Analisis Teks Adegan 8 “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” Super Struktur Skematik

berlangsung. Setting adegan di Simpang Kraft pada pukul 12.00 siang. Adegan dimulai dengan situasi massa makin tak terkendali dan memanas. Empat wartawan RCTI tetap merekam gambar, bahkan sempat mewawancarai koordinator lapangan korlap demonstrasi, Faisal. Tapi, tiba-tiba truk datang dari arah Arhanud Rudal, tentara langsung membentuk dua lapis barisan dan seperti kesetanan tentara menembaki massa. Tengah adegan ini, menceritakan detil bagaimana tampak emosi para tentara dan seperti tak mengenal kemanusiaan, mereka menembak dengan brutal. Azhari dan keempat wartawan RCTI menjadi saksi atas pembunuhan tersebut. Azhari berlari ke arah yang lebih aman. Sedangkan, wartawan RCTI menshot kejadian, meski mereka kehilangan moment awal selama 10 menit pertama. Adegan ditutup dengan evakuasi korban yang dilarikan ke rumah sakit sekitar. Super Struktur Semantik; Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi Latar adegan ini adalah latar peristiwa, di mana peristiwa ini menjadi latar utama dalam adegan 8. Detil adegan 8 terlihat pada kalimat, “Mereka berteriak-teriak sambil mengacungkan apa saja yang mereka bawa. Cangkul, tombak, kayu, dan parang menyembul di antara ribuan kepala manusia. ” paragraf 3. Detil lainnya ”…sepeda kecil, sandal, kayu, batu, parang, berserakan di jalanan, ditinggal oleh pemiliknya yang tadi panik berlarian .” paragraf 92 Maksud terdapat pada kalimat, “Nalurinya sebagai wartawan sama sekali tak jalan ” paragraf 39. Maksudnya menerangkan situasi ketika peristiwa terjadi tapi naluri Azhari sebagai wartawan tidak berjalan. Ia sama sekali tidak mewawancarai atau memotret. “Imam merasa ajaib bahwa tentara-tentara itu tak merampas kaset rekaman mereka, ” paragraf 106 Ketika tentara mengancam keempat wartawan RCTI tapi mereka tidak mengambil kaset rekaman tersebut. Salah satu Praanggapan adegan 8 yaitu “Selain itu, Azhari merasa lebih baik tak begitu masuk ke dalam arena. Di sana banyak tentara ,” paragraf 13 Alasannya Azhari tidak hanya masalah tentara tapi ia merasa lebih aman mengamati di kejauhan supaya identitas wartawannya tidak ketahuan. Sedangkan untuk nominalisasi yang ada adalah “…di bawah sebuah pohon asam dekat sawah, 500 meter dari simpang, ada 20 tentara lain yang berjaga. Mereka dari Arhanud Rudal. Antara kelompok tentara ini dan massa hanya berjarak 20-an meter ,” paragraf 1. “Lima orang wanita, ibu-ibu, dan anak gadis yang duduk di bale-bale, tertawa ceria …” paragraf 10 Struktur Mikro Sintaksis; Bentuk kalimat, Koherensi, Kata Ganti Baik Bentuk kalimat aktif maupun pasif yang ada pada adegan 8 ini memang banyak tapi bisa diambil satu kalimat pasif sebagai contoh yang merupakan perkataan Imam dalam rekaman reportasenya, “Pemirsa, jatuhnya korban di Simpang Kraft ini barang kali bisa dihindari seandainya perdamaian di bumi Aceh bisa dilakukan lebih dini .” Koherensi Pembeda , “Antara kelompok tentara ini dan massa hanya berjarak 20-an meter. ” Kalimat ini menunjukkan perbedaan jarak antara keduanya. Jika kalimat di atas dari paragraf pertama, maka kalimat ini dari paragraf terakhir adegan 8. “Pemirsa, jatuhnya korban di Simpang Kraft ini barang kali bisa dihindari seandainya perdamaian di bumi Aceh bisa dilakukan lebih dini . Saya Imam Wahyudi, Fipin Kurniawan dan Umar HN melaporkan dari Lhokseumawe .” Koherensi pembeda kedua, ditandai dengan penegasan kata „seandainya‟ yang menunjukkan perbedaan antara dua situasi yang berbeda, konflik dan perdamaian. Koherensi konjungsi „tapi‟ terdapat pada, “Tadinya massa bersikap biasa saja. Tapi suasana berubah menjadi sangat riuh ketika tahu ada kamera televisi merekam aksi mereka. ” paragraf 3 Kata Ganti yang digunakan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak yaitu „mereka‟ serta kata ganti orang pertama jamak „kami‟. Penggunaan kata ganti „kami‟ terletak pada dialog narasumber, “Kami dituduh awak AM Aceh Merdeka. Kami dituduh menculik orang Rudal, sedangkan kami tidak tahu menahu masalah itu, teriaknya dengan emosi dari megafone. ” paragraf 34 Struktur Mikro Stilistik; Leksikon Leksikal yang dipilih pada adegan 8 di antaranya referendum paragraf 6, berekerudung paragraf 10, menyorot paragraf 11, serombongan orang, kerumunan paragraf 12, terkepung, menyemut paragraf 14, dicopot, menanggalkan paragraf 16, senyap paragraf 25, rakyat bangsa Aceh, tentara Jawa, menganiaya paragraf 26, provokator, dituding paragraf 27, gerah paragraf 32, terjepit paragraf 40, rebah paragraf 64, dielu-elukan paragraf 67, berjilbab paragraf 68, tak bernyawa paragraf 75, memotret, menjepret paragraf 79, tewas paragraf 92, mengerang paragraf 101, labi-labi paragraf 105, meninggal paragraf 108, sok jagoan paragraf 112. Struktur Mikro Retoris; Grafis, Metafora Sebutan kata kasar “pa‟i” kembali hadir pada adegan kedelapan ini, sebelumnya ada pada adegan 6. Pa’i menjadi salah satu elemen Grafis yang menonjol, karena berulang kali disebutkan dalam adegan ini. Grafis lainnya yaitu massa berkali-kali meneriakkan kata-kata Islam, seperti seruan Allah Akbar, Amin ya Allah, dan Inalillahi. Kata-kata ini baru ada dalam adegan 8, pada adegan-adegan sebelumnya tidak dimasukkan sama sekali oleh Chik Rini. “Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar, seruan itu bersahut-sahutan dari ujung ke ujun ,” paragraf 4. Elemen grafis ketiga adalah bunyi tembakan dari tentara. Bunyi ini dimasukkan oleh Chik Rini pada adegan ke-8, sebagai visualisasi atas peristiwa pembunuhan tersebut. “Tiba-tiba ... trat .... trat .... trat .... suara senjata meletus dengan keras. Trat, trat, trat .... dengan cepat suara senjata susulan terdengar bersahut- sahutan ,” paragraf 46. Metafora di antaranya ketegangan serius paragraf 1, melompat kegirangan paragraf 3, gambar lautan massa, bunyinya bagai suara dengungan puluhan ribu lebah paragraf 7, matahari tepat di atas kepala, panasnya bagai membakar, memanaskan suasana, peluh mengucur deras paragraf 8, seakan tenggelam paragraf 12, berpikiran kalut, di luar kendali paragraf 21, memancing emosi paragraf 30, matahari memancarkan sinar yang cukup panas paragraf 33, massa makin tak terkendali paragraf 40, suasana memanas paragraf 42, suara itu bagaikan geledek yang menyambar, melepaskan peluru-peluru tajam paragraf 46, seperti kesetanan paragraf 48, jatuh terjengkang, secepat kilat paragraf 39, tembakan bertubi-tubi paragraf 64, Imam terkejut bagai disambar petir paragraf 73, malaikat pencabut nyawa paragraf 77, tentara itu bagai mengejar dirinya paragraf 88, melindungi kameranya seperti melindungi bayinya paragraf 94, mengaung-ngaung serasa menyayat hati paragraf 110, melumuri dadanya dengan darah korban paragraf 112. Tabel 13. Kerangka Analisis Data Teks Adegan 8 Struktur Wacana Elemen Temuan Struktur Makro Topik Tema Kronologis peristiwa Simpang Kraft pada pukul 12 siang hingga datangnya bala bantuan Super struktur skematik Skema Alur  Adegan dimulai pada pukul 12.00 siang, wartawan RCTI menshot setiap adegan dari massa  Di bagian tengah adegan, tentara menembaki massa seperti kesetanan dan tak mengenal kemanusiaan. Wartawan RCTI kehilangan moment pertamanya selama 10 menit pertama. Massa berhamburan menyelamatkan diