PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KELAS DI SD NEGERI PECOBAAN 3.

(1)

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KELAS DI SD NEGERI PERCOBAAN 3

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ratih Putri Kesumasari NIM 13108244013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Perpustakaan sekolah sebagai jantung program pendidikan (the heart of educational program)

(Dian Sinaga)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”

(Q.S. Ar-Ra‟d [13]: ayat 11)

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas anugerah Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Orang tua saya, Ibu Sri Nuryanti, Bapak Winardi, dan Bapak Sahir. 2. Nenek saya, Ibu Pawirodiyono.

3. Agama serta seluruh rakyat Indonesia.


(7)

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KELAS DI SD NEGERI PECOBAAN 3

Oleh

Ratih Putri Kesumasari NIM 13108244013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3 yaitu terkait dengan perencanaan perpustakaan kelas, pelaksanaan perpustakaan kelas, dan evaluasi perpustakaan kelas.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Setting penelitian berada di SD Negeri Percobaan 3 yang dilakukan pada bulan Februari 2017. Subjek penelitian adalah guru, siswa, dan pustakawan SD Negeri Percobaan 3. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan berpedoman pada pedoman observasi dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri Percobaan 3 memiliki perpustakaan kelas yang telah berjalan sejak Rabu, 06 Januari 2016 hingga saat ini. Perpustakaan kelas merupakan salah satu program kerja dari perpustakaan sekolah, sehingga visi misinya sesuai dengan visi misi perpustakaan sekolah. Tujuan perpustakaan kelas yaitu mendekatkan siswa dengan buku dan meningkatkan minat membaca siswa. Penanggung jawab pelaksanaan perpustakaan kelas adalah dari dalam sekolah (guru kelas). Koleksi bahan bacaan adalah buku fiksi maupun nonfiksi yang bersumber dari sumbangan siswa, sumbangan guru, dan meminjam perpustakaan sekolah. Pengadaan sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab sekolah, di mana anggaran untuk pengadaan ini diambil dari dana BOSNAS. Pemanfaatan perpustakaan kelas digunakan untuk kegiatan budaya membaca yaitu wajib membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Pada pelaksanaannya kegiatan budaya membaca ini dapat dimodifikasi oleh guru. Selain itu, hasil perbandingan antara perencanaan dengan pelaksanaan perpustakaan kelas dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi sekolah.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir skripsi dengan judul “Pengelolaan Perpustakaan Kelas di SD Negeri Percobaan 3” dengan baik. Penulisan tugas akhir skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M. Pd., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Haryanto, M. Pd yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis dan memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah mendukung kelancaran penyelesaianskripsi ini.

4. Bapak Drs. Herybertus Sumardi, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Yuni Pratiwi, S. Pd selaku kepala SD Negeri Percobaan 3 Pakem yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri Percobaan 3.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Fokus Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7

1. Pengertian Perpustakaan ... 7

2. Tujuan dan Manfaat Perpustakaan ... 8

3. Fungsi Perpustakaan ... 10

4. Perencanaan Pembentukan Perpustakaan ... 12


(11)

6. Koleksi Bahan Bacaan ... 17

7. Sumber Pengadaan Bahan Bacaan ... 21

8. Pengelolaan Bahan Perpustakaan ... 23

9. Sarana Prasarana Perpustakaan ... 28

10.Penganggaran ... 30

11.Layanan Perpustakaan ... 31

B. Kerangka Pikir ... 34

C. Pertanyaan Peneliti ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penilitian ... 38

C. Subjek Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Observasi ... 39

2. Wawancara ... 40

3. Dokumentasi ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

1. Pedoman Observasi ... 43

2. Pedoman Wawancara ... 44

3. Pedoman Dokumentasi ... 45

F. Sumber Data ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 46

1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 47

2. Data Display (Penyajian Data) ... 47

3. Conclusions Drawing/Vericication (Penarikan Kesimpulan) ... 47

H. Keabsahan Data ... 48

1. Triangulasi Sumber ... 48

2. Triangulasi Teknik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 49


(12)

2. Jumlah Siswa ... 51

3. Potensi Guru dan Karyawan ... 51

4. Perpustakaan Sekolah... 52

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian ... 55

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 55

2. Deskripsi Objek Penelitian ... 56

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 56

1. Perencanaan Perpustakaan Kelas ... 56

2. Pelaksanaan Perpustakaan Kelas... 62

3. Evaluasi Pelaksanaan Perpustakaan Kelas ... 73

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

1. Perencanaan Perpustakaa Kelas ... 77

2. Pelaksanaan Perpustakaan Kelas... 82

3. Evaluasi Pelaksanaan Perpustakaan Kelas ... 93

E. Temuan Penelitian ... 96

F. Keterbatasan Penelitian ... 97

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 98

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 43

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 44

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ... 45

Tabel 4. Jumlah Siswa Kelas I-VI SD Negeri Percobaan 3 ... 51


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian ... 36 Gambar 2. Komponen Analisis Data (Interactive Model) ... 47


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 105

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru dan Pustakawan ... 107

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 111

Lampiran 4. Hasil Observasi ... 112

Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru dan Pustakawan ... 191

Lampiran 6. Hasil Dokumentasi ... 226

Lampiran 7. Dokumentasi Gambar ... 227

Lampiran 8. Profil Perpustakaan Sekolah ... 233

Lampiran 9. Hasil Notulen Rapat Sekolah ... 239

Lampiran 10. Rincian Anggaran Belanja Langsung ... 242

Lampiran 11. Daftar Buku yang Dipesan Siswa ... 243

Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 244

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Kabupaten Sleman ... 245

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian dari Universitas untuk Kabupaten Sleman .. 246

Lampiran 15. Surat Izin Penelitian dari Universitas untuk Sekolah ... 247

Lampiran 16. Surat Pernyataan Validasi ... 248

Lampiran 17. Hasil Validasi ... 249


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia dan pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari keduanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan selalu menjadi hal yang dekat dengan kehidupan manusia. Oleh sebab itulah, kesadaran akan kebutuhan pendidikan sangat perlu ditumbuhkembangkan dalam diri masyarakat khususnya masyarakat Indonesia.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang didukung dengan fasilitas pendidikan yang memadai pula. Salah satu fasilitas pendidikan yang sangat penting adalah adanya perpustakaan. Perpustakaan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar bagi masyarakat. Melalui perpustakaan, masyarakat akan diberikan kesempatan untuk semakin memperluas dan memperdalam pengetahuan atau informasi yang dimiliki dengan koleksi-koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan tersebut. Hal ini senada dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 2 yang berbunyi “perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Perpustakaan adalah sebuah unit kerja yang betugas untuk mengelola bahan-bahan pustaka. Perpustakaan pada dasarnya beragam, salah satunya adalah perpustakaan sekolah. Perpusakaan sekolah menurut Sumardjo, dkk (2006: 3) adalah perpustakaan yang berada di lembaga pendidikan sekolah, yang merupakan bagian integral dari sekolah yang bersangkutan dan merupakan sumber belajar


(17)

Menganalisis pendapat di atas, dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah merupakan salah satu perihal yang cukup memiliki pengaruh penting dalam tercapainya tujuan pendidikan. Oleh sebab itulah, penting bagi setiap sekolah untuk memiliki perpustakaan.

Perpustakaan sekolah sangat penting diselenggarakan mengingat bahwa akan banyak manfaat yang diperoleh dengan diselenggarakannya perpustakaan sekolah ini. Manfaat perpustakaan sekolah ini tidak hanya akan dirasakan oleh siswa saja, akan tetapi juga akan dirasakan seluruh warga sekolah. Adanya perpustakaan sekolah akan memudahkan siswa untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkan terutama guna mendukung proses belajar yang tengah berlangsung. Selain itu, guru sebagai pendidik juga akan dimudahkan dengan tersedianya koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan sekolah guna mendukung dan mengembangkan pembelajaran yang lebih berkualitas. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ibrahim Bafadal (2005: 5-6) yang menyatakan beberapa manfaat dari perpustakaan sekolah adalah:

(1) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.

(2) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid-murid mau belajar mandiri.

(3) Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran.

(4) Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, tidak jarang perpustakaan sekolah masing sering diasumsikan sebagai gudang buku, bukan sebagai pusat sumber belajar. Pandangan inilah yang hendaknya mulai diluruskan kembali bahwa pada


(18)

dasarnya perpustakaan sekolah bukan sekedar tumpukan buku saja. Menurut Rahayuningsih (2007: 1), perpustakaan adalah sebuah kesatuan unit kerja yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu pengembangan koleksi, pengelolaan koleksi, pelayanan pengguna, dan pemeliharaan saran-prasarana. Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya perpustakaan sangat erat kaitannya dengan pengembangan, pengelolaan, pelayanan, dan pemeliharaan. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah hendaknya perlu melakukan pengembangan dan pengelolaan agar perpustakaan sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

SD Negeri Percobaan 3 merupakan salah satu sekolah yang saat ini telah memenuhi fasilitas pendidikan berupa pengadaan perpustakaan sekolah, selain itu juga sekolah telah melakukan berbagai pengembangan perpustakaan yang menjadikan sekolah ini memiliki prestasi yang cukup membanggakan, yaitu menjadi juara kedua dalam lomba perpustakaan sekolah tingkat SD/MI se-Kabupaten Sleman pada tahun 2016 lalu. Pengembangan perpustakaan yang dilakukan oleh sekolah ini salah satunya adalah dengan diselenggarakannya program kerja perpustakaan kelas yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan minat membaca siswa dan dijadikan pula sebagai wadah untuk memfasilitasi kebutuhan siswa akan membaca terutama saat kegiatan budaya membaca berlangsung.

Berdasarkan hasil wawancara pada Sabtu, 22 Oktober 2016 dengan pengurus perpustakaan sekolah yang ada di SD Negeri Percobaan 3, perpustakaan kelas merupakan salah satu program kerja yang dicanangkan oleh perpustakaan


(19)

sekolah di SD Negeri Percobaan 3 yang bertujuan untuk mendukung literasi sekolah dan menumbuhkan minat membaca bagi siswa. Perpustakaan kelas ini juga merupakan bentuk realisasi sekolah dalam upaya mengembangkan potensi diri siswa secara utuh yang termuat pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yaitu “menggunakan 15 menit sebelum pembelajaran untuk membaca selain buku mata pelajaran (setiap hari)”.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3. Maka dari itu, judul yang peneliti ajukan adalah “Pengelolaan Perpustakaan Kelas di SD Negeri Percobaan 3”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Masih adanya asumsi bahwa perpustakaan hanyalah merupakan gudang buku. 2. Perlu adanya pengembangan yang dilakukan perpustakaan sekolah untuk

memaksimalkan peran perpustakaan sebagai pendukung pendidikan.

3. Adanya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 mewajibkan sekolah untuk memfasilitasi kegiatan wajib membaca 15 menit sebelum pembelajaran. 4. Belum semua sekolah menyelenggarakan perpustakaan kelas.

C. Fokus Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya fokus masalah agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terfokus dalam menjawab


(20)

permasalahan yang muncul. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan penelitian ini pada permasalahan terkait dengan pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka pada penelitian ini rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut, “Bagaimanakah pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3?”.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3.

F. Manfaat Peneilitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian kualitatif ini dapat menambah khasanah ilmu terkait dengan pengelolaan perpustakaan kelas di sekolah dasar khususnya di SD Negeri Percobaan 3.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Mendekatkan siswa dengan perpustakaan.


(21)

b. Bagi Guru

1) Memberikan tambahan wawasan guru terkait bagaimana mengelola perpustakaan kelas dengan tepat.

2) Memberikan gambaran terhadap guru dalam merencanakan dan melaksanakan perpustakaan kelas.

c. Bagi Sekolah

1) Membantu dalam mengevaluasi pelaksanaan perpustakaan kelas.

2) Memberikan gambaran bagi sekolah dalam merencanakan perpustakaan kelas dengan tepat.

3) Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari adanya perpustakaan kelas. d. Bagi Peneliti

1) Memberikan pengalaman bagi peneliti melalui penelitian yang dilakukan ini. 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan tambahan

pengetahuan ketika peneliti menjadi guru.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan adalah kata yang berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustaka memiliki arti sebagai kitab atau buku. Rahayuningsih (2007: 1) berpendapat bahwa perpustakaan adalah suatu kesatuan unit kerja yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian pengembangan koleksi, bagian pengolahan koleksi, bagian pelayanan pengguna, dan bagian pemeliharaan saran-prasarana. Dalam kaitannya dapat diketahui bahwa perpustakaan tidak hanya sebagai penyedia koleksi buku saja, namun juga erat kaitannya dengan sistem pengelolaan, pelayanan serta pemeliharaan.

Senada dengan hal tersebut, Ibrahim Bafadal mengungkapkan bahwa perpustakanan adalah sebagai suatu unit kerja. Ibrahim Bafadal (2005: 3) mendefinisikan perpustakaan sebagai berikut:

“Perpustakaan adalah seuatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.”

Pendapat di atas menjelaskan bahwa yang dimaksudkan perpustakaan di sini tidak hanya terbatas pada penyediaan buku-buku saja, namun perpustakaan juga menyediakan bukan berupa buku (non book material).

Hakikat perpustakaan sekolah adalah pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya (Darmono, 2004: 1). Perpustakaan sekolah ini memberikan pelayanan berbagai sumber-sumber yang mendukung kebutuhan


(23)

sekolah. Mulai dari pengadaan buku-buku pelajaran, buku-buku pendukung (non pelajaran), serta informasi-informasi penting yang dapat dijadikan media belajar siswa.

Berdasarkan penjabaran di atas, hakikat perpustakaan merupakan suatu unit kerja di mana ruang lingkup kerjanya meliputi penyediaan, pengelolaan, pemeliharaan koleksi serta pelayaan pengguna perpustakaan. Sedangkan, perpustakaan sekolah adalah unit kerja ruang lingkup kerjanya meliputi penyediaan, pengelolaan, pemeliharaan koleksi serta pelayaan pengguna perpustakaan di sekolah. Dengan adanya pepustakaan sekolah ini diharapkan akan membatu sekolah dalam penyediaan informasi dan sumber belajar bagi siswa untuk mendukung terlaksanakannya proses pendidikan yang baik.

2. Tujuan dan Manfaat Perpusatakaan

Perpustakaan sekolah maupun perpustakaan pada umumnya diselenggarakan tentu tidak tanpa tujuan yang jelas. Berikut adalah beberapa tujuan terkait dengan adanya perpustakaan. Pawit M. Yusuf, dkk (2013: 3) menyatakan baawa tujuan perpustakaan sekola adalah sebagai berikut:

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik mambaca para siswa.

2. Membantu menuis aktif kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa. 4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan

pelaksanaan kurikulum.

5. Mendorong, menggairakan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa.

6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang engandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.


(24)

7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, kususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fisik, cerpen, dan lainnya.

Selain itu, tujuan perpustakaan sekolah dasar secara rinci dijabarkan oleh Yaya Suhendar (2014: 5-6), meliputi:

1. Menunjang penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dasar.

2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dasar.

3. Menyediakan saranan untuk membaca, menulis, dan menghitung para siswa.

4. Membantu para siswa mendapatkan bahan pustaka yang dibutuhkan baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran maupun untuk bahan bacaan.

5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para siswa.

6. Membantu para guru mendapatkan bahan-bahan penunjang pembelajaran.

7. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca. 8. Menumbuhkan kebiasaan membaca pada para siswa. 9. Memperkaya pengalaman belajar para siswa.

10.Menanamkan kebiasaan belajar mandiri para siswa.

11.Memberikan pengetahuan mengenai cara-cara menggunakan bahan pustaka.

12.Membantu perkembangan kecakapan berbahasa para siswa. 13.Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab siswa.

14.Membantu para siswa dalam penyelesaian tugas-tugas pembelajaran. 15.Membantu para siswa dan para guru dalam mengikuti perkembangan

suatu peristiwa dan kabar-kabar terbaru.

16.Membantu para siswa dan para guru dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tujuan umum pengadaan perpustakaan pada akhirnya adalah untuk memfasilitas segala kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna. Perpustakaan sekolah tentunya akan bertujuan untuk memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan oleh siswa, guru, dan warga sekolah. Melalui adanya perpustakaan sekolah, warga sekolah tidak lagi kesulitan baik dalam mengumpulkan bahan-bahan pustaka maupun mencari informasi.


(25)

Perpustakaan juga tidak lepas dari manfaat yang didiharapkan. Manfaat perpustakaan sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah menengah di antaranya adalah sebagai berikut (Ibrahim Bafadal, 2005: 5-6):

1) Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap membaca.

2) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.

3) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid-murid mau belajar mandiri.

4) Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca.

5) Perpustakaan sekolah dapat membantu kemampuan kecakapan berbahasa.

6) Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggung jawab.

7) Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

8) Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran.

9) Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada hakikatnya manfaat perpustakaan itu bermacam-macam. Di antara sekian banyak manfaat yang ditawarkan, semua sangat membantu siswa maupun warga sekolah pada umumnya. Manfaat-manfaat di atas sangat membantu proses pendidikan, sehingga proses pendidikan semakin dipermudah dengan adanya perpustakaan.

3. Fungsi Perpustakaan

Fungsi perpustakaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Menurut Dian Sinaga (2011: 25), fungsi perputakaan sekolah lebih ditekankan kepada fungsi edukatif dan fungsi rekreatif. Pendapat lain yaitu pendapat dari Ibrahim Bafadal (2005:6-8) menyatakan dalam bukunya bahwa


(26)

fungsi dari perpustakaan adalah fungsi edukatif, fungsi informatif, fungsi tanggung jawab administratif, fungsi riset, fungsi rekreatif.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya fungsi perpustakaan secara umum adalah sebagai berikut:

1) Fungsi edukatif atau pendidikan yaitu perpustakaan sebagai tempatuntuk menyediakan berbagai informasi yang mendukung keberlangsungan pendidikan. Siswa maupun guru dapat memanfatakan perpustakaan tersebut untuk kepentingan proses belajar mengajar serta dapat pula digunakan sebagai tempat untuk siswa membiasakan belajar secara mandiri.

2) Fungsi informasi ialah perpustakaan sebagai tempat untuk menyediakan berbagai macam informasi dari berbagai sumber. Sumber informasi ini dapat diperoleh dari berbagai jenis bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, bulletin, pamflet dan lain sebagainnya.

3) Fungsi riset atau penelitian yaitu perpustakaan sebagai tempat untuk menyediakan informasi yang mendukung suatu penelitian. Informasi yang mendukung penelitian ini pada nantinya akan dijadikan sebagai data atau keterangan-keterangan yang diperlukan guna memperkuat penelitian.

4) Fungsi rekreasi yaitu perpustakaan sering digunakan untuk menunjang berbagai kegiatan kreatif dan sering digunakan sebagai hiburan. Beberapa jenis bahan bacaan yang ada di perpustakaan selain mengandung pengetahuan, sering kali juga mengandung unsur hiburan, seperti buku cerita, novel, majalah, dan lain sebagainnya. Tidak jarang dari siswa, memanfaatkan waktu luangnnya untuk sekedar membaca buku cerita, melihat-lihat gambar maupun


(27)

membaca majalah. Hal ini lah yang disebut dengan fungsi rekreasi dari adanyanya perpustakaan.

5) Fungsi tanggung jawab administratif yaitu terlihat saat kegiatan peminjaman dan pengembalian buku. Siswa akan diajarkan tentang tanggung jawab untuk menjaga dan merawat buku yang telah dipinjamkan sampai batas waktu pengembalian tiba. Bagi siswa yang tidak mampu mengembalikan buku tepat pada waktunya maupun tidak mampu menjaga buku dengan baik (menghilangkan atau merusak buku) akan dikenai denda, hal ini tentu akan memicu tanggung jawab siswa. Selain itu, siswa yang akan meminjam maupun mengembalikan buku juga dituntut untuk mencatat pada buku yang telah disediakan, sehingga siswa akan diajarkan tentang administratif terkait dengan peminjaman dan pengembalian buku.

4. Perencanaan Pembentukan Perpustakaan

Perencanaan merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk menciptakan perpustakan yang diinginkan. Perencanaan yang jelas dan matang dapat dijadikan sebagai standar kerja dalam menjalankan sebuah perpustakaan. Selain itu, perencanaan dapat dijadikan pula sebagai suatu alat pengawasan. Tahapan perencanaan perpustakaan menurut Lasa H.S (2008: 60-62), meliputi: a. Penetapan Visi, Misi dan Tujuan

Visi misi perpustakan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Fungsi visi perpustakaan ini adalah untuk memperjelas arah perkembangan perpustakaan dan sebagai alat untuk mengambil tindakan yang benar. Visi juga sering diartikan sebagai penetapan tujuan dalam jangka panjang, sedangkan misi


(28)

adalah penjabaran dari visi di mana dapat diukur, dilihat, dirasakan, maupun dibuktikan karena misi memiliki sifat yaitu kasat mata (tangible). Tujuan perpusatakaan merupakan sasaran yang ingin dicapai dengan adanya perpustakaan. Berbeda dengan visi, tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai dalam jangka pendek dan dapat dirasakan. Tujuan dapat membantu pekerjaan dan tugas menjadi lebih terarah sesuai dengan yang ingin dituju.

b. Perumusan Keadaan Sekarang

Perencanaan pembentukan perpustakaan juga sangat penting untuk mempertimbangkan keadaan pada saat itu. Keadaan ini dapat dlihat dari faktor kekuarangan maupun kelebihan dari adanya perpustakaan tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan guna pembentukan perpustakaan.

c. Identifikasi Kemudahan dan Hambatan

Kemudahan maupun hambatan dalam perencanaan pembentukan perpustakaan juga perlu menjadi perhatian. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai kekuatan di antaranya adalah modal, koleksi, sumber daya manusia, partisipasi anggota dan lain sebagainnya. Selain itu, yang dapat menjadi hambatan adalah adanya kekurangan dana, fasilitas yang kurang memadai, minat membaca yang rendah, pengelolan yang masih belum maksimal dan masih banyak lagi. d. Pengembangan Perencanaan

Pengembangan perpustakaan akan dapat dicapai dengan baik apabila pada saat perencanaan mempertimbangkan tentang sumber daya manusia, bahan informasi, dana, gedung/ruang, sistem dan peralatan.


(29)

Perencanaan pembentukan perpustakaan selain menurut pendapat di atas, terdapat pula pendapat lain. Sumardjo, dkk (2006: 4) menjabarkan pembentukan perpustakaan menjadi lima langkah, yaitu:

a. Menetapkan landasan hukum

Perpustakaan sekolah harus memiliki landasan hukum yang jelas. Landasan hukum ini berupa penetapan keputusan yang dikeluarkan secara resmi oleh kepala sekolah. Keputusan kepala sekolah ini dapat meliputi struktur organisasi, tata cara penyelenggaraan, tempat serta waktu penyelenggaraan.

b. Menetapkan sumber daya manusia

Perpustakaan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini digunakan sebagai tenaga pengelola perpustakaan yang bertanggung jawab terhadap segala urusan yang berkaitan dengan perpustakaan, sehingga pada perencanaan perpustakaan perlu adanya penentuan sumber daya manusia yang akan diberikan tanggung jawab tersebut. c. Menyediakan koleksi

Bagian dalam perpustakaan yang tidak boleh terlewatkan selanjutnya adalah penyediaan koleksi. Perpustakaan yang memiliki koleksi yang beragam adalah perpustakaan yang baik, sehingga perpustakaan yang telah terbentuk harus mengembangkan dan melengkapi koleksi agar dapat dijadikan sebgai sumber belajar baik bagi siswa, pendidik maupun tenaga kependidikan.

d. Gedung dan perabot

Sekolah dalam merencanakan pembentukan perpustakaan juga harus memperhatikan terkait dengan tempat dan sarana prasarana yang dibutuhkan.


(30)

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang memiliki geduang/ruang serta perabot perpustakaan yang diperlukan untuk menyimpan, mengelola dan melakukan pelayanan.

e. Menyediakan dan memprogramkan anggaran

Perpustakaan dapat berkembang jika didukung dengan penganggaran yang baik pula. Sekolah perlu memperhitungkan terkait dengan penganggaran untuk penyelenggaraan dan pengembangan bahan perpustakaan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam perencanaan pembentukan perpustakaan diperlukan beberapa hal yang harus dipersiapkan terebih dahulu. Hal-hal yang perlu untuk dipersiapkan tersebut di antaranya, yaitu (a) menetapkan visi,misi dan tujuan; (b) menetapkan landasan hukum; (c) identifikasi kekurangan dan kelebihan; (d) identifikasi kemudahan dan hambatan; (e) menetapkan sumber daya manusa; (f) menyediakan koleksi; (g) saranan dan prasarana; dan (h) anggaran.

5. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting dalam perpustakaan. Sumber daya manusia pengelola perpustakaan sekolah adalah guru/pegawai yang diberi tugas melaksanakan tugas di perpustakaan sekolah yang ditetapkan berdasarkan surat tugas/surat keputusan kepala sekolah (Sumardjo, dkk, 2006: 8). Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa petugas perpustakaan adalah seseorang yang telah dangkat oleh pejabat yang berwewenang untuk menjabat atau melaksanakan tugas-tugas sehubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah karena dianggap memenuhisyarat-syarat tertentu (Ibrahim


(31)

Bafadal, 2005: 175). Berdasarkan kedua penapat di atas, yang dimaksud dengan sumber daya manusia pengelola perpustakaan adalah seorang guru/pegawai yang telah ditunjuk oleh pejabat berwewenang dalam hal ini adalah kepala sekolah dan diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan segala tugas yang berkaitan dengan perpustakaan.

Pada dasarnya sumber daya manusia pengelola perpustakaan terdiri dari dua bagian, yaitu kepala perpustakaan dan petugas/staff perpustakaan. Kedua bagain ini memiliki peranan penting dalam terselenggarannya perpustakaan yang baik. Kepala perpustakaan adalah seseorang yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola perpustakaan sekolah (Ibrahim Bafadal, 2005: 176). Darmono (2004: 39) menyatakan bahwa kepala perpustakaan sering pula disebut pustakawan sekolah atau guru pustakawan. Kepala perpustakaan harus ahli dalam beberapa hal, yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi, mengevaluasi dan juga harus mampu memimpin petugas perpustakaan lainnya. Dapat disimpulkan bahwa kepala perpustakaan merupakan pustakawan atau guru pustakawan yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola segala urusan tentang perpustakaan.

Pertugas perpustakaan pada hakikanya adalah seseorang yang melaksanakan tugas layanan perpustakaan dan membantu tugas dari kepala perpustakaan. Menurut Sumardjo, dkk (2006: 9), tenaga perpustakaan sekolah bertugas untuk melaksanakan pelayanan teknis dan pelayanan pengguna serta kegiatan lain di luar tugas-tugas kepustakawanan. Ibrahim Bafadal (2005: 178) berpendapat bahwa minimal ada tiga petugas perpustakaan, yaitu petugas pelayanan teknis, petugas pelayanan pembaca dan petugas tata usaha. Senada


(32)

dengan pedapat di atas, Darmono (2004: 41-43) menyatakan bahwa selain kepala perpustakaan sekolah, ada tiga bagian layanan lainnya yaitu bagian layanan tata usaha, bagian layanan pembaca dan bagian layanan teknis. Dapat disimpulkan bahwa petugas perpustakaan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu petugas layanan teknis, petugas layanan pembaca, dan petugas tata usaha.

Petugas layanan teknis memiliki tugas untuk pengadaan dan pengelolaan bahan perpustakaan. Petugas layanan pembaca memiliki beberapa tanggung jawab, seperti memberikan lanyanan sirkulasi (peminjaman), layanan referensi dan layanan membaca. Sedangkan, petugas tata usaha bertugas untuk memelihara sarana dan prasarana, menjaga kebersihan, melakukan kegiatan surat menyurat, melakukan pembukuan, keuangan dan sebagainnya.

6. Koleksi Bahan Bacaan

Bahan bacaan merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam sebuah perpustakaan. Melalui bahan bacaan ini, dapat dijadikan sebagai suatu aspek penting dalam menumbuhkan ketertarikan dan minat membaca dalam diri siswa. Oleh sebab itu, penting untuk memilih bahan bacaan yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan siswa.

Pemilihan bahan bacaan yang baik haruslah dipilih secara cermat. Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 87), ada dua prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih bahan bacaan yang baik, sehat, bermanfaat, dan memenuhi kebutuhan anak. Prinsip tersebut di antaranya adalah memilih jenis bahan bacaan yang sehat dan bahan bacaan yang mendidik. Bahan bacaan yang sehat yaitu bahan bacaan yang memiliki manfaat positif bagi pembaca serta mampu


(33)

membantu dalam megembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembacanya. Sedangkan, bahan bacaan yang mendidik adalah bahan bacaan yang mampu memberikan cara pandang baru, penuh inspiratif, mengandung pengetahuan yang baik serta tidak bertentangan dengan nilai moral dan etika.

Untuk anak yang sudah masuk SD, kriteria bacaan yang sesuai ialah (R. Masri Sareb Putra, 2008: 124) yaitu: (1) sedikit, bahkan tidak ada gambar, banyak kata; (2) tingkat kesulitan bahasa dan alur sesuai dengan usia anak; (3) mengajarkan kebijakan (karakter baik); dan (4) tidak mengandung kekerasan dan pornografi. Keempat kriteria tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran dalam menentukan jenis bacaan yang sesuai dengan selera siswa dan tentunya layak untuk dibaca oleh siswa.

Melalui pemenuhan bahan bacaan ini diharapkan mendukung upaya menumbuhkan minat baca, di mana siswa akan lebih tertarik untuk membaca jika bahan bacaan yang diberikan sesuai dengan selera siswa. Tentunya hal ini sesuai dengan fungsi perpustakaan sekolah, yakni untuk kepentingan pendidikan (edukasi) dan hiburan (rekreasi) (Dian Sinaga, 2011: 49). Beberapa jenis bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai koleksi dalam perpustakaan di antaranya adalah:

a. Buku teks (text book)

Buku teks merupakan salah satu bentuk bacaan yang sering disebut dengan buku pelajaran. Menurut Farida Rahim (2007: 86), di Indonesia buku teks umumnya dikemas menjadi suatu paket yang terdiri atas buku pelajaran yang diajarkan di kelas termasuk buku Bahasa indonesia. Sedangkang, pendapat lain


(34)

mengungkapkan bahwa buku teks (text book) terbagi menjadi dua, yaitu buku teks utama dan buku teks pelengkap (Dian Sinaga, 2011: 50). Buku teks utama merupakan buku yang digunakan oleh siswa maupun guru sebagai pegangan atau sumber belajar utama, sedangkan buku pelengkap adalah buku yang hanya sebagai pelengkap dari buku utama. Menurut Andi Prastowo (2012: 124) tujuan buku teks pelengkap adalah untuk membantu meningkatkan wawasan pembacannya. Dapat disimpulkan bahwa buku teks pelengkap selain digunakan untuk melengkapi buku teks utama juga dapat digunakan untuk memperluas wawasan pembaca.

b. Buku Bacaan

Buku bacaan adalah buku yang digunakan sebagai bacaan yang menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi bacaan nonfiksi, fiksi ilmiah dan fiksi (Sumardjo, dkk, 2006: 13).

1) Buku nonfiksi adalah buku yang ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan budaya sekitar kita (Andi Prastowo, 2012: 123). Pendapat di atas kemudian diperjelas oleh pendapat dari Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar (2013: 11) yaitu buku nonfiksi disusun atas dasar hasil pengamatan dan bahkan hasil penelitian mendalam untuk menjaga kebenaran fakta yang ditulisnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa buku nonfiksi ini merupakan buku yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan oleh penulisnya karena data yang dipaparkan merupakan fakta atau kenyataan yang benar-benar terjadi.


(35)

2) Buku fiksi ilmiah adalah buku yang ditulis berdasarkan khayalan dan rekaan pengarang dalam bentuk cerita yang dapat mempengaruhi pengembangan daya pikir ilmiah (Sumardjo, dkk, 2006: 13).

3) Buku fiksi adalah buku yang memuat cerita rekaan yang dibuat oleh penulis (pengarang), di mana cerita di dalamnya menjadi hidup karena khayalan (imajinasi), angan-angan, atau fantasi penulis (Yaya Suhendar, 2014: 60). Dapat disimpulkan bahwa buku fiksi adalah kebalikan dari buku nonfiksi, di mana buku fiksi ini ditulis bukan berdasarkan fakta atau kenyataan.

c. Buku Referensi

Buku referensi atau sering disebut juga dengan buku rujukan merupakan salah satu buku yang biasa terdapat di dalam sebuah perpustakaan. Buku referensi atau rujukan adalah buku-buku yang memuat informasi secara khusus sehingga dapat menjawab atau merujuk secara langsung bagi pembacannya (Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar, 2013: 12).

d. Majalah Anak

Majalah menurut Dian Sinaga (2011: 54) merupakan koleksi referensi yang terbit secara berkala dan di dalamnya disajikan informasi yang mutakhir atau bahan bacaan yang masih hangat (current reading materials). Sedangkan, pendapat lain mengungkapkan bahwa majalah sebagai bahan bacaan mempunyai daya tarik tersendiri bagi anak-anak (Farida Rahim, 2007: 94). Daya tarik yang dimaksudkan di atas adalah mulai dari tampilan visualnya (pemilihan gambar, warna, desain tampilan), gaya bahasa, serta isinya berbeda dengan bahan bacaan lainnya.


(36)

e. Surat Kabar

Surat kabar merupakan bahan bacaan yang efektif dalam pembelajaran membaca (Farida Rahim, 2007: 94). Surat kabar sering dimanfaatkan oleh guru sebagai bahan untuk melatih keterampilan membaca siswa dan melatih pemahaman siswa terhadap suatu berita. Menurut Dian Sinaga (2011: 54), berita-berita yang dimuat di dalamnya merupakan berita-berita-berita-berita yang populer dan mutakhir. Sehingga, selain pembaca dapat melatih keterampilan membaca dan memahami isi bacaan, pembaca juga dapat mengetahui berita-berita terkini. 7. Sumber Pengadaan Bahan Bacaan

Pada hakikatnya, bahan bacaan dapat diperoleh dari mana saja dan dari siapa saja. Syihabuddin Qalyubi, dkk (2007: 89) menyatakan bahwa secara sederhana pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan lewat pembelian, tukar-menukar, hadiah, atau dengan cara menerbitkan sendiri. Sedangkan pendapat lain juga mengungkapkan bahwa bahan pustaka dapat diperoleh dengan cara pembelian, hadiah atau sumbangan, tukar menukar koleksi, dan membuat sendiri (M.T. Sumantri, 2006: 31-33). Senada dengan kedua pendapat di atas, menurut Ibrahim Bafadal (2005: 37) cara yang dapat ditempuh guru pustakawan untuk memperoleh bahan-bahan pustaka, antara lain dengan cara membeli, hadiah atau sumbangan, tukar menukar, meminjam.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sumber pengadaan bahan bacaan dapat berasal dari pembelian, hadiah atau sumbangan, tukar menukar, meminjam, dan membuat sendiri. Berbagai cara


(37)

memperoleh bahan bacaan ini tergantung pada kebijakan masing-masing perpustakaan itu sendiri.

a. Pembelian

Pembelian bahan bacaan ini dapat dilakukan jika sekolah telah mengeluarkan kebijakan tersebut. Hal ini dikarenakan, untuk membeli bahan bacaan dibutuhkan anggran yang cukup, sehingga perlu adanya konfirmasi antara anggran yang diperlukan dengan anggran yang dimiliki oleh sekolah. Pembelian bahan bacaan ini dapat dengan membeli di penerbit secara langsung, membeli di toko buku, maupun dengan memesan terlebih dahulu.

b. Hadiah atau sumbangan

Selain dengan cara pembelian, bahan bacaaan dapat pula diperoleh dari hasil pemberian hadiah atau sumbangan. Hadiah maupun sumbangan ini dapat diperoleh dari perseorangan maupun suatu organisasi tertentu. Berikut beberapa macam bentuk hadiah atau sumbangan yang sering ditemui: (a) hadiah atau sumbangan dari siswa; (b) hadiah atau sumbangan dari guru atau staf sekolah; (c) hadiah atau sumbangan dari pemerintah; (d) hadiah atau sumbangan dari penerbit. Pada umumnya untuk mendapatkan bahan bacaan dari penerbit ini, pihak sekolah atau pustakawan harus terlebih dahulu mengajukan surat permintaan kepada penerbit yang bersangkutan.

c. Tukar menukar

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan di perpustakaan, tidak jarang pihak sekolah melakukan kegiatan tukar menukar bahan bacaan pada sekolah lain. Pada umumnya, kegiatan tukar menukar bahan bacaan ini dilakukan karena buku


(38)

yang di perpustakaan yang bersangkutan melebihi kebutuhan. Selain itu, faktor lain yang dapat memicu kegiatan tukar menukar bahan bacaan ini karena isi dari bacaan yang tersedia kurang sesuai dengan tingkat usia siswa, sehingga bacaan tersebut harus ditukarkan dengan bacaan lainnya yang lebih sesuai.

d. Meminjam

Cara meminjam kepada pihak lain merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh pengelola perpustakaan untuk semakin memperkaya koleksi bahan bacaan di perpustakaannya. Peminjaman ini dapat dilakukan dengan meminjam buku dari pihak kepala sekolah, guru, staf karyawan sekolah maupun orang tua siswa. Selain itu, peminjaman koleksi bahan bacaan ini juga dapat dilakukan dengan meminjam suatu lembaga atau organisasi tertentu dalam jangka waktu tertentu.

e. Membuat sendiri

Cara lain untuk memperkaya koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan adalah dengan membuat sendiri. Kegiatan membuat sendiri ini dapat berupa membuat sebuah kliping dan menjilid majalah yang telah lama. Pembuatan kliping yaitu guntingan artikel-artikel, berita-berita, data statistik yang ditempelkan pada kertas atau bahan lain yang dijilid menjadi satu (Ibrahim Bafadal, 2005: 43).

8. Pengelolaan Bahan Perpustakaan

Bahan perpustakaan yang telah tersedia haruslah dikelola dengan baik. Pengelolaan ini bertujuan untuk memudakan pengguna dalam menemukan bahan


(39)

perpustakaan yang akan dicari. Berikut adalah bentuk pengelolaan bahan perpustakaan:

a. Inventarisasi

Inventarisasi adalah kegiatan memeriksa, memberi stempel dan mencatat/mendaftar semua koleksi perpustakaan dalam buku induk dan diberi nomor induk, setiap satu eksemplar satu nomor (Sumardjo, dkk, 2006: 118). Senada dengan pendapat di atas, menurut Ibrahim Bafadal (2005: 46) pencatatan bahan-bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah disebut inventarisasi bahan pustaka, di mana kegiatannya meliputi memberi stempel dan mendaftar buku-buku. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa inventarisasi merupakan suatu kegiatan pencatatan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Kegiatan inventarisasi ini meliputi kegiatan memberikan stempel pada buku, membuat daftar buku-buku, serta memberikan nomor pada buku.

Pada kegiatan inventarisasi ini ada yang disebut dengan buku induk atau buku inventaris. Buku induk atau buku inventaris ini berisi tentang keterangan-keterangan buku yang perlu dicatat. Bentuk dari buku induk ini pada dasarnya berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kebijakan setiap perpustakaan. Yaya Suhendar (2014: 94) menyebutkan bahwa keterangan yang pelu dicatat dalam buku inventaris ini meliputi tangga, nomor induk buku, nama pengarang, judul buku, edisi, kota terbit, penerbit, tahun terbit, asal buku, harga buku dan keterangan. Pendapat lain mengungkapkan bahwa kolom-kolom inventaris dapat ditulis terkait dengan nomor unit, nomor inventaris, tanggal, pengarang, judul, asal buku, bahasa, harga, dan keterangan (Lasa H.S, 2008: 78). Berdasarkan


(40)

pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterangan yang di tuliskan pada buku induk secara umum meliputi tanggal penerimaan, nomor induk, pengarang, judul buku, edisi, jumlah, kota terbit, penerbit, tahun terbit, asal buku, harga buku, dan keterangan.

b. Katalogisasi

Katalogisasi merupakan kegiatan mengkatalog buku-buku. Noerhayati Soedibyo (1988: 146) mendefinisikan katalog adalah daftar bahan-bahan koleksi perpustakaan yang disusun secara alfabetis atau secara sistematis. Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa katalog merupakan suatu daftar yang berisi keterangan-keterangan yang lengkap (komperhensif) dari suatu buku-buku koleksi, dokumen-dokumen, atau bahan-bahan pustaka lainnya (Ibrahim Bafadal, 2005: 89). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa katalogisasi merupakan proses mengkatalogkan buku dengan membuat daftar buku-buku secara sistematis.

Katalogisasi ini penting untuk dilakukan agar pengguna dapat dengan mudah menemukan bahan pustaka yang akan dicari. Pada katalog ini akan memberikan beragam informasi terkait dengan bahan pustaka. Menurut Sumardjo, dkk (2006: 18) katalogisasi ini berpedoman pada Peraturan Katalogisasi Indonesia yang bersumber pada peraturan pengkatalogan standar internasional yaitu “Angglo American Catalogung Rules” (AACR). Senada dengan pendapat di atas, Darmono (2004: 90) menyatakan bahwa atauran pembuatan deskripsi katalog diatur dalam American Catalogung Rules Edisi 2” (AACR 2) yang membagi menjadi tiga tingkat. Tingkat pertama merupakan pendeskripsian yang sangat


(41)

sederhana, di mana tidak semua informasi dijabarkan. Tingkat kedua merupakan adalah pendeskripsian yang mencakup tujuh aspek, yaitu judul dan pernyataan tanggung jawab, edisi, terbitan, deskripsi fisik, seri, catatan, dan nomor standar. Sedangkan, tingkat ketiga adalah pendeskripsian yang dilakukan secara rinci dari bahan pustaka yang dikatalogkan. Berdasarkan penjabaran di atas, jenis pengkatalogan yang sering digunakan di perpustakaan pada umumnya adalah pengkatalogan tingkat dua.

c. Klasifikasi

Kalsifikasi buku adalah suatu proses memilih dan mengelompokkan buku-buku perpustakaan sekolah atau bahan pustaka lainnya atas dasar tertentu serta diletakkannya secara bersama-sama di suatu tempat (Ibrahim Bafadal, 2005: 51). Yaya Suhendar (2014: 98) mendefinisikan klasifikasi adalah pengelompokan buku berdasarkan subjek atau isi buku, atau pokok bahasan dari buku tersebut, di mana pengelompokan tersebut buku diberikan notasi berupa angka. Berdasarkan kedua pendapat di atas, yang dimaksud dengan klasifikasi adalah proses mengelompokkan buku berdasarkan ketentuan tertentu.

Darmono (2004: 99) menyatakan bahwa sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan perpustakaan di Indonesia adalah klasifikasi persepuluhan Dewey (DDC). Sistem klasifikasi DDC ini membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelompok (kelas utama) dengan menggunakan angka-angka persepuluhan, yaitu (Lasa H. S, 2008: 185):

000 – 099 Karya Umum 100 – 199 Filsafat 200 – 299 Agama 300 – 399 Ilmu Sosial


(42)

400 – 499 Bahasa

500 – 599 Ilmu Pengetahuan Murni

600 – 699 Ilmu Pengetahuan Terapan/Teknologi 700 – 799 Seni, Olah Raga, dan Hiburan

800 – 899 Kesusasteraan

900 – 999 Biografi, Ilmu Bumi, dan Sejarah

Pada sistem DDC, kelas utama di atas dibagi lagi menjadi 10 divisi, masing-masing dari divisi ini dibagi lagi menjadi 10 seksi dan masing-masing-masing-masing seksi dibagi lagi menjadi 10 subseksi. Pembagian ini dinamakan dengan pembagian desimal atau persepuluhan.

d. Penyelesaian fisik bahan perpustakaan

Penyelesaian fisik adalah kegiatan membuat dan memasang kelengkapan fisik pada bahan pustaka. Pembuatan dan pemasangan ini meliputi kantong buku, kartu buku, lembar tanggal kembali, dan label atau tanda buku (nomor panggil). Label buku terdiri dari nomor klasifikasi, tiga huruf pertama judul buku dan huruf pertama nama pengarang (Sumardjo, dkk, 2006: 18).

e. Pengaturan Koleksi

Untuk memudahkan pengguna dalam mencari buku perlu adanya pengaturan koleksi, sehingga koleksi dapat tertata dengan rapi dan mudah ditemukan oleh pengguna. Lasa H. S (2008: 209) mengungkapkan bahwa cara untuk menyusun koleksi dalam rak buku adalah dengan a) mengurutkan dari angka desimal kecil ke angka desimal besar; b) penyusunan buku dalam almari dimulai dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah; c) disusun dengan mengurutkan huruf, yaitu tiga huruf pertama nama pengarang secara alfabetis; d) diurutkan berdasarkan huruf petma judul pustaka sesuai alfabet, lalu mengurutkan volume, bagian, dan eksemplar. Sedangkan, Darmono (2004: 130) menyatakan bahwa


(43)

penyusunan buku dalam rak meliputi: a) diatur dengan mengurutkan skema klassifikasi dan memperhatikan titik desimalnya; b) mengurutkan berdasarkan tiga huruf pertama nama pengarang; c) mengurutkan berdasarkan huruf pertama judul. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara dalam mengurutkan koleksi dalam sebuah rak adalah dengan mengurutkan berdasarkan angka, nama pengarang, judul dan letak buku dalam almari. Mengurutkan buku berdasarkan angka yaitu mengurutkan buku berdasarkan nomor klasifikasi dari angka desimal kecil ke angka desimal besar. Mengurutkan buku berdasarkan nama pengarang merupakan cara mengurutkan buku dengan memperhatikan tiga huruf pertama dari nama pengarang dan kemudia disusun secara alfabetis. Mengurutkan buku berdasarkan judul buku adalah cara mengurutkan buku dengan memperhatikan tiga huruf pertama dari judul buku yang akan ditata, kemudian disusun secara alfabetis (diurutkan berdasarkan alfabet). Mengurutkan buku berdasarkan letak yaitu mengurutkan buku dengan memperhatikan tata letak dalam almari, di mana buku harus disusun mulai dari sebelah kiri ke sebelah kanan dan dari arah atas ke arah bawah.

