Pengertian Pendidikan Inklusif Kajian tentang Pendidikan Inklusif

26 1 Prinsip Kasih Sayang Lay Kekeh Marthan 2007: 182 mengemukakan kasih sayang yang ditunjukkan oleh guru seperti: guru hendaknya berbahasa yang lembut, berperangi sabar, rela berkorban, memberi contoh perilaku yang baik, ramah dan supel, sehingga anak tertarik dan bersemangat mengikuti pembelajaran. 2 Prinsip Keperagaan Dalam pembelajaran diharuskan menggunakan benda-benda konkrit maupun berbagai alat peraga yang sesuai agar anak tunagrahita lebih tertarik dan lebih mudah dalam menerima pelajaran yang disampaikan. 3 Prinsip Habilitasi dan Rehabilitasi Menurut Lay Kekeh Marthan 2007: 183, habilitasi adalah usaha yang dilakukan seseorang agar anak menyadari bahwa mereka masih memiliki kemampuan atau potensi yang dapat dikembangkan meski kemampuan atau potensi tersebut terbatas. Sedangkan, rehabilitasi adalah usaha yang dilakukan dengan berbagai macam bentuk, sedikit demi sedikit mengembalikan kemampuan yang hilang atau belum berfungsi optimal. Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas mengenai prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif, dapat disimpulkan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif prinsip dibagi menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum adalah prinsip yang mendasari penerapan pendidikan inklusif, sedangkan prinsip khusus adalah prinsip yang disesuaikan dengan jenis anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah inklusif. 27

3. Komponen-Komponen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

Menurut Budiyanto, dkk 2009: 15-25, dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif hendaknya memahami komponen-komponen sebagai berikut: 1 Peserta Didik Sasaran pendidikan inklusif adalah semua anak normal maupun anak berkebutuhan khusus, semuanya harus dapat menerima perbedaan dan saling memahami, serta belajar bersama-sama dalam proses pembelajaran. Sebelum memasukkan anak ke dalam sekolah inklusif, perlu dilakukannya identifikasi dan asesmen terhadap anak. Identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan. Identifikasi anak dapat dilakukan oleh orang tua, guru, maupun tenaga ahli lainnya dalam upaya penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan sehingga perlu mendapatkan layanan pendidikan inklusif. Sedangkan, asesmen dimaknai sebagai proses penyaringan. Asesmen dilakukan sebelum disusun program pembelajaran, dimaksudkan untuk memahami kemampuan dan hambatan belajar anak, sehingga diharapkan program pembelajaran yang disusun dapat sesuai dengan kebutuhan belajar anak. 2 Kurikulum Jenis kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum standar nasional. Namun, karena setiap anak berkebutuhan khusus memiliki berbagai macam perbedaan antara individu satu dengan yang lain, maka dalam implementasinya perlu adanya modifikasipenyesuaian kurikulum. 28 Kurikulum standar nasional dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan masing- masing anak. Modifikasi kurikulum ini dilakukan oleh tim pengembang kurikulum di sekolah. Tim pengembang kurikulum di sekolah yaitu seperti kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus, konselor, psikolog, dan ahli lainnya yang terkait. Tujuan dari pengembangan kurikulum adalah untuk membantu anak dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan belajar yang dialami anak, membantu guru dan orang tua dalam mengembangkan program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, serta menjadi pedoman bagi sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan dan menyempurnakan program pendidikan inklusif. Model pengembangan kurikulum ada dua macam, yaitu model kurikulum tingkat satuan pendidikan yang sesuai standar nasional dan model kurikulum akomodatif. Model pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang sesuai standar nasional adalah kurikulum yang sama dengan kurikulum yang digunakan oleh anak normal. Sedangkan, model kurikulum akomodatif adalah model kurikulum yang dimodifikasi dengan mengacu pada kebutuhan anak. 3 Tenaga Pendidik Menurut Budiyanto, dkk 2009: 19, tenaga pendidik adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan pendidikan tertentu yang melaksanakan program