Struktur Makro Tematik Analisis Teks “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft”

dirangkai, seperti pendahuluan, isi, dan penutup. Van Dijk memasukkan skema atau alur yang sistematis d alam sebuah wacana, sama halnya seperti “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft.” Dalam berita, terdapat dua skema besar yaitu summary ringkasan dan story isi berita atau tulisan secara keseluruhan. Dalam summary terdapat dua hal yaitu judul dan lead. Judul berita ini adalah “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft,” dengan sub- judul Bagaimana wartawan-wartawan Indonesia meliput dan jadi saksi pembunuhan orang Aceh? Dalam naskah berita ini terdiri dari 11 adegan dan setiap adegannya memiliki lead atau teras masing-masing dari satu teks berita yang sama serta dikonstruksi oleh penulisnya. Karena berita ini menggunakan genre jurnalisme sastrawi, yang diharuskan menggunakan konstruksi adegan per adegan, maka berita ini terdiri dari 11 adegan termasuk epilog sebagai penutup. Unsur skematik yang kedua yaitu story. Pada awal naskah ini dimulai dari unsur situasi atau proses berjalannya peristiwa sebagai episode utama dari peristiwa bukan dari unsur komentar narasumber. Secara keseluruhan utuh, naskah berita ini diawali dengan situasi kedatangan tiga wartawan RCTI ke Lhokseumawe pada dini hari, 3 Mei 1999 atau disebut sebagai pra-peristiwa. Sedangkan isi berita ini terletak pada hari di mana peristiwa Simpang Kraft tersebut berlangsung. Serta epilog atau penutupnya adegan 11 dari “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” yang merupakan pasca peristiwa Simpang Kraft. Pada epilog ini, penulis mengkonstruksi cerita pasca tiga peristiwa Simpang Kraft. Setelah elemen tematik dan skematik ditemukan oleh peneliti secara keseluruhan d alam “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” selanjutnya, peneliti akan membagi hasil penelitian ini kepada penelitian per adegan dari adegan 1 sampai adegan 11. Penelitian ini dimulai dari super struktur skematik atau alur dan struktur mikro semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris, yaitu:

a. Analisis Teks Adegan 1 “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft”

Super Struktur Skematik Skematik atau alur pada adegan 1 dimulai dari situasi Lhoseumawe pada Senin dini hari, 3 Mei 1999 dan menceritakan sejarah dari Lhokseumawe yang terdapat kekayaan gas alam. Isinya, tentang kedatangan tiga wartawan RCTI pada waktu itu juga guna meliput sisi lain kedamaian di Aceh. Media selama ini selalu memberitakan sisi kekerasan dan konflik yang ada di Aceh. Penutup pada adegan ini diakhiri dengan tiga wartawan RCTI beristirahat. Struktur Mikro Semantik; Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi Latar pada adegan 1, dimulai dari sejarah kota Lhokseumawe sebagai pusat industri Aceh tapi orang Aceh merasakan ketidakadilan karena hanya segelintir orang besar yang ada di Aceh dan Jakarta yang merasakan kenikmatan gas alam, orang Aceh tidak. Hal ini, salah satu hal yang akan memicu terjadinya peristiwa Simpang Kraft. Pada adegan 1, terdapat salah satu contoh detil dari deskripsi keadaan Lhokseumawe dini hari tersebut, yang dituliskan oleh Chik Rini, yaitu paragraf kedua adegan 1, “Angin malam sekilas membawa bau amis yang berasal dari hamparan empang yang terletak di seberang terminal. Sejurus di kejauhan, di atas belukar hutan bakau, langit tampak merah membara oleh cahaya api. Semburan api raksasa itu keluar dari beberapa tower yang ada di ladang penyulingan gas alam cair milik PT Arun LNG. ” Elemen maksud yang terkandung pada adegan 1 terdapat pada adegan 5, “Di Lhokseumawe ada ketidakadilan. Di sana juga mulai timbul perlawanan bersenjata oleh Gerakan Aceh Merdeka, biasa disebut GAM, untuk memerdekakan Aceh dari ketidakadilan itu.” Dalam kalimat tersebut, terdapat kata “untuk” yang digunakan sebagai penjelas yang jelas eksplisit dari keinginan GAM dalam rangka memerdekakan Aceh dari ketidakadilan. Praanggapan sebagai pendukung dari pernyataan yang ada di adegan 1 terdapat pada paragraf 3, “Lhokseumawe memang pusat industri Aceh,” kalimat selanjutnya Chik Rini mampu memaparkan dengan detil bahwa di sana terdapat kekayaan gas alam terbesar di Indonesia dan perusahaan-perusahaan. Nominalisasi yang ditunjukkan pada kalimat ini adalah, “Setidaknya 1.321 mati terbunuh, 1.958 hilang dan 3.430 mengalami penganiayaan. ” paragraf 5. Serta pada, “Di tempat itu secara brutal, para tahanan dianiaya 50-an tentara Indonesia.. Empat tahanan tewas dan 22 luka-luka. ” paragraf 16. Struktur Mikro Sintaksis; Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata Ganti Dari segi sintaksis yaitu pengemasan suatu teks dengan menentukan bentuk kalimat, koherensi, kata ganti yang digunakan dalam kalimat. Bentuk kalimat yang terlihat adalah bentuk kalimat aktif, “Mereka lebih suka mencuatkan ide referendum untuk menentukan nasib Aceh, ” paragraf 13.