9. Sarana Prasarana Perpustakaan

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadahi. Sarana prasarana ini meliputi koleksi bahan perpustakaan, gedung/ruang perpustakaan, dan perabot lain untuk menunjang perpustakaan. Sumardjo, dkk (2006: 29), perpustakaan harus mempunyai fasilitas minimal bahan perpustakaan, gedung/ruang perpustakaan, perabot dan peralatan perpustakaan. Bahan perpustakaan ini meliputi buku pegangan, buku referensi,


(44)

buku fiksi, majalah, koran dan leaflet/booklet. Bahan perpustakaan ini akan menjadi keloksi bahan bacaan untuk perpustakaan, sehingga koleksi di dalam perpustakaan akan semakin beragam.

Gedung/ruang perpustakaan meliputi ruang penempatan buku dan media belajar, ruang pelayanan, ruang pengelola, ruang baca, dan ruang tempat penyimpanan tas/jaket. Lasa H. S (2008: 147) menjelaskan bahwa keberadaan gedung maupun ruang perpustakaan dimaksudkan untuk menampung dan melindungi koleksi dari kerusakan, sekaligus sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan. Ruang perpustakaan sekolah bisa berupa ruang seperti ruang kelas biasa dan bisa berupa gedung khusus perpustakaan (Ibrahim Bafadal, 2005: 150). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gedung atau ruang perpustakaan merupakan sebuah bangunan yang dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan koleksi perpustakaan dan dapat berupa kelas biasa maupun gedung khusus.

Selain kedua hal diatas, perabot dan peralatan perpustakaan merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk menunjang perpustakaan. Perabot yang dimaksudkan ini adalah sejumlah alat yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang tidak habis pakai, seperti kursi, meja, rak, lemari, bangku, dan lainnya (Lasa H. S, 2008: 131). Senada dengan pendapat di atas, Darmono (2004: 214-216) menyebutkan bahwa perabot dan peralatan perpustakaan, meliputi meja sirkulasi, meja baca, meja kerja, meja/rak atlas, rak buku, rak manjalah, rak surat kabar, almari kabinet, almari katalog, kereta buku


(45)

dan papan display. Dapat disimpulkan bahwa perabot dan peralatan yang umum diperlukan dalam perpustakan adalah kursi, meja, rak dan almari.

Peralatan perpustakaan pada dasarnya ada yang besifat habis pakai dan tahan lama. Peralatan yang pakai adalah peralatan yang relatif cepat habis (Darmono, 2004: 216). Peralatan ini dapat berupa pensil, buku, kartu, formulir, tinta dan laainnya. Ibrahim Bafadal (2005: 154) berpendapat bahwa peralatan yang tahan lama adalah peralatan yang dapat digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama. Peralatan tahan lama ini meliputi gunting, mesin ketik, stempel, papan pengumuman, daftar klasifikasi dan sebagainnya. Selain itu, Sumardjo, dkk (2006: 33) menyatakan bahwa peralatan bisa berbentuk komputer lengkap dengan software. Pada dasarnya peralatan perpustakaan meliputi tiga jenis, yaitu peralatan habis pakai, peralatan tahan lama, dan peralatan ekeltronik. Perpustakaan yang dilengkapi dengan perabot dan peralatan yang memadai akan menciptakan perpustakaan yang nyaman dan aman.

10.Penganggaran

Perpustakaan akan dapat berkembang dengan baik jika didukung dengan pembiayaan yang memadai. Anggaran adalah unsur utama untuk menjalankan perpustakaan, tanpa anggaran perpustakaan tidak mungkin dapat berjalan dengan sempurna meskipun sistemnya bagus dan pustakawannya bermutu (Darmono, 2004: 34). Berdasarkan pendapat di atas, terlihat jelas bahwa penganggaran tidak dapat dipidahkan dengan keberlangsungan perpustakaan.

Penyusunan anggaran diharapkan dapat berfungsi sebagai alat perencanaan, alat koordinasi, alat pengendalian dan menetapkan standar kegiatan


(46)

yang akan dilaksanakan (Lasa H. S, 2008: 290-291). Anggaran sebagai alat perencanaan adalah proses perencanaan penggunaan anggaran disesuaikan dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan segi ekonomi maupun segi operasioal. Anggaran sebagai alat koordinasi yaitu penganggaran digunakan untuk melihat kesesuaian antara bidang, bagian dan unit suatu lembaga dengan perencanaan yang telah dirancang. Penganggran sebagai alat pengendalian yaitu penganggran digunakan untuk melihat ketercapaian sasaran antara anggran dengan realisasi yang ada. Penganggran juga dapat digunakan sebagai alat untuk menetapkan standar kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga lembaga dapat segera mejalankan kegiatan sesuai dengan perencanaan dengan adanya jaminan biaya yang tersedia.

11.Layanan Perpustakaan

Perpustakaan pada dasarnya memberikan pelayanan pada setiap penggunanya tanpa adanya diskriminasi. Menurut Yaya Suhendar (2014: 183), pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk membantu memberikan kemudahan kepada para pengguna perpustakaan di dalam menggunakan atau memanfaatkan bahan-bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan. Sistem pelayanan di perpustakaan secara umum ada dua macam, yaitu layanan tertutup dan layanan terbuka. Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka di perpustakaan (Darmono, 2004: 136). Sehingga, ketika pengguna perpustakaan menginginkan bahan pustaka tertentu harus melalui petugas perpustakaan untuk mengambilkannya. Selain itu, Sumadjo,


(47)

dkk (2006: 23) mengungkapkan bahwa sistem layanan terbuka adalah sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna perpustakaan untuk memilih dan mengambil sendiri bahan perpustakaan yang diinginkan dari ruang koleksi. Pengguna diberikan keleluasaan untuk memilih bahan pustaka yang diinginkan, sedangkan petugas perpustakaan bertugas untuk mengawasi serta membantu ketika pengguna mengalami kesulitan dalam menemukan bahan pustaka.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, sistem layanan perpustakaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem layanan tertutup dan sistem layanan terbuka. Perbedaan dari kedua sistem tersebut adalah terdapat pada sistem proses pengambilan bahan putaka, di mana sistem layanan tertutup harus melalui petugas perpustakaan sedangkan sistem layanan terbuka pengguna bebas untuk memilih bahan pustaka tanpa harus melalui petugas perpustakaan terlebih dahulu.

Layanan pepustakaan selain dibedakan berdasarkan sistemnya, juga dapat dibedakan berdasarkan jenisnya sebagai berikut.

a. Layanan Sirkulasi

Pelayanan sirkulasi merupakan semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pemakaian koleksi dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pemakai jasa perpustakaan (Lasa H. S, 2008: 213). Layanan sirkulasi sering juga disebut sebagai bentuk layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Ibrahim Bafadal (2005: 125) menyatakan bahwa pelayanan sirkulasi adalah kegiatan melayani pinjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan sekolah. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan sirkulasi adalah suatu kegiatan berupa pelayanan peminjaman dan


(48)

pengembalian bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Pada umumnya, aturan dalam peminjaman dan pengembalian bahan pustaka ini disesuaikan dengan keadaan perpustakaan itu sendiri. Layanan peminjaman merupakan kegiatan pencatatan bahan pustaka yang akan dipinjam pengguna perpustakaan, sedangkan pengembalian adalah kegiatan pencatatan bahan pustaka yang akan dikembalikan oleh pengguna perpustakaan.

b. Layanan Rujukan (Referensi)

Layanan rujukan sering disebut juga dengan layanan referensi. Sumardjo, dkk (2006: 25) menyebutkan bahwa layanan rujukan meliputi semua kegiatan yang ada kaitannya dengan usaha pemanfaatan atau pendayagunaan bahan-bahan referensi atau rujukan. Selain itu, menurut Ibrahim Bafadal (2005: 131) pelayanan referensi berhubungan dengan pelayanan pemberian informasi dan pemberian bimbingan belajar. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan rujukan ini tidak hanya terbatas pada pemberian informasi terkait bahan-bahan pustaka saja, akan tetapi jika pengguna tidak mampu menggunakan bahan rujukan maka petugas pada bagian layanan rujukan ini akan memberikan pelayanan dan bimbingan cara menggunakan bahan rujukan tersebut.

c. Layanan Membaca di Perpustakaan

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang menyediakan pelayanan membaca di perpustakaan pada penggunanya. Pelayanan membaca di perpustakaan merupakan bentuk pelayanan dengan menyediakan ruang khusus membaca. Layanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan tetapi mereka cukup


(49)

memanfaatkannya di perpustakaan (Darmono, 2004: 141). Pengguna yang ingin meminjam buku untuk dibawa pulang dapat menggunakan ruang khusus yang disediakan oleh perpustakaan. Oleh karena itu, ruang khusus membaca ini hendaknya memiliki kondisi yang baik. Hal ini didukung dengan pendapat Lasa H. S (2008: 220) yang menyatakan bahwa orang yang membaca dan belajar di perpustakaan memerlukan situasi dan kondisi yang tenang dan nyaman agar bisa berkonsentrasi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pendukung dari suksesnya pelayanan membaca di perpustakaan ini adalah penyediaan ruang khusus membaca yang tenang dan nyaman.

