Metode Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Anak Usia Dini

27

7. Metode Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Anak Usia Dini

Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos. Meta artinya melalui dan hodos artinya jalan atau cara. Dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah yang diambil seorang peserta didik untuk merealisasikan tujuan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dihubungkan dengan pendidikan karakter berarti bahwa metode adalah seluruh rencana dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan agar pendidikan karakter dapat terlaksana. Pemilihan metode ini tidak boleh sembarangan melainkan harus disesuaikan dengan beberapa kriteria tertentu dan metode-metode tersebut akan menjadi lebih bermakna apabila dipadukan dengan metode yang lainnya pula. Novan Ardy Wiyani 2013: 43 menyebutkan setidaknya terdapat lima metode pendidikan karakter di sekolah, yaitu a mengajarkan, b keteladanan, c menetukan prioritas, d praksis prioritas, dan e refleksi. Pada pelaksanaannnya dalam lembaga pendidikan anak usia dini, maka metode yang digunakan dalam pendidikan karakter harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Metode yang digunakan hendaklah diserahkan pada pencapaian peningkatan kemajuan peserta didik. Herry Widyastono dalam Novan Ardy Wiyani, 2013: 42 menyebutkan penerapan metode pendidikan tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian tetapi 28 pendidikan yang menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, serta kecintaan terhadap budaya-budaya Indonesia. Sofan Amri, Ahmad Jauhari Tatik Elisah 2011: 57, menjelaskan bahwa penting bagi guru untuk menciptakan metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif murid. Metode tersebut adalah metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pembelajaran yang kongkret, bermakna, serta relevan dengan konteks kehidupannya. Metode yang melibatkan partisipasi aktif murid tentunya akan menstimulasi diri anak tersebut untuk lebih memahami konsep yang akan disampaikan. Hal ini dikarenakan saat anak berpartisipasi aktif, beberapa indera anak akan bekerja bersama dan memungkinkan untuk menangkap suatu konsep melalui beberapa indera. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter metode yang bisa diterapkan tentunya sangatlah beraneka ragam. Akan tetapi, hal yang paling penting dalam menentukan metode adalah dengan memperhatikan karakteristik anak agar penyelenggaraan dari pendidikan karakter ini dapat dengan mudah diterima. Muhammad Fadlillah Lilif Mualifatu 2013: 166, menyebutkan setidaknya terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada anak usia dini yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bermain, metode bernyanyi dan metode karya wisata.. Bercerita merupakan salah satu dari metode pembelajaran pada pendidikan karakter. Bercerita ini adalah suatu bentuk komunikasi baik secara lisan maupun nonlisan yang disampaikan oleh satu orang pada orang lainnya baik yang bersifat 29 fiktif maupun nonfiksi. Bercerita sering pula diistilahkan dengan mendongeng. Agus Ds 2009: 5 menyatakan bahwa banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan mendongeng. Manfaat mendongeng tersebut antara lain: a mengembangkan daya imajinasi, kreativitas, dan kemampuan berpikir abstrak pada anak, b menjalin interaksi yang akrab antara anak dengan orang dewasa, c melatih kecerdasan emosional dan kepekaan sosial, d meningkatkan serta menunjang perkembangan moral, dan e menanamkan motivasi dan proses identifikasi positif. Jasmin Hanna, 2011: 25 menyebutkan bercerita bisa memacu anak gemar membaca, melatih kepercayaan diri anak, meningkatkan pengetahuan serta penanaman karakter. Menurut pendapat Jasmin Hana tersebut bercerita salah satunya dapat dijadikan sebagai metode bagi penananaman karakter. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Muhammad Fadlilah Lilif Mualifatu yang menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat cerita terhadap pendidikan karakter yaitu: a membangun kontak batin, antara anak dengan orang tuanya maupun anak dengan gurunya, b media penyampai pesan terhadap anak, c dapat melatih emosi atau perasaan anak, d membantu proses mengidentifikasi diri, d memperkaya pengalaman batin, dan e dapat membentuk karakter anak. Saat seorang pendidik bercerita anak akan mulai membangun imajinasi sesuai dengan jalan cerita. Pada saat ini maka kognitif anak akan berkembang, dan anak akan belajar mengenai berbagai hal yang baik dan buruk. Anak juga akan mampu untuk memilih dan memilah mengenai berbagai nilai tersebut. Nilai moral yang 30 dibacakan oleh guru juga akan semakin memberi bekal pada anak mengenai berbagai sikap baik yang harus dikembangkan dalam kehidupan. Metode karya wisata adalah metode melaksanakan kegiatan pengajaran di TK dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lain. Muhammad Fadlilah Lilif Mualifatu 2013: 183 menyatakan bahwa metode karya wisata memberikan kesempatan kepada anak untuk mengamati. Dengan cara tersebut anak dapat mendengar, merasakan, melihat, dan melakukan. Melalui metode yang seperti ini umumnya anak-anak akan lebih mudah untuk menerima informasi. Hal ini dikarenakan pada saat tersebut lebih dari satu indera anak bekerja bersama-sama sehingga informasi baru yang didapatkan akan lebih „mengena‟ atau bermakna bagi anak. Kegiatan karyawisata dapat melatih sikap disiplin, mengenal dan mengahargai alam, menghargai teman, membangun sikap positif terhadap lingkungannya, dan bekerja sama. Muhammad Fadlillah Lilif Mualifatu 2013: 184, menyatakan metode karyawisata adalah suatu metode yang dilaksanakan dengan cara mengajak anak-anak keluar kelas untuk dapat memperhatikan hal-hal atau peristiwa yang memiliki hubungan dengan apa yang sedang dipelajari di sekolah. Selain metode karya wisata terdapat pula metode keteladanan. Keteladanan adalah metode yang bisa dilakukan dalam kegiatan pendidikan karakter. Keteladanan berarti bahwa seorang pendidik haruslah senantiasa berperilaku baik sehingga dapat menjadi teladan bagi para anak didiknya. Moh. Shochib 2010: 124 mengungkapkan pendidik yang menjadi 31 teladan bagi anak adalah yang pada saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap nilai-nilai moral. Dasar dari penerapan metode keteladanan adalah bahwa pengaruh yang diserap melalui mata 84, melalui telinga 11 sedangkan faktor lain 5. Melalui mata atau keteladanan apa yang dilihat akan dijadikan contoh, sedangkan melalui telinga apa saja yang didengar berupa nasihat, saran atau pun pendapat hanya akan efektif mengubah perilaku sebanyak 11. Hal ini berarti bahwa nasihat yang tidak dibarengi dengan keteladanan seperti melakukan sebuah pekerjaan yang lebih banyak sia-sianya daripada manfaatnya. Muhammad Fadlillah Lilif Mualifatu 2013: 168, menyatakan keteladanan adalah memberikan contoh langsung tanpa banyak keterangan. Dalam penerapan metode keteladanan ini di sekolah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: a memberikan keteladanan berdasarkan apa yang dilihat oleh anak, bukan dibuat-buat namun pendidik selalu berperilaku baik kapanpun dan dimanapun b metode keteladanan dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas dengan bercerita mengenai kisah para nabi maupun kisah yang berisi keteladanan akhlak, dan c mengajak anak untuk mempraktikkan perilaku baik. Dalam pendidikan karakter, metode keteladanan memiliki beberapa kelebihan yaitu: a akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang akan dipelajari di sekolah, b akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajar, c agar tujuan pendidikan dapat terarah dan tercapai dengan baik, d bila keteladanan dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat baik, akan tercipta situasi yang baik, e tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa, 32 f secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya, dan g mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswa- siswanya. Kekurangan dari penggunaan metode keteladanan yaitu: a apabila figur yang dicontoh tidak baik, anak akan cenderung mengikuti menjadi tidak baik, dan b teori tanpa praktik akan menimbulkan verbalisme. Metode bernyanyi adalah salah satu metode yang bisa digunakan dalam rangka penanaman nilai-nilai karakter dalam diri anak. Saat anak-anak bernyanyi bukan saja anak sekedar bernyanyi namun lama-kelamaan anak juga akan memahami lirik dalam lagu tersebut. Saat anak mulai paham akan arti dari lirik lagu tersebut maka,ini berarti anak sedang mulai untuk menginternalisasikan nilai- nilai tersebut dalam dirinya. Saat anak-anak bernyanyi anak-anak akan berada pada keadaan rileks, sehingga nilai yang ingin ditanamkan kepada anak akan tersampaikan kepada anak, tanpa disadari oleh anak sendiri. Saat ini terdapat berbagai macam lagu yang didalamnya berisi nilai-nilai moral bagi anak. Nilai- nilai moral tersebut bagaikan sebuah pesan yang ingin disampaikan bagi oarang tua maupun pendidik kepada anak. Selain metode-metode tersebut, metode lain yang dapat diterapkan adalah metode pembiasaan. Metode pembiasaan akan efektif digunakan untuk melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak dini. Inti dari metode pembiasaan ini adalah pengulangan. Muhammad Fadlillah Lilif Mualifatu 2013: 174 menyatakan pembiasaan merupakan kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai oleh anak. Novan Ardy Wiyani, 2012: 140-144 menyebutkan terdapat tiga macam 33 pembiasaan yang bisa diterapkan kepada anak yaitu a pembiasaan keteladanan, b pembiasaan spontan, dan c pembiasaan rutin. Pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari- hari yang tidak diprogramkan karena tidak mengenal batas ruang dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku atau sikap guru dan tenaga kependidikan yang baik, sehingga pantas dijadikan panutan bagi peserta didik. Pembiasaan spontan yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus meliputi pembentukan perilaku memberi senyum, salam, sapa, membuang sampah pada tempatnya, budaya antre, dan lain-lain. Sedangkan kebiasaan rutin merupakan salah satu kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari- hari di sekolah, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, dan lain-lain Hal yang penting dari metode pembiasaan ini adalah bahwa metode ini merupakan persiapan untuk pendidikan selanjutnya, seandainya hanya berhenti di sini hal ini seperti mendidik manusia akan tetapi seperti mendidik binatang- binatang sirkus. Pembiasaan tanpa diiringi dengan pengetahuan, pemahaman dan internalisasi tidak akan berarti apa-apa. Metode-metode tersebut, dalam pendidikan karakter sama-sama memiliki peran terhadap jalannya kegiatan pendidikan karakter. Oleh karenanya, perpaduan dari kedua metode ini akan menjadi ideal jika diterapkan dalam rangka penanaman nilai karakter di sekolah.

8. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter