Gambar 2. 3 Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW
Langkah-langkah pembelajaran dengan model think-talk-write adalah:
1 Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil, terdiri dari 3-5 orang.
2 Guru membagi teks bacaan atau memperlihatkan gambar sesuai matei yang akan disampaikan yang memuat situasi masalah dan
petunjuk serta prosedur pelaksanaan.
Guru
Situasi Masalah Open-Ended
Belajar Bermakna Melalui Strategi TTW
Membaca Teks dan Membuat
Catatan Secara Dampak
THINK Siswa
Interaksi Dalam Grup: Untuk
Membahas Isi Catatan
TALK
Siswa Konstruksi
Pengetahuan Hasil Dari Think Talk
Secara Individual WRITE
Kemampuan Pemahaman
Komunikasi
Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW
3 Siswa membaca teks atau melihat dan memperhatikan secara seksama
gambar yang
disajikan guru
kemudian mempelajarinya serta membuat catatan dari hasil bacaannya
secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi kelompok think.
4 Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan yang telah dibuat talk. Dalam posisi ini
guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. 5 Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil
kolaborasi berupa catatan kelompok dan rangkuman hasil belajar write.
Kelebihan dari metode Think Talk Write adalah: 1 Siswa dapat terlibat secara aktif dalam melakukan eksplorasi
suatu konsep ekonomi. 2 Metode ini dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara dan
menulis. Hal ini akan menimbulkan stimulus bagi para siswa agar lebih giat belajar dan mencari informasi dari berbagai
sumber. 3 Pengelompokan
yang dilakukan
secara heterogen,
menimbulkan dampak social positif bagi para siswa. 4 Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari hasil
kolaborasi. Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan
penggunaan model Think Talk Write
sebagaimana yang dikemukakan Silver Smith adalah:
1 Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa berpikir.
2 Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan. 3 Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
4 Memutuskan kapan siswa diberi informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan
membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan.
d. Model Pembelajaran Terbalik Reciprocal Teaching
a Karakteristik Model Pembelajaran Terbalik
Menurut Triyanto, Joyce dan Weil, “model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan guru sebagai pedoman
pembelajaran di kelas untuk membantu siswa dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, mengekspresikan diri
dan semua itu mengarahkan kepada ketercapaian tujuan pembelajaran”.
56
Menurut Arends, “penggunaan istilah model pembelajaran memiliki dua aspek penting, yaitu pertama model
pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur dan kedua berfungsi sebagai sarana
komunikasi dalam pembelajaran”. Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas karena memiliki empat ciri-ciri yang tidak
dimiliki strategi, metode atau prosedur, yaitu: 1. Memiliki teori yang bersifat rasional dan logis dibuat oleh para pencipta atau
pengembangnya, 2. Memiliki tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu apa dan bagaimana siswa belajar, 3. Memerlukan
proses pembelajaran yang aktif dan interaktif, 4. Memerlukan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif agar tujuan belajar
tercapai.
57
Menurut Johnson, “untuk mengetahui kualitas suatu model pembelajaran dilihat dari dua aspek, yaitu aspek pertama mengacu
kepada proses, dimana model pembelajaran harus mampu menciptakan
situasi pembelajaran
yang menyenangkan,
mendorong siswa aktif dan berpikir kreatif, dan aspek kedua
56
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet. 11, h. 51.
57
Ibid., h. 54.
mengacu kepada produk yaitu model pembelajaran harus dapat mencapai tujuan pembelajaran yang berdasarkan pada standar
kemampuan dan kompetensi yang ditentukan.
58
Jadi, model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang dibuat guru sebagai pedoman dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, di mana model pemilihan pembelajaran berdasarkan dua aspek, yaitu proses
dan produk. Salah satu model yang dapat menciptakan situasi pembelajaran
menjadi lebih mandiri, membuat siswa aktif dan berpikir kreatif juga berdasarkan kepada pencapaian tujuan pembelajaran adalah
model pembelajaran terbalik reciprocal teaching. Model pembelajaran terbalik dikembangkan oleh Annemarie Palinscar
dan Ann Brown melalui sebuah penelitian. Dalam penelitan yang dilakukan oleh Palinscar dan Brow menunjukkan bahwa model
pembelajaran terbalik merupakan satu teknik dalam pendekatan pembelajaran kooperatif, karena situasi pembelajaran dibentuk
dalam kelompok heterogen untuk memberikan kesempatan siswa saling berkolaborasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan
pembelajaran dipimpin oleh tutor sebaya. Para ahli menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik, memahami konsep-konsep dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
59
Model pembelajaran terbalik adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh tutor sebaya.
60
Selain tutor sebaya yang memimpin pembelajaran, dalam proses pembelajaran terbalik siswa juga
diberi kesempatan untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang
58
Ibid., h. 55.