B. Kerangka Berpikir

Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang dapat mendukung berlangsungnya pendidikan menjadi lebih baik. Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang dijadikan sebagai tempat untuk mengelola bahan-bahan pustaka, baik buku maupun bukan buku. Perpustakaan pada dasarnya cukup beragam, salah satunya adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, di mana dengan adanya perpustakaan sekolah ini akan membantu dalam mencapai tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Perpustakaan sekolah yang baik adalah perpustakaan yang tidak hanya dijadikan sebagai gudang buku semata, akan tetapi juga perlu dilakukan pengelolaan dan pengembangan di dalamnya. Pengelolaan dan pengembangan ini penting dilakukan untuk memajukan kembali perpustakaan sekolah menjadi lebih


(50)

baik lagi. Pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah ini dapat dengan melakukan pengelolaan koleksi bahan pustaka, pengembangan koleksi bahan pustaka, pelayanan, maupun pemeliharaan saran dan prasarana yang ada.

SD Negeri Percobaan 3 merupakan salah satu sekolah yang juga menyelenggarakan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah di SD Negeri Percobaan 3 ini juga telah melakukan pengelolaan dan pengembangan perpustakaan. Salah satu pengembangan yang dilakukan di perpustakaan sekolah ini adalah adanya penyelenggaraan program kerja perpustakaan kelas. Hal yang melatarbelakangi adanya pengembangan perpustakaan sekolah ini adalah karena didasari adanya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, di mana sekolah wajib melakukan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan wajib membaca 15 menit ini dinamakan dengan kegiatan budaya membaca. Oleh karena hal tersebut, perpustakaan sekolah kemudian menyelenggarakan perpustakaan kelas untuk memfasilitasi kebutuhan membaca siswa terutama saat kegiatan budaya membaca dilaksanakan, di mana kegiatan budaya membaca ini merupakan bagian dari kegiatan pemanfaatan perpustakaan kelas.

Berdasarkan penjabaran di atas, dalam penelitian ini penelitiingin melakukan penelitian terkait dengan pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3 dengan tujuan untuk mengetahui segala bentuk pengelolaan yang dilakukan untuk menjalankan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3. Hal yang akan diteliti meliputi perencanaan perpustakaan kelas, pelaksanaan perpustakaan kelas, dan evaluasi perpustakaan kelas.


(51)

Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dibuat skema sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian

C. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka yang menjadi pertanyaan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan perpuatakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3? 2. Bagaimanakah pelaksanaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3? 3. Bagaimana evaluasi perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3?

Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang mengelola bahan-bahan pustaka.

Perpustakaan Sekolah di SD Negeri Percoabaan 3

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 Perpustakaan sekolah melakukan

pengembangan program kerja.

Program kerja perpustakaan kelas. Pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3.

Mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi perpustakaan kelas.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian berdasarkan macamnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kulaitatif. Metode penelitian kualitatif ini sering diibaratkan sebagai sebuah penelitian yang hasilnya berupa deskripsi dan tidak melibatkan

perhitungan angka. Lexy J. Moleong (2007: 6) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneilitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Sedangkan, pengertian metode penelitian kulaitatif menurut Sugiyono (2014: 15) adalah sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperiman) di mana peneliti adalah sebagai instruman kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitaif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kulitatif merupakan sebuah penelitian bersifat utuh, kompleks, penuh makna dan interaktif. Penelitian kualitatif juga alamiah atau apa adanya tanpa ada manipulasi dari peneliti (tidak adanya perlakukan apapun). Instrumen yang digunakan adalah peneliti itu sendiri dengan syarat peneliti tersebut telah menguasai teori atau landasan pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik yang


(53)

digunakan pengambilan sampel juga dapat secara purposive dan snowball. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah triangulasi (gabungan), baik triangulasi teknik maupun triangulasi sumber. Analisis data bersifat induktif atau berdasarkan fakta yang ada kemudian dilakukan penelitian secara mendalam, lalu digabung menjadi sebuah teori/hasil laporan penelitian dengan cara deskripsi menggunakan kata-kata bukan angka.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Percobaan 3 yang beralamatkan di Jl. Kaliurang Km. 17, Sukunan, Pakem, Sleman, Yogyakarta pada bulan Februari 2017. SD Negeri Percobaan 3 dipilih menjadi tempat penelitian ini karena di sekolah ini telah dilakukan pengadaan dan pengembangan perpustakaan sekolah. Salah satu pengembangan perpustakaan sekolah ini adalah diselenggarakannya perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya diperoleh keterangan. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pustakawan; guru kelas IVA, IVB, VA, dan VB; serta siswa kelas IVA, IVB, VA, dan VB.

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pustakawan SD Negeri Percobaan 3 dan guru kelas SD Negeri Percobaan 3 dikarenakan dianggap lebih memahami terkait dengan pengelolaan perpustakaan kelas. Subjek


(54)

penelitian lainnya adalah siswa SD Negeri Percobaan 3 karena siswa adalah orang yang sasaran dari diselenggarakannya perpustakaan kelas.

Objek penelitian ini adalah pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3. Pengelolaan perpustakaan kelas di SD Negeri Percobaan 3 ini dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari perpustakaan kelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2014: 308). Pada dasarnya, teknik pengumpulan data memiliki arti yang sama dengan metode pengumpulan data. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 100), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data atau metode pengumpulan data adalah suatu langkah yang dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai penunjang dalam penelitian yang dilakukan.

Pada penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpuan data. Teknik pengumpulan data tersebut di antaranya adalah:

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 220). Selain itu, berdasarkan pendapat Haris Herdiansyah (2010: 131-132)


(55)

mendefinisikan observasi adalah sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang melibatkan pancaindra dengan cara melihat, pengamatan, mencermati dan merekam kegiatan yang sedang berlangsunguntuk suatu tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini, observasi digunakan peneliti sebagai salah satu teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang telah terencana. Pengamatan yang terencana dapat disebut juga dengan observasi terstruktur. Oleh karena itu, observasi ini membutuhkan panduan atau pedoman observasi yang telah dibuat oleh peneliti dan dapat berupa lembar observasi.

2. Wawancara

Wawancara atau yang dalam bahasa Inggris sering disebut dengan interview. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang berupa menanyakan sesuatu kepada narasumber/responden.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneiti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2014: 194).

Menurut Haris Herdiansyah (2015: 26), wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiyah, di mana arah pembicaraan mengacu kepada tjuan yang telah ditetapkan. Sehingga, dapat diambil kesimpulan adalah


(56)

suatu interaksi komunikasi diantara dua orang atau lebih untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam dengan tujan tertentu.

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya atau menanyakan sesuatu kepada responden. Berdasarkan jenisnya, wawancara dapat dibagi menjadi tiga, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya telah memiliki daftar pertanyaan yang harus ditanyakan kepada responden dan telah tersusun secara sistematis. Wawancara semiterstruktur merupakan wawancara menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana narasumber diminta pendapat dan ide-idenya. Wawancara tidak terstruktur kebalikan dari jenis wawancara terstruktur, di mana wawancara yang dilakukan tidak menggunakan pedoman wawancara atau pedoman wawancara yang hanya dibuat garis-garis besarnya saja.

Pada penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti guna memperoleh data adalah teknik wawancara semiterstruktur. Wawancara ini digunakan untuk menemukan permasalahan terbuka, di mana peneliti dapat mengajukan pertanyaan di luar dari pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnnya untuk mendapatkan pendapat dan ide-ide dari subjek penelitian. 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, di mana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari (Sukardi, 2011: 81). Djam‟an Satori dan Aan Komariah (2011: 149) menyatakan bahwa studi


(57)

dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Dokumentasi ini dapat digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dengan data yang telah berlalu.

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang akan memperkuat perolehan data-data sebelumnya dan tentunnya yang relevan dengan data yang dibutuhkan. Sedangkan, dokumen-dokumen tersebut dapat berupa foto, dapat juga berbentuk dokukmen tertulis lainnya seperti arsip-arsip dari objek penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data (Suharsimi Arikunto, 2010: 101). Sugiyono (2014: 148) mengungkapkan bahwa insrtumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam mamupun sosial yang diamati. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang relevan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi, pedoman wawancara dan alat yang mendukung dalam dokumentasi seperti alat perekam, kamera dan alat tulis. Penjelasan lebih lanjut terkait instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(58)

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan peneliti dalam memperoleh data dari siswa atau guru melalui kegiatan pengamatan pelaksanaan perpustakaan kelas secara langsung. Sebelum melakukan kegiatan observasi, peneliti harus membuat terlebih dahulu pedoman observasi. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman observasi:

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Aspek yang

Diamati Indikator Subindikator Item

Nomor Item Pelaksanaan

perpustakaan kelas.

Kesesuaian dengan visi misi dan tujuan.

Kesesuaian pelaksanaan perpustakaan kelas dengan visi misi.

1 1

Kesesuaian pelaksanaan perpustakaan kelas dengan tujuan.

1 2

Sumber daya manusia yang tersedia.

Pengurus perpustakaan kelas. 1 3 Koleksi bahan bacanan

yang tersedia.

Jenis koleksi bahan bacaan yang tersedia.

1 4

Sumber pengadaan koleksi bahan bacaan.

1 5

Anggaran yang digunakan untuk koleksi bahan bacaan.

1 6

Pengelolaan koleksi bahan bacaan

1 7

Sarana dan prasarana yang tersedia.

Jenis sarana dan prasarana yang tersedia.

1 8

Sumber pengadaan sarana dan prasarana.

1 9

Anggaran yang digunakan untuk sarana dan prasarana.

1 10

Pelaksanaan kegiatan perpustakaan kelas.

Jenis kegiatan perrpustakaan kelas.

1 11

Tata cara penyelenggaraan kegiatan perpustakaan kelas.

1 12

Waktu penyelenggaraan kegiatan perpustakaan kelas.

1 13


(59)

Layanan perpustakaan kelas. 1 15 Fungsi kegiatan perpustakaan

kelas.

1 16

Kelebihan dari perpustakaan kelas.

1 17

Kemudahan dari perpustakaan kelas.

1 18

Kekurangan dari perpustakaan kelas.

1 19

Hambatan dari perpustakaan kelas.

1 20

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan poin-poin singkat dari informasi yang akan dikumpulkan oleh peneliti. Kisi-kisi pedoman wawancara terkait dengan pengelolaan perpustakaan kelas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No Aspek Indikator

Sumber Data

Guru Pustakawan

Item No. Item Item No. Item 1. Perencanaan

Perpustakaan Kelas

Penetapan visi misi dan tujuan.

3 1, 2, 3 3 1, 2, 3 Penetapan sumber daya

manusia.

1 12 1 12

Pengadaan koleksi bahan bacaan.

3 13, 14, 15 3 13, 14, 15 Pengadaan sarana dan

prasaran.

4 16, 17, 18, 19

4 16, 17, 18, 19 Rencana kegiatan

perpustaakaan kelas.

6 4, 5, 6, 7, 8, 9

6 4, 5, 6, 7, 8, 9 2. Pelaksanaan

Perpustakaan Kelas

Visi misi dan tujuan. 4 20, 21, 22, 23

4 20, 21, 22, 23 Sumber daya manusia

yang tersedia.

1 32 1 32

Koleksi bahan bacanan yang tersedia.

6 33, 34, 35, 36, 37, 38

6 33, 34, 35, 36, 37, 38 Sarana dan prasarana

yang tersedia.

6 39, 40, 41, 42, 43, 44

6 39, 40, 41, 42, 43, 44


(60)

Pelaksanaan kegiatan perpustakaan kelas.

9 24, 25, 26, 27, 28, 29, 45, 46, 47

9 24, 25, 26, 27, 28, 29, 45, 46, 47 Identifikasi kelebihan. 1 10 1 10 Identifikasi kekurangan. 1 11 1 11 Identifikasi kemudahan 1 30 1 30 Identifikasi hambatan 1 31 1 31 3 Evaluasi

Perpustakaan Kelas

Kesesuaian visi misi dan tujuan

1 48 1 48

Kesesuaian sumber daya manusia

1 49 1 49

Kesesuaian koleksi bahan bacaan

1 50 1 50

Kesesuaian sarana dan prasarana

1 51 1 51

Kesesuaian kegiatan perpustakaan kelas

1 52 1 52

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi digunakan sebagai alat untuk mencacat peristiwa yang terjadi. Bentuk dari catatan ini dapat berupa tulisan, dokumen maupun foto. Berikut adalah kisi-kisi pedoman dokumetasi yang digunakan pada penelitian ini.

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi

No Aspek yang di Dokumentasi

1. Dokumen tentang profil singkat dan visi misi perpustakaan kelas. 2. Peraturan yang melandasi diselenggarakannya perpustakaan kelas. 3. Dokumen tentang rancangan perpustakaan kelas.

4. Sarana dan prasarana perpustakaan kelas

5. Dokumentasi kegiatan pelaksanaan perpustakaan kelas. 6. Koleksi bacaan yang tersedia di perpustakaan kelas. 7. Dokumen tentang catatan sumber bahan bacaan. 8. Buku induk perpustakaan kelas.

9. Anggaran.


(61)

F. Sumber Data

Sumber data digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 172), sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder (Sugiyono, 2014: 308). Sumber data primer merupakan sumber data yang dapat memberikan data secara langsung kepada peneliti, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung dapat memberikan data pada peneliti. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data primer dan sekunder, di mana sumber data primer berasal dari subjek penelitian dan sumber data sekunder berasal dari dokumen terkait dengan objek penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif teknik analisis yang digunakan berbeda dengan penelitian lainnya. Ada beberapa teknik analisis data pada penelitian kualitatif. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis menurut Miles and Huberman. Teknik analisis data menurut Miles and Huberman, aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2014: 337). Berikut adalah gambar skema dalam teknik analisis data menurut Miles and Huberman.


(62)

Gambar 2. Komponen dalam analisis data (interactive model)

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh peneliti di lapangan masih bersifat kompleks dan banyak, oleh karena itu peneliti perlu mencatat secara teliti dan rinci. Data-data yang telah terkumpul tersebut perlu kemudian direduksi. Reduksi data ini berarti merangkum data-data yang telah diperoleh, untuk kemudian dipilih dan difokuskan pada hal-hal yang penting serta pokok. Data yang dianggap tidak penting dan pokok dapat dibuang atau dihilangkan oleh peneliti.

2. Data Display (Penyajian Data)

Data yang telah selesai direduksi, kemudian dapat disajikan. Penyajian data ini dapat berupa uaraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data seperti ini berguna untuk memudahkan dalam memahami data yang telah didapatkan tersebut.

3. Conclusions Drawing/Vericication (Penarikan Kesimpulan)

Langkah selajutnya setelah data direduksi dan disajikan adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan ini dibuat untuk kemudian dibahas pada bab hasil penelitian dan pembahasan.


(63)

H. Keabsahan Data

Penelitian diperlukan adanya tahap keabsahan data. Dalam uji keabsahan data, pada penelitaian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Uji kredibilitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data yang meliputi dua macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014: 330).

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek kredibilitas data melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2014: 273). Sebagai contoh, peneliti melakukan wawancara terhadap guru, siswa, dan kepala sekolah. Berdasarkan ketiga sumber ini, maka peneliti harus menganalisis data tersebut dengan cara mendeskripsikan, mengkategorikan serta mencari persamaan dan perbedaan pendapat antar ketigannya. Data tersebut barulah kemudian dibuat kesimpulan.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2014: 273). Sebagai contoh, dalam penelitian peneliti melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil ketiga data ini harus dicek kembali, jika ditemukan perbedaan maka peneliti harus melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang lain untuk mengambil sebuah kesimpulan.


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi Sekolah

Peneliti melakukan penelitian di SD Negeri Percobaan 3 Pakem yang dilaksanakan pada bulan Februari 2017. Lokasi SD Negeri Percobaan 3 Pakem ini cukup strategis karena berada di pinggir jalan raya, tepatnya sekolah ini beralamatkan di Jalan Kaliurang Km 17 Sukunan, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini menghadap ke arah barat, di mana letak sekolah berhadapan langsung dengan jalan raya dan Rumah Sakit Panti Nugroho serta bersebelahan dengan SMP Negeri 4 Pakem.

SD Negeri Percobaan 3 Pakem ini secara fisik memiliki dua pintu masuk yang terletak di bagian utara dan selatan. Akan tetapi, pintu masuk yang aktif digunakan saat ini adalah pintu masuk bagian selatan karena pintu masuk bagian utara masih dalam kondisi direnovasi. Di depan sekolah ini juga terdapat tulisan SD Negeri Percobaan 3 yang tertera di pagar sekolah.

SD Negeri Percobaan 3 mempunyai beberapa fasilitas sekolah diantaranya gedung sekolah, tempat parkir, lapangan, taman dan tempat ibadah. Gedung sekolah terdiri dari beberapa macam ruangan. Ruangan-ruangan tersebut diantaranya ruang kelas I sampai dengan kelas VI, ruang guru, ruang Kepala Sekolah, ruang TU, ruang UKS, ruang agama, ruang gugus, ruang Laboraturium IPA, kantin, ruang Laboraturim Komputer, ruang olahraga/aula, ruang kesenian,


(1)

`


(2)

`


(3)

`


(4)

`


(5)

`


(6)

`