Peningkatan Kompetensi Siswa pada Materi Menjahit Busana Pesta

111 mengerjakan soal berupa tes essay. Setelah siswa selesai mengerjakan soal tes guru menutup pembelajaran dengan salam. Kualitas pembelajaran agar lebih meningkat sebagai upaya peningkatan kompetensi siswa, pada siklus 2 dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitas tindakan kelas yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Perbaikan yang dilakukan adalah memperbaiki media yang digunakan yaitu jobsheet, menetapkan kelompok sesuai keinginan siswa, menjelaskan kembali pembelajaran menggunakan metode peer tutoring, selain itu guru memberi bimbingan kepada tutor.

2. Peningkatan Kompetensi Siswa pada Materi Menjahit Busana Pesta

Kelas XI Busana Butik 2 melalui Metode Pembelajaran Peer Tutoring Pelaksanaan pembelajaran menjahit busana pesta yang terdiri dari dua siklus tersebut memberikan hasil adanya peningkatan kompetensi pada siswa kelas XI Busana Butik 2 SMK Negeri 1 Pandak. Peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran menjahit busana pesta dapat diamati dari aspek-aspek keaktifan belajar siswa diantaranya yaitu: membaca materi dan menandai hal-hal yang penting, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat pada saat diskusi, mendengarkan penjelasan tutor sebaya saat berdiskusi, merangkum materi dari tutor saat diskusi, bekerja sama dengan teman sekelompok, dan melaksanakan diskusi dengan tutor sebaya dan kelompoknya. Beberapa keterangan yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran pra siklus menyebutkan, kondisi siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar pada umumnya masih bersikap pasif. Pada saat penyampaian materi, siswa hanya mendengarkan. Pada saat guru menerangkan siswa kurang termotivasi untuk memperhatikan penjelasan. Selain itu, siswa terlihat malu dan takut untuk 112 bertanya hal yang kurang jelas kepada guru sehingga siswa terlihat jenuh dan bosan. Berdasarkan refleksi pembelajaran tahap pra siklus tersebut, diperoleh beberapa hal yang berkaitan dengan hasil ketuntasan belajar siswa yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian peneliti menerapkan pembelajaran peer tutoring untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam materi menjahit busana pesta. Metode pembelajaran ini menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, sehingga kemampuan siswa semakin dikembangkan dalam tahapan pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pra siklus, tentu terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki. Untuk itu pada siklus 1 diterapkan pembelajaran dengan metode peer tutoring. Pada siklus 1 kompetensi siswa telah meningkat yakni dari 31 siswa 17 siswa telah tuntas KKM. Siswa telah mulai aktif selama pembelajaran berlangsung, mereka saling bertukar pendapat dengan tutor sebayanya. Sehingga siswa tidak lagi mengandalkan guru untuk memberikan materi ajar, melainkan guru bertugas untuk mendampingi siswa. Meskipun belum mencapai angka yang memuaskan untuk suatu tindakan kelas, metode ini mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kualitas pembelajaran agar lebih meningkat sebagai upaya peningkatan kompetensi siswa yang diperoleh dari hasil refleksi siklus 1, pada siklus 2 perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitas tindakan kelas yang diterapkan dalam perencanaan. Perbaikan dilakukan dengan menambah intensitas guru dalam memotivasi dan membangkitkan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu tutor sebaya juga lebih intensif dalam membimbing 113 temannya yang mengalami kesulitan, terutama pada tahap mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Perbaikan juga dilakukan dengan memperbaiki menejemen waktu siswa dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan uraian diatas, penerapan metode peer tutoring pada materi menjahit busana pesta dalam penelitian ini dinyatakan berhasil meningkatkan kompetensi siswa. Masih ada 6 orang siswa yang belum tuntas KKM, hal ini disebabkan karena siswa tersebut kemampuannya kurang dalam praktik menjahit, sehingga sangat susah untuk meningkatkan kompetensi ke-6 siswa tersebut. Kompetensi siswa dalam menjahit busana pesta dengan metode pembelajaran peer tutoring semakin meningkat dengan hasil lebih dari 80 dari 31 siswa telah tuntas KKM, sehingga tindakan pada penelitian ini diberhentikan pada siklus kedua. Berdasarkan hasil perhitungan pada hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa penggunaan metode peer tutoring dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menjahit busana pesta pada mata pelajaran busana wanita bagi siswa kelas XI Busana Butik SMK Negeri 1 Pandak. Sesuai hasil perhitungan tersebut terdapat peningkatan kompetensi siswa pada materi menjahit busana pesta siswa kelas XI Busana Butik SMK Negeri 1 Pandak, hasil rata-rata peningkatan dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 1.8 dan dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat 5.1 . Rata-rata nilai siswa siklus 1 sebesar 74.3, median 75.7 dan modus 80.8 pada siklus 2 rata-rata nilai siswa mencapai 80.8 dengan nilai median 77.6 dan modus 80.3 114

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kompetensi menjahit busana pesta pada mata pelajaran busana wanita melalui metode peer tutoring siswa kelas XI busana butik SMK Negeri 1 Pandak dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi menjahit busana pesta kelas XI Busana Butik 2 melalui metode pembelajaran peer tutoring dilaksanakan mulai dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan yaitu guru memberikan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti yaitu guru menerapkan metode pembelajaran peer tutoring, dimulai dari menyusun kelompok beranggota 4-5 orang dengan menunjuk salah satu siswa menjadi tutor dalam kelompoknya, guru menjelaskan cara penyelesaian tugas dengan metode peer tutoring, guru menjelaskan materi, siswa mengerjakan tugas dibawah bimbingan teman tutornya, guru mengamati aktivitas belajar siswa, guru bersama siswa memberi evaluasi dari hasil praktik. Kegiatan penutup yaitu guru menilai pengetahuan siswa dan guru bersama siswa merangkum materi pembelajaran. 2. Kompetensi siswa kelas XI Busana Butik 2 melalui penggunaan metode peer tutoring pada pembelajaran menjahit busana pesta mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan pada pra siklus nilai rata-rata 73, siswa yang mencapai KKM masih rendah yaitu hanya 14 dari 31 siswa 45.16. Pada siklus pertama nilai rata-rata meningkat menjadi 74.3, siswa yang mencapai KKM yaitu 14 siswa menjadi 17 siswa 54.84 dan