Manfaat Penelitian Fokus Penelitian

10 sedangkan untuk skala wisckler memiliki IQ 69 - 55. Menurut Daniel P. Hallahan, James M. Kauffman, dan Paige C. Pullen 2009: 149, mengatakan bahwa “ mild intellectual disability is a classification used to specify an individual whose IQ is approximately 50- 70”. Dapat diartikan bahwa disabilitas intelektual tingkat ringan merupakan suatu klasifikasi bagi anak yang memiliki IQ di antara 50 –70. Deborah Deutsch Smith dan Naomi Chowdhuri Tyler 2010: 207, mengemukakan bahwa “ Mild intellectual disabilities: IQ range of 50 to 69. Outcomes: Has learning difficulties, is able to work, can maintain good social relationships, contributes to society ”. Diartikan bahwa anak tunagrahita ringan memiliki rentang IQ antara 50-69. Anak tunagrahita ringan dapat melakukan pekerjaan, mampu menjaga hubungan sosial yang baik, sarta mampu memberikan konstribusi kepada masyarakat. Menurut T. Sujuhati Soemantri 2006: 106, anak tunagrahita kategori ringan masih dapat membaca, menulis, menghitung sederhana dan dengan bimbingan yang baik anak tunagrahita kategori ringan masih dapat berpenghasilan untuk dirinya sendiri. Menurut Mohammad Efendi 2009: 90, kemampuan yang dapat dikembangkan tunagrahita mampu didik debil antara lain: 1 membaca, menulis, mengeja dan berhitung; 2 kemampuan menyesuaikan diri dan ketergantungan terhadap orang lain; 3 keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak tunagrahita kategori ringan adalah anak yang memiliki tingkat 11 kecerdasan di bawah rata-rata dari anak normal, mengakibatkan anak mengalami hambatan dalam kemampuan kognitif, mengalami kesulitan dalam bidang akademik, namun masih bisa diberikan pembelajaran akademik dalam tahap yang sederhana. Selain itu juga mengalami hambatan dalam perilaku adaptif seperti ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Maka dari itu anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Ringan

Hallahan dan Kauffman dalam Mumpuniarti 2007: 66, mengungkapkan sebagai berikut: The most obvious characteristic of retardation is a reduced ability to learn. There are a number of ways in which cognitive problems are manifested. Research has documented that retarded student are likely difficulties in at least four areas related to cognition attention, memory, language, and academics. Maksud pernyataan tersebut bahwa karakteristik keterbelakangan yang paling tampak adalah berkurangnya kemampuan untuk belajar. Siswa yang mengalami keterbelakangan ini biasanya memiliki kesulitan dalam bidang kognitif, memori, bahasa, dan akademik. Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi permasalahan ketika anak tungrahita meniti tugas perkembangannya. Hambatan dari segi kognitif yang tampak pada anak tunagrahita dan sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu sebagai berikut: a. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkrit dan sukar berpikir.