23 yang di perpustakaan yang bersangkutan melebihi kebutuhan. Selain itu, faktor
lain yang dapat memicu kegiatan tukar menukar bahan bacaan ini karena isi dari bacaan yang tersedia kurang sesuai dengan tingkat usia siswa, sehingga bacaan
tersebut harus ditukarkan dengan bacaan lainnya yang lebih sesuai. d.
Meminjam Cara meminjam kepada pihak lain merupakan salah satu solusi yang dapat
dilakukan oleh pengelola perpustakaan untuk semakin memperkaya koleksi bahan bacaan di perpustakaannya. Peminjaman ini dapat dilakukan dengan meminjam
buku dari pihak kepala sekolah, guru, staf karyawan sekolah maupun orang tua siswa. Selain itu, peminjaman koleksi bahan bacaan ini juga dapat dilakukan
dengan meminjam suatu lembaga atau organisasi tertentu dalam jangka waktu tertentu.
e. Membuat sendiri
Cara lain untuk memperkaya koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan adalah dengan membuat sendiri. Kegiatan membuat sendiri ini dapat berupa
membuat sebuah kliping dan menjilid majalah yang telah lama. Pembuatan kliping yaitu guntingan artikel-artikel, berita-berita, data statistik yang
ditempelkan pada kertas atau bahan lain yang dijilid menjadi satu Ibrahim Bafadal, 2005: 43.
8. Pengelolaan Bahan Perpustakaan
Bahan perpustakaan yang telah tersedia haruslah dikelola dengan baik. Pengelolaan ini bertujuan untuk memudakan pengguna dalam menemukan bahan
24 perpustakaan yang akan dicari. Berikut adalah bentuk pengelolaan bahan
perpustakaan: a.
Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan memeriksa, memberi stempel dan
mencatatmendaftar semua koleksi perpustakaan dalam buku induk dan diberi nomor induk, setiap satu eksemplar satu nomor Sumardjo, dkk, 2006: 118.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Ibrahim Bafadal 2005: 46 pencatatan bahan-bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah disebut inventarisasi
bahan pustaka, di mana kegiatannya meliputi memberi stempel dan mendaftar buku-buku. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
inventarisasi merupakan suatu kegiatan pencatatan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Kegiatan inventarisasi ini meliputi kegiatan memberikan stempel
pada buku, membuat daftar buku-buku, serta memberikan nomor pada buku. Pada kegiatan inventarisasi ini ada yang disebut dengan buku induk atau
buku inventaris. Buku induk atau buku inventaris ini berisi tentang keterangan- keterangan buku yang perlu dicatat. Bentuk dari buku induk ini pada dasarnya
berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kebijakan setiap perpustakaan. Yaya Suhendar 2014: 94 menyebutkan bahwa keterangan yang pelu dicatat dalam
buku inventaris ini meliputi tangga, nomor induk buku, nama pengarang, judul buku, edisi, kota terbit, penerbit, tahun terbit, asal buku, harga buku dan
keterangan. Pendapat lain mengungkapkan bahwa kolom-kolom inventaris dapat ditulis terkait dengan nomor unit, nomor inventaris, tanggal, pengarang, judul,
asal buku, bahasa, harga, dan keterangan Lasa H.S, 2008: 78. Berdasarkan
25 pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterangan yang di tuliskan pada buku
induk secara umum meliputi tanggal penerimaan, nomor induk, pengarang, judul buku, edisi, jumlah, kota terbit, penerbit, tahun terbit, asal buku, harga buku, dan
keterangan. b.
Katalogisasi Katalogisasi merupakan kegiatan mengkatalog buku-buku. Noerhayati
Soedibyo 1988: 146 mendefinisikan katalog adalah daftar bahan-bahan koleksi perpustakaan yang disusun secara alfabetis atau secara sistematis. Pendapat lain
juga mengungkapkan bahwa katalog merupakan suatu daftar yang berisi keterangan-keterangan yang lengkap komperhensif dari suatu buku-buku
koleksi, dokumen-dokumen, atau bahan-bahan pustaka lainnya Ibrahim Bafadal, 2005: 89. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa katalogisasi
merupakan proses mengkatalogkan buku dengan membuat daftar buku-buku secara sistematis.
Katalogisasi ini penting untuk dilakukan agar pengguna dapat dengan mudah menemukan bahan pustaka yang akan dicari. Pada katalog ini akan
memberikan beragam informasi terkait dengan bahan pustaka. Menurut Sumardjo, dkk 2006: 18 katalogisasi ini berpedoman pada Peraturan Katalogisasi Indonesia
yang bersumber pad a peraturan pengkatalogan standar internasional yaitu “Angglo
American Catalogung Rules” AACR. Senada dengan pendapat di atas, Darmono 2004: 90 menyatakan bahwa atauran pembuatan deskripsi katalog
diatur dalam American Catalogung Rules Edisi 2” AACR 2 yang membagi
menjadi tiga tingkat. Tingkat pertama merupakan pendeskripsian yang sangat
26 sederhana, di mana tidak semua informasi dijabarkan. Tingkat kedua merupakan
adalah pendeskripsian yang mencakup tujuh aspek, yaitu judul dan pernyataan tanggung jawab, edisi, terbitan, deskripsi fisik, seri, catatan, dan nomor standar.
Sedangkan, tingkat ketiga adalah pendeskripsian yang dilakukan secara rinci dari bahan pustaka yang dikatalogkan. Berdasarkan penjabaran di atas, jenis
pengkatalogan yang sering digunakan di perpustakaan pada umumnya adalah pengkatalogan tingkat dua.
c. Klasifikasi
Kalsifikasi buku adalah suatu proses memilih dan mengelompokkan buku- buku perpustakaan sekolah atau bahan pustaka lainnya atas dasar tertentu serta
diletakkannya secara bersama-sama di suatu tempat Ibrahim Bafadal, 2005: 51. Yaya Suhendar 2014: 98 mendefinisikan klasifikasi adalah pengelompokan
buku berdasarkan subjek atau isi buku, atau pokok bahasan dari buku tersebut, di mana pengelompokan tersebut buku diberikan notasi berupa angka. Berdasarkan
kedua pendapat di atas, yang dimaksud dengan klasifikasi adalah proses mengelompokkan buku berdasarkan ketentuan tertentu.
Darmono 2004: 99 menyatakan bahwa sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan perpustakaan di Indonesia adalah klasifikasi persepuluhan
Dewey DDC. Sistem klasifikasi DDC ini membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelompok kelas utama dengan menggunakan angka-angka persepuluhan,
yaitu Lasa H. S, 2008: 185: 000
– 099 Karya Umum 100
– 199 Filsafat 200
– 299 Agama 300
– 399 Ilmu Sosial
27 400
– 499 Bahasa 500
– 599 Ilmu Pengetahuan Murni 600
– 699 Ilmu Pengetahuan TerapanTeknologi 700
– 799 Seni, Olah Raga, dan Hiburan 800
– 899 Kesusasteraan 900
– 999 Biografi, Ilmu Bumi, dan Sejarah Pada sistem DDC, kelas utama di atas dibagi lagi menjadi 10 divisi, masing-
masing dari divisi ini dibagi lagi menjadi 10 seksi dan masing-masing seksi dibagi lagi menjadi 10 subseksi. Pembagian ini dinamakan dengan pembagian desimal
atau persepuluhan. d.
Penyelesaian fisik bahan perpustakaan Penyelesaian fisik adalah kegiatan membuat dan memasang kelengkapan
fisik pada bahan pustaka. Pembuatan dan pemasangan ini meliputi kantong buku, kartu buku, lembar tanggal kembali, dan label atau tanda buku nomor panggil.
Label buku terdiri dari nomor klasifikasi, tiga huruf pertama judul buku dan huruf pertama nama pengarang Sumardjo, dkk, 2006: 18.
e. Pengaturan Koleksi
Untuk memudahkan pengguna dalam mencari buku perlu adanya pengaturan koleksi, sehingga koleksi dapat tertata dengan rapi dan mudah
ditemukan oleh pengguna. Lasa H. S 2008: 209 mengungkapkan bahwa cara untuk menyusun koleksi dalam rak buku adalah dengan a mengurutkan dari
angka desimal kecil ke angka desimal besar; b penyusunan buku dalam almari dimulai dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah; c disusun dengan mengurutkan
huruf, yaitu tiga huruf pertama nama pengarang secara alfabetis; d diurutkan berdasarkan huruf petma judul pustaka sesuai alfabet, lalu mengurutkan volume,
bagian, dan eksemplar. Sedangkan, Darmono 2004: 130 menyatakan bahwa
28 penyusunan buku dalam rak meliputi: a diatur dengan mengurutkan skema
klassifikasi dan memperhatikan titik desimalnya; b mengurutkan berdasarkan tiga huruf pertama nama pengarang; c mengurutkan berdasarkan huruf pertama judul.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara dalam mengurutkan koleksi dalam sebuah rak adalah dengan mengurutkan berdasarkan
angka, nama pengarang, judul dan letak buku dalam almari. Mengurutkan buku berdasarkan angka yaitu mengurutkan buku berdasarkan nomor klasifikasi dari
angka desimal kecil ke angka desimal besar. Mengurutkan buku berdasarkan nama pengarang merupakan cara mengurutkan buku dengan memperhatikan tiga
huruf pertama dari nama pengarang dan kemudia disusun secara alfabetis. Mengurutkan buku berdasarkan judul buku adalah cara mengurutkan buku dengan
memperhatikan tiga huruf pertama dari judul buku yang akan ditata, kemudian disusun secara alfabetis diurutkan berdasarkan alfabet. Mengurutkan buku
berdasarkan letak yaitu mengurutkan buku dengan memperhatikan tata letak dalam almari, di mana buku harus disusun mulai dari sebelah kiri ke sebelah
kanan dan dari arah atas ke arah bawah.
9. Sarana Prasarana Perpustakaan