecerdasan, dan jenis hambatan. Dari informasi yang diperoleh, diketahui bahwa hasil dari diagnosis tersebut digunakan oleh guru dalam menentukan
pembelajaran untuk anak. Namun, kenyataan di lapangan pembelajaran untuk anak tunagrahita di kelas VA secara keseluruhan tidak ada perbedaan
dengan anak reguler. Hal tersebut dikarenakan, prosedur penanganannya hanya sampai pada kegiatan diagnosis belum sampai pada kegiatan asesmen
yang dimana untuk mengetahui potensi, kelebihan, dan kelemahan anak tunagrahita kategori ringan.