33 pembiasaan yang bisa diterapkan kepada anak yaitu a pembiasaan keteladanan,
b pembiasaan spontan, dan c pembiasaan rutin. Pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-
hari yang tidak diprogramkan karena tidak mengenal batas ruang dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku atau sikap guru dan tenaga kependidikan
yang baik, sehingga pantas dijadikan panutan bagi peserta didik. Pembiasaan spontan yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus meliputi
pembentukan perilaku memberi senyum, salam, sapa, membuang sampah pada tempatnya, budaya antre, dan lain-lain. Sedangkan kebiasaan rutin merupakan
salah satu kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari- hari di sekolah, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, dan lain-lain
Hal yang penting dari metode pembiasaan ini adalah bahwa metode ini merupakan persiapan untuk pendidikan selanjutnya, seandainya hanya berhenti di
sini hal ini seperti mendidik manusia akan tetapi seperti mendidik binatang- binatang sirkus. Pembiasaan tanpa diiringi dengan pengetahuan, pemahaman dan
internalisasi tidak akan berarti apa-apa. Metode-metode tersebut, dalam pendidikan karakter sama-sama memiliki peran terhadap jalannya kegiatan
pendidikan karakter. Oleh karenanya, perpaduan dari kedua metode ini akan menjadi ideal jika diterapkan dalam rangka penanaman nilai karakter di sekolah.
8. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter
Salah satu faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah adalah guru. Hal ini dikarenakan dalam pendidikan
karakter, guru adalah figur utama serta contoh atau teladan bagi peserta didik.
34 Segala perilaku guru akan dijadikan contoh bagi anak, sehingga penting bagi guru
untuk selalu mengedepankan perilaku baik. Akan tetapi tidak hanya sebagai teladan, sosok guru dalam pendidikan karakter juga lekat dengan kegiatan belajar-
mengajar. Novan Ardy Wiyani 2012: 82, memaparkan dalam kegiatan belajar-
mengajar, guru memiliki tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi serta memberi fasilitas belajar
bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Sementara Mulyasa, 2013: 34 menambahkan,
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru agar pelaksanaan pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik, yaitu: a menggunakan
metode pendidikan karakter yang bervariasi, b memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, c menghubungi spesialis apabila anak
memiliki kelainan atau penyimpangan karakter, d menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan pendidikan
karakter, e memiliki pemahaman bahwa perkembangan karakter peserta didik tidak berkembang dalam waktu yang sama, f mengembangkan
situasi belajar yang memungkinkan bagi setiap peserta didik untuk bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing pada proses pendidikan
karakter, dan g mengusahakan keterlibatan peserta didik terhadap berbagai kegiatan berkarakter.
Berdasarkan pendapat dari Novan Ardy Wiyani dan Mulyasa tersebut tampaklah bahwa peran dari seorang guru dalam pendidikan karakter sangatlah
beraneka macam. Terlebih dalam lingkup kegiatan belajar. Suyadi, 2013: 19 merumuskan bahwa seorang guru pendidikan karakter
harus memiliki setidaknya tiga buah kemampuan yang terdiri atas a kemampuan membuka dan menutup pelajaran, b kemampuan menjelaskan pembelajaran, dan
c kemampuan memotivasi peserta didik agar berani bertanya. Kemampuan- kemampuan tersebut sangatlah penting untuk dimiliki seorang guru, agar kegiatan
35 belajar-mengajar menjadi lebih bermakna, terlebih dalam lingkup pendidikan
karakter. Mulyasa 2013: 35, menyebutkan bahwa guru harus mampu untuk
mengembangkan pendidikan karakter secara efektif, serta mampu meningkatkan kualitas pendidikan, dalam hal peningkatan pribadi peserta didik, penting bagi
guru untuk memperhatikan beberapa hal berikut: a menguasai dan memahami pendidikan karakter dan hubungannya dengan pembelajaran yang baik, b
menyukai pendidikan karakter, c memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya, d menggunakan metode karakter yang bervariasi,
e mengeliminasi bahan-bahan yang kurang berkarakter dan berarti, f mengikuti perkembangan pendidikan karakter, g mempersiapkan proses pendidikan
karakter secara matang, h mendorong peserta didiknya untuk memiliki karakter yang lebih baik, dan i menghubungkan pengalaman yang lalu dengan karakter
yang akan dibentuk. Dalam pendidikan karakter ini terdapat dua hal yang wajib menjadi
perhatian yaitu proses dan hasil. Dari segi proses pendidikan karakter dapat dikatakan berhasil apabila mempu melibatkan peserta didik secara aktif secara
mental maupun sosial dalam proses pendidikan karakter di sekolah. Sedangkan, secara hasil guru dapat dikatakan berhasil dalam pendidikan karakter apabila
pendidikan karakter mampu mengubah sikap dan perilaku peserta didik menjadi lebih baik. Mulyasa 2013: 66 menyebutkan,
karakteristik guru yang dapat sukses melaksanakan pendidikan karakter secara efektif adalah sebagai berikut a respek, dapat memahami dan
mengontrol dirinya emosinya stabil, b antusias dan bergairah terhadap pendidikan karakter, kelasnya dan seluruh pembelajarannya, c berbicara
36 dengan jelas dan komunikatif mampu mengkomunikasikan idenya, d
memperhatikan perbedaan individu dari setiap peserta didik, e memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif, dan banyak akal, f menghindari
perlakuan kasar dan ejekan terhadap peserta didiknya, g tidak menonjolkan diri, dan h menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Peran guru dalam pendidikan karakter menurut Novan Ardy Wiyani
2012: 85 adalah sebagai pemberi teladan, inspirator, motivator, dinamisator dan evaluator. Sebagai teladan guru harus mampu menunjukkan sikap positif kapan
pun dan di mana pun, agar patut sikap-sikap tersebut patut dijadikan teladan bagi anak. Sebagai inspirator dan motivator guru akan membangkitkan semangat siswa
melalui pengalamannya jatuh bangun dalam meraih prestasi dan kesuksesan yang luar biasa. Selain itu, guru juga memiliki peran sebagai dinamisator yang berarti
bahwa guru bukan hanya memberikan motivasi namun juga menjadi “lokomotif” yang mendorong gerbong untuk terus maju. Sebagai evaluator berarti bahwa guru
harus senantiasa mengevaluasi metode pembelajaran yang selama ini dipakai dalam pendidikan karakter.
Peran guru yang paling mendasar dalam pendidikan karakter adalah menciptakan lingkungan yang nyaman, menyenangkan, dan dapat menstimulasi
rasa ingin tahu anak dalam pendidikan karakter serta memberikan ruang gerak yang lebih leluasa kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara
optimal. Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kepada peserta didik tanpa memberikan pemaksaan terlebih kekerasan
kepada anak didiknya. Sesungguhnya karakter terbentuk melalui proses pembiasaan. Anak yang
memiliki karakter baik maka pastilah memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik
37 pula. Kebiasaan-kebiasaan baik ini akan terlihat dari kemampuan anak yang
berulang dalam melakukan suatu tindakan dengan pertimbangan moral yang tepat. Pertimbangan moral dalam diri seseorang ini juga memiliki peran dalam
membentuk seorang individu yang bermoral. Seseorang dinilai bermoral apabila orang tersebut selalu menggunakan pertimbangan moral dalam setiap langkah
hidupnya. Dalam diri seseorang perkembangan moral ini memiliki suatu tahapan tertentu. Oleh karenanya, seorang anak usia dini dalam pertimbangan moral tidak
bisa disamakan dengan orang dewasa.
B. Teori Perkembangan Moral Anak Usia Dini