11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pertama kali digagas oleh F.W Foester kemudian istilah ini kembali muncul dan marak di Indonesia saat disebut-sebut dalam salah
satu pidato Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu masih menjabat sebagai presiden RI. Pendidikan karakter terdiri atas dua kata yang berbeda yaitu
pendidikan dan karakter. Kedua kata ini, baik pendidikan dan karakter memiliki makna sendiri-sendiri.
Pendidikan merupakan terjemahan dari kata education yang berkata dasar educate atau dalam bahasa latinnya educo. Educo memiliki arti mengembangkan
dari dalam; mendidik; melaksanakan hukum kegunaan. Selain itu, pendidikan juga sering dikaitkan dengan istilah paedagigie yang berarti pergaulan dengan
anak-anak. Pihak yang bertugas untuk membimbing atau pun mendidik disebut dengan paedagogos. Menurut Good dalam Arief Rohman, 2011: 6, pendidikan
adalah keseluruhan proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bertingkah laku lainnya yang bernilai di dalam masyarakat di mana
individu tersebut hidup. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pendidikan adalah proses perubahan sikap, dan tingkah laku seseorang
atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan.
12 Undang Undang No. 20 Tahun 2002 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau upaya yang
sistematis dan terencana dalam rangka mengubah hal-hal yang terkait dengan perilaku maupun pola pikir seseorang agar semakin berkembang ke arah yang
lebih baik. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“to mark” menandai dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam
tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Karakter seringkali dikaitkan dengan kata hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, sifat, tabiat, temperamen dan watak. Akan
tetapi, karakter pada dasarnya memiliki perbedaan dengan istilah-istilah tersebut. Karakter menitikberatkan pada suatu kualitas atau sifat yang terus menerus dan
kekal yang dapat dijadikan identifikasi bagi individu. Menurut Muhammad Fadlilah Lilif Mualifatu 2013: 21, karakter
tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu: moral knowing pengetahuan moral, moral feeling perasaaan moral, dan moral behavior
perilaku moral. Suyadi 2013: 5, menambahkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan,
baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun
13 dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Fathcul Mu‟in 2011: 161 menyebutkan,
Karakter memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu: a karakter adalah “siapakah kamu saat orang lain melihat kamu”, b karakter adalah hasil
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan, c karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua, d karakter bukanlah reputasi atau apa
yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu, e karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain, dan f karakter tidak relatif.
Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli tersebut dapat diketahui bahwa
karakter ini sebenarnya adalah kualitas dari nilai-nilai yang terkandung dalam sikap, tingkah laku maupun perbuatan manusia yang berhubungan dengan Tuhan
maupun dengan sesamanya. Karakter yang baik akan mengarahkan seseorang ke dalam hubungan yang baik, dengan orang lain maupun dengan Tuhan.
Melihat konsep pendidikan dan karakter seperti yang telah dijabarkan tersebut maka dapat diketahui apa pengertian dari pendidikan karakter. Ratna
Megawangi dalam Dharma Kesuma, dkk, 2012: 5 menyatakan, pendidikan karakter adalah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan, sehingga dapat memberi kontribusi positif bagi lingkungan. Hal senada juga diungkapkan oleh Sri Judiani
dalam Muhammad Fadlillah Lilif Mualifatu, 2013: 23 yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Suyadi 2013: 6 menambahkan bahwa pendidikan karakter dapat
14 diartikan sebagai usaha sadar terencana dalam mengetahui kebenaran dan
kebaikan, mencintainya, dan melakukannya dalam kegiatan sehari-hari. Nilai-nilai yang ada pada pendidikan karakter ini haruslah universal
sehingga mampu dirasakan dan dilaksanakan oleh semua orang seperti lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara. Mulyasa 2013: 7 menyebutkan,
Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen kesadaran,
pemahaman, kepedulian, dan komitmen tinggi untuk melaksanakan nilai- nilai tersebut baik kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, sehingga menjadi manusia yang sempurna sesuai dengan kodratnya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa pendidikan karakter adalah suatu bentuk arahan, petunjuk, pedoman, bantuan, dan
bimbingan yang diberikan kepada seorang peserta didik, supaya peserta didik tersebut dapat bertingkah laku baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan
keberagaman yang ada di masyarakat dengan didasarkan pada kesadaran akan pentingnya nilai-nilai tersebut. Dengan kata lain, pendidikan karakter akan
mampu untuk membantu seseorang dalam berperilaku sesuai dengan nilai moral dan mampu untuk menginternalisasikan segenap nilai-nilai moral tersebut.
2. Tujuan Pendidikan Karakter