59
Rita Rosidah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor dengan Reciprocal
Teaching di
Kelas VIIA
SMPN Semarang
, 2011,
h. 353,
http:www.fi.itb.ac.id~dedeSeminar20HFI202010CD20ProceedingsFP2009.pdf .
60
Ibid., h. 354.
telah dilaksanakan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mosston, yaitu “model pembelajaran terbalik merupakan pembelajaran yang
melibatkan siswa tidak hanya dalam proses pembelajaran tetapi juga terlibat dalam mengevaluasi proses pembelajaran tersebut”.
61
Tujuan dari model pembelajaran terbalik ini adalah
mengajarkan kepada siswa kemandirian belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Pujiastuti, “model pembelajaran
terbalik adalah suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan mandiri dan
menjelaskan temannya kepada pihak lain dalam suasana
pembelajaran tutor sebaya peer teaching.
62
Di mana siswa yang mampu memahami pembelajaran dengan baik, membantu dan
membimbing siswa yang kurang mampu dalam memahami pembelajaran.
Model pembelajaran terbalik juga merupakan pembelajaran konstruktivis, dimana siswa mengkonstruk pemahamannya sendiri
dari interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
63
Menurut Palinscar dan Brown dalam penerapan model pembelajaran terbalik
guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi dan
memprediksi keterampilan itu digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar bagi siswa, kemudian guru juga membantu
siswa untuk mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu
sistem scaffolding.
64
61
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Prenada Media, 2004.
62
H. Sujati, Mengenal Receprocal Teaching sebagai Salah Satu Model Pembelajaran, vol.
VI, 2011.
http:eprints.uny.ac.id35611Majalah_Ilmiah_Kependidikan_28PELANGI_PENDIDIKAN 29_Mengenal_Reciprocal_Teaching_sebagai_Salah_Satu_Model_Pembelajaran.pdf
.
63
Jeanine Tony, Model of Teaching, USA: SAGE Publication, 2007, p. 204.
64
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, cet. 1, h. 96.
Scaffolding merupakan pemberian bantuan berupa petunjuk,
peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah- langkah pemecahan, memberikan contoh ataupun hal lain yang
memungkinkan siswa tumbuh mandiri, semua itu dilakukan guru kepada siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran kemudian
setelah siswa mampu bekerja mandiri, guru mengurangi bantuan tersebut dan mengalihkan tanggung jawabnya.
65
Menurut Palinscar dan Brown model pembelajaran terbalik mengandung empat strategi dan bertujuan sebagai berikut:
66
1. Merangkum Summarizing Dalam strategi ini terdapat kesempatan bagi siswa untuk
mengidentifikasikan dan mengintegrasikan informasi-informasi penting yang terkandung dalam materi yang sedang dibahas.
2. Membuat Pertanyaan Generating Question Strategi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada
siswa dalam mengidentifikasi suatu permasalahan yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan terkait pada materi yang
sedang dibahas. Pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengungkap penguasaan konsep terhadap materi yang sedang
dibahas. 3. Mengklarifikasi atau Menjelaskan Clarifying
Strategi ini merupakan kegiatan penting saat pembelajaran, terutama bagi siswa yang mempunyai kesulitan dalam
memahami suatu materi. Siswa dapat bertanya kepada guru tentang konsep yang dirasa masih sulit atau belum bias
dipecahkan bersama kelompoknya. Selain itu, guru juga dapat mengklarifikasi konsep dengan memberikan pertanyaan kepada
siswa. Setelah siswa mampu mengklarifikasi materi, maka
65
Trianto, op. cit., h. 76.
66
Jeanin Tony, op. cit., p. 192-193.
siswa diharapkan mampu menggantikan peran guru untuk menjelaskan ke siswa lain.
4. Memprediksi Predicting Strategi ini merupakan strategi dimana siswa melakukan
hipotesis atau perkiraan mengenai konsep apa yang akan didiskusikan selanjutnya oleh penyaji.
Jadi model
pembelajaran terbalik
adalah model
pembelajaran yang dipimpin tutor sebaya dan berdasarkan pada pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan 4 empat
strategi, yaitu:
Tabel 2.1 Indikator Model Pembelajaran Terbalik dalam Penelitian
Aspek Kognitif Indikator Ketercapaian Aspek
Merangkum
Siswa mampu merumuskan poin-poin penting dari bahan diskusi atau materi
yang sedang dipelajari.
Membuat pertanyaan
Siswa dapat membuat pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan dari
materi yang sedang dipelajari dan menyertakan jawabannya.
Mengklarifikasi
- Siswa dapat berperan selayaknya
guru berperan menjelaskan materi dari hasil rangkuman yang telah
didiskusikan bersama
dan melakukan Tanya-jawab.
- Siswa
dapat mengklarifikasi
permasalahan yang diajukan dari guru dalam bentuk soal yang
diberkaitkan dengan materi yang sedang dipelajari.