1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut UU RI No 20 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenis dari pendidikan  menengah  salah  satunya  adalah  Sekolah  Menengah  Kejuruan
SMK.  Pasal  15  menjelaskan  bahwa  “Pendidikan  kejuruan  merupakan pendidikan  menengah  yang  mempersiapkan  peserta  diklat  terutama  untuk
bekerja  dalam  bidang  tertentu”.  Sekolah  Menengah  Kejuruan  merupakan tingkatan  pendidikan  yang  menekankan  pada  bidang  keahlian  tertentu  yang
harus  dimiliki  oleh  siswa.  Menurut  Permendiknas  nomor  22  tahun  2006 menjelaskan  bahwa  pendidikan  kejuruan  bertujuan  untuk  meningkatkan
kecerdasan,  pengetahuan,  ahlak  mulia,  serta  keterampilan  siswa  untuk  hidup mandiri  dan  mengikuti  pendidikan  lebih  lanjut  sesuai  dengan  program
kejuruannya. Program keahlian busana butik merupakan program keahlian yang dimiliki
oleh  Sekolah  Menengah  Kejuruan  yang  mempersiapkan  siswa  dalam penguasaan  kompetensi  dan  kemampuan  kerja  sesuai  dengan  tuntutan  dunia
usaha  dan  industri.  Program  keahlian  busana  butik  memuat  mata  pelajaran busana  wanita,  yang  mempunyai  tujuan  agar  siswa  memiliki  pengetahuan,
keterampilan, penguasaan dalam menjahit busana wanita. Mata pelajaran busana wanita pada program keahlian busana butik di SMK
Negeri  1  Pandak  merupakan  mata  pelajaran  wajib  yang  harus  ditempuh  oleh siswa  dan  harus  mencapai  nilai  sesuai  dengan  Kriteria  Ketuntasan  Minimal
KKM  yang  telah  ditetapkan.  Siswa  dinyatakan  kompeten  atau  menguasai
2 kompetensi  tertentu  pada  mata  pelajaran  produktif  apabila  mencapai  nilai  KKM
sebesar 75 sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. Jadi diperlukan adanya  perhatian  serta  perbaikan  terhadap  proses  pembelajaran  agar  siswa
dapat mencapai nilai sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan belajar dan mengajar yang
terjadi  di  sekolah,  sehingga  memunculkan  interaksi  antara  guru  dan  siswa. Pembelajaran  terdiri  dari  beberapa  komponen  utama  yang  saling  berinteraksi
diantaranya ialah tujuan pembelajaran, guru, siswa, bahan atau materi pelajaran, pendekatan  dan  metode,  media  atau  alat,  sumber  belajar  serta  evaluasi.
Pemilihan media dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan  observasi  yang  telah  dilakukan  dalam  proses  pembelajaran praktik  menjahit  busana  pesta,  sebanyak  17  siswa  dari  31  siswa  atau  54.84
dari  100  siswanya  dinyatakan  belum  tuntas  sehingga  harus  diberi  perbaikan atau  remedial  agar  dapat  tuntas  sesuai  KKM.  Hasil  observasi  tersebut  juga
ditemukan  lebih  dari  50  siswa  tersebut  kurang  bersungguh-sugguh  dalam mengerjakan  tugas  praktik  menjahit  busana  pesta.  Hal  ini  ditunjukkan  dengan
banyaknya  siswa  yang  saling  mengobrol  di  dalam  kelompok  sehingga pekerjaannya  tidak  terselesaikan  dengan  baik.  Bahkan  dijumpai  pula  beberapa
siswa yang mengerjakannya secara individu. Penyampaian materi oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah
dan  demonstrasi,  namun  metode  tersebut  dirasa  kurang  efektif,  dimana  1  guru harus  menjelaskan  31  siswa,  sehingga  ditemukan  beberapa  permasalahan,
diantaranya  yaitu  terjadi  perbedaan  tingkat  pemahaman  siswa  terkait  materi
3 busana  pesta  yang  disampaikan  guru.  Struktur  kognitif  siswa  dalam  mengerti,
memahami, menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan atau materi sangat bervariasi.  Karakter  masing-masing  siswa  berpengaruh  terhadap  kemampuan
dalam  mengembangkan  pengetahuan  yang telah  disampaikan  oleh guru.  Siswa dengan karakter  pemalu  dan  pasif  mengalami  kesulitan  dalam  mengaplikasikan
pengetahuan  dalam  praktik.  Demikan  pula  untuk  siswa  pintar  yang  tidak  dapat mengasah dan mengoptimalkan kemampuannya.
Guru tidak dapat memberikan bantuan secara individual pada setiap siswa karena keterbatasan waktu, sehingga siswa yang kurang paham dan tidak dapat
kesempatan dibimbing menjadi tertinggal. Selain itu, siswa yang memperhatikan dan memahami demonstrasi guru hanya siswa yang berada disekitar guru. Siswa
yang berada di belakang tidak bisa melihat dengan jelas dan kurang memahami. Hal  ini  dikarenakan  ketika  guru  mendemonstrasikan  secara  klasikal  teknik
menjahit busana pesta siswa berdesak-desakan dengan teman lainnya, sehingga sebagian besar siswa menjadi malas. Siswa bertanya kepada guru satu persatu
apa  yang  belum  dipahami  sehingga  guru  harus  menjelaskan  berkali-kali,  dan siswa merasa canggung bertanya guru.
Selain  permasalahan  yang  disebabkan  dengan  metode  yang  digunakan guru  terdapat  pula  permasalahan  dari  siswa,  yakni  siswa  tidak  memanfaatkan
waktu  dengan  baik  di  sekolah.  Tugas  yang  seharusnya  dikerjakan  di  sekolah dikerjakan di rumah dan mengumpulkannya asal jadi karena kurang memahami
prosedur  yang  didemonstrasikan  guru.  Selain  itu  banyak  siswa  yang  terlambat mengumpulkan tugas dari batas waktu yang telah ditentukan.
4 Berdasarkan    beberapa  permasalahan  tersebut  dapat  berpengaruh
terhadap pencapaian kompetensi siswa, dimana target sekolah tuntas KKM lebih dari  80.  Namun  pada  kenyataannya  masih  jauh  dari  harapan  yaitu  baru
mencapai 45.16, sehingga alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi  menjahit  busana  pesta  pada  mata  pelajaran  busana  wanita  ini
adalah dengan memilih metode pembelajaran yang dapat membantu siswa agar mudah  dalam  memahami  pelajaran.  Salah  satu  cara  yang  dapat  digunakan
adalah dengan menerapkan metode pembelajaran peer tutoring. Metode  peer  tutoring  merupakan  salah  satu  metode  pembelajaran  untuk
membantu  memenuhi  kebutuhan  siswa  dengan  pendekatan  kooperatif,  dimana terdapat  rasa  saling  menghargai  dan  mengerti  dibina  diantara  siswa  yang
bekerjasama.  Kelompok  peer  tutoring  terdiri  dari  4-5  anggota  yang  berasal  dari siswa  yang  memiliki  kemampuan  tinggi  untuk  mejadi  tutor  dan  siswa  dengan
kemampuan rata-rata dan dibawah rata-rata untuk dibimbing oleh tutor Metode  peer  tutoring  memiliki  keunggulan  untuk  dapat  membantu
temannya  yang  mengalami  kesulitan  belajar,  canggung  bertanya  kepada  guru, sehingga meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara siswa yang prestasinya
rendah  dengan  siswa  yang  mempunyai  prestasi  yang  lebih  tinggi  dalam  satu kelas.  Selain  itu juga siswa  dapat  saling memberi  motivasi  satu  sama  lain  yang
tumbuh dari tercapainya hubungan yang saling menguntungkan antara guru dan siswa.
Materi  menjahit  bagian-bagian  busana  pesta  merupakan  materi  yang dirasa  sulit  untuk  dipahami,  sehingga  seringkali  siswa  bertanya  dengan
temannya.  Akan  tetapi  temannya  belum  tentu  lebih  paham  mengenai  materi
5 tersebut.  Oleh  sebab  itu,  dengan  digunakan  metode  peer  tutoring  ini  akan
membantu  siswa  dan  guru  dalam  proses  pembelajaran  menjahit  busana  pesta pada  mata  pelajaran  busana  wanita  di  kelas  XI  Busana  Butik  SMK  Negeri  1
Pandak. sehingga dengan diterapkannya kompetensi siswa dapat meningkat. Berdasarkan  keunggulan  dari  metode  peer  tutoring  dan  beberapa
permasalahan  diatas,  maka  dipilih  diterapkan  metode  peer  tutoring.  Pemilihan metode peer tutoring diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa menjahit
busana  pesta  dan  dapat  meningkatkan  keaktifan  siswa,  serta  siswa  tidak canggung untuk bertanya.
B. Identifikasi Masalah