Analisis Teks Adegan 1 “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft”

hamparan empang yang terletak di seberang terminal. Sejurus di kejauhan, di atas belukar hutan bakau, langit tampak merah membara oleh cahaya api. Semburan api raksasa itu keluar dari beberapa tower yang ada di ladang penyulingan gas alam cair milik PT Arun LNG. ” Elemen maksud yang terkandung pada adegan 1 terdapat pada adegan 5, “Di Lhokseumawe ada ketidakadilan. Di sana juga mulai timbul perlawanan bersenjata oleh Gerakan Aceh Merdeka, biasa disebut GAM, untuk memerdekakan Aceh dari ketidakadilan itu.” Dalam kalimat tersebut, terdapat kata “untuk” yang digunakan sebagai penjelas yang jelas eksplisit dari keinginan GAM dalam rangka memerdekakan Aceh dari ketidakadilan. Praanggapan sebagai pendukung dari pernyataan yang ada di adegan 1 terdapat pada paragraf 3, “Lhokseumawe memang pusat industri Aceh,” kalimat selanjutnya Chik Rini mampu memaparkan dengan detil bahwa di sana terdapat kekayaan gas alam terbesar di Indonesia dan perusahaan-perusahaan. Nominalisasi yang ditunjukkan pada kalimat ini adalah, “Setidaknya 1.321 mati terbunuh, 1.958 hilang dan 3.430 mengalami penganiayaan. ” paragraf 5. Serta pada, “Di tempat itu secara brutal, para tahanan dianiaya 50-an tentara Indonesia.. Empat tahanan tewas dan 22 luka-luka. ” paragraf 16. Struktur Mikro Sintaksis; Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata Ganti Dari segi sintaksis yaitu pengemasan suatu teks dengan menentukan bentuk kalimat, koherensi, kata ganti yang digunakan dalam kalimat. Bentuk kalimat yang terlihat adalah bentuk kalimat aktif, “Mereka lebih suka mencuatkan ide referendum untuk menentukan nasib Aceh, ” paragraf 13. Dalam hal ini digunakan agar seseorang menjadi subjek dari tanggapannya. Kata „mereka‟ organisasi massa di Aceh menjadi subjek, dengan kata kerja „mencuatkan‟ yang berarti „mengeluarkan.‟ Koherensi atau hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan pada adegan ini adalah proposisi “untuk memerdekaan Aceh dari ketidakadilan” dan „dominasi militer Indonesia‟ adalah dua prinsip yang berlainan dan dihubungkan dengan kata „tapi‟. Kalimatnya adalah, “Di sana juga mulai timbul perlawanan bersenjata oleh Gerakan Aceh Merdeka, biasa disebut GAM, untuk memerdekakan Aceh dari ketidakadilan itu. Tapi dominasi militer Indonesia sangat kuat, ” paragraf 5. Koherensi „atau‟, “Referendum untuk memilih merdeka atau tetap dalam negara Indonesia, ” paragraf 13. Koherensi pembeda juga terlihat pada kalimat, “Imam mengatakan di antara sisi kekerasan Aceh, seharusnya ada sisi damai dalam masyarakatnya, ” paragraf 16. Sepanjang adegan 1, kata ganti orang ketiga jamak yaitu „mereka‟. Contoh, “Mereka lebih suka mencuatkan ide referendum untuk menentukan nasib Aceh, ” atau “Mereka mengungkapkannya lewat beberapa demonstrasi atau huru-hara. ” Struktur Mikro Stilistik; Leksikon Unsur leksikon atau pemilihan kata yang digunakan penulis adalah pemilihan kata „orang Aceh‟, “Orang Aceh banyak yang miskin, hidup di pinggiran pabrik-pabrik. ” Kata yang kedua, „militer Indonesia‟ yaitu “Tapi dominasi militer Indonesia sangat kuat. ” Kata ‘ kelompok separatis‟ yaitu “GAM, kelompok separatis yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa Aceh sejak 4 Desember 1978, juga makin meningkatkan perang gerilya, dari kota maupun di daerah pedesaan. ” Struktur Mikro Retoris; Grafis dan Metafora Pemakaian grafis pada adeg an 1 terdapat banyak kata kata „referendum‟ tapi hanya ada satu kata „referendum‟ yang diberikan tanda petik di atas yaitu, “Imam membaca beberapa grafiti bertuliskan kata “referendum” di badan jalan. Grafiti-grafiti ini bertebaran tak hanya di jalan, tapi juga di tembok pasar dan papan reklame. ” paragraf 18 Sedangkan metafora atau kiasan terdapat pada kalimat, “…langit tampak merah membara oleh cahaya api .” “Semburan api raksasa itu keluar dari beberapa tower yang ada di ladang penyulingan gas alam cair milik PT Arun LNG. ” paragraf 2 Tabel 6. Kerangka Analisis Data Teks Adegan 1 Struktur Wacana Elemen Temuan Struktur Makro Topik Tema Kronologis awal mula kedatangan tiga wartawan RCTI ke Lhokseumawe Super struktur skematik Skema Alur  Pembuka: Situasi Lhokseumawe pada pada dini hari, 3 Mei 1999  Isi: Kedatangan tiga wartawan RCTI ke Lhokseumawe dengan tujuan meliput sisi kedamaian dari Aceh  Penutup adegan ini adalah ketiga wartawan RCTI beristirahat untuk memulihkan fisik ketika akan reportase esok pagi Struktur mikro semantik Latar Latar situasi akan kota Lhokseumawe serta sejarah kota tersebut yang membawa kepada alasan perlawanan senjata oleh Gerakan Aceh Merdeka GAM kepada militer Indonesia yang ada di Aceh Detil Pada paragraf kedua adegan 1, Chik Rini mampu mendeskripsikan keadaan kota Lhokseumawe pada dini hari Senin, 3 Mei 1999 Maksud Elemen maksud pada adegan 1 yaitu paragraf 5 mengenai keinginan GAM untuk memerdekakan orang Aceh dari ketidakadilan yang mereka rasakan. Praanggapan “Lhokseumawe memang pusat industri Aceh” paragraf 3 selanjutnya, Chik Rini memaparkan kekayaan gas alam di Aceh yang tersebar di Indonesia serta perusahaan-perusahaan yang ada di sana untuk memperkuat premis yang ia sebutkan di awal pragraf Nominalisasi Banyak nominalisasi pada adegan 1 salah satunya, “Setidaknya 1.321 mati terbunuh, 1.958 hilang dan 3.430 mengalami penganiayaan. ” paragraf 5 Struktur mikro sintaksis Bentuk Kalimat Salah satu bentuk kalimat aktif pada adegan 1 adalah, “Mereka lebih suka mencuatkan ide referendum untuk menentukan nasib Aceh ,” paragraf 13 Koherensi  Koherensi konjungsi kata „tapi‟ “…untuk memerdekakan Aceh dari ketidakadilan itu. Tapi dominasi militer Indonesia sangat kuat .”  Koherensi pembeda: “Imam mengatakan di antara sisi kekerasan Aceh, seharusnya ada sisi damai dalam masyarakatnya . ” Kata Ganti Kata ganti yang digunakan pada adegan 1 adalah ata “mereka,” seakan-akan kata “mereka” itu memisahkan antara penulis dengan narasumber serta pembaca Struktur mikro stilistik Leksikon orang Aceh paragraf 4, militer Indonesia, penganiayaan paragraf 5, kelompok separatis, kekerasan paragraf 14, kekejaman, mati, perlawanan bersenjata, kekejaman paragraf 15 Struktur mikro Retoris Grafis “Imam membaca beberapa grafiti bertuliskan kata “referendum” di badan jalan.”paragraf 18 Dari keseluruhan kara referendum yang ada di adegan 1 hanya ada satu kalimat yang kata refendumnya menggunakan tanda petik di atasnya Metafora “semburan api raksasa”, “langit tampak merah membara oleh cahaya api, ”paragraf 2

2. Analisis Teks Adegan 2 “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” Super Struktur Skematik

Skematik atau alur dari adegan 2 pada dini hari juga, Senin 3 Mei 1999 di Kreung Geukeuh, Kecamatan Dewantara ada 300-an orang Aceh berkumpul di sebuah gardu jaga. Mereka berencana akan melakukan demonstrasi besar- besaran. Di tengah adegan diceritakan ada banyak isu yang berkembang di masyarakat. Salah satu isu, hilangnya anggota Arhanud Rudal di wilayah Cot Murong, sekaligus sebagai penutup adegan. Struktur Mikro Semantik; Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi Latar di adegan ini adalah “…ada sekitar 300-an orang Aceh berkumpul dekat sebuah gardu jaga,” paragraf 1. Peristiwa inilah yang mengawali mulainya adegan dan membawa pembaca kepada konstruksi atau pembentukan rapat besar-besaran yang dilakukan oleh orang Aceh. Elemen detil dapat dilihat pada paragraf 2 yang menunjukkan posisi keberadaan bale-bale. “Bale-bale itu berdiri hanya 10 meter dari gerbang pabrik pupuk PT Asean Aceh Fertilizer. Di samping pabrik ada jalan masuk ke perkampungan Bangka Jaya. Keduanya dipisahkan oleh tembok setinggi satu meter. ” Maksud yaitu; “Rencananya, mereka akan melakukan demonstrasi ke markas Komando Rayon Militer Koramil Krueng Geukeuh dekat pasar Krueng Geukeuh. Mereka perlu truk untuk mengangkut orang dari kampung- kampung sekitar. ” Dari kalimat di atas jelas sekali maksud yang akan disampaikan kepada pembaca. Praanggapan terdapat pada kalimat, “Mereka memang sedang resah,” paragraf 6 dilanjutkan dengan argumen pendukung kalimat lainnya yang menunjukkan kuat alasan keresahan dari warga. “Tentara mau menyerang kampung,” kata seorang pria paragraf 7. Dikuatkan juga pada kalimat, Meunasah di Simpang Kraft sudah dibakar. Teungku Imeum Cik ulama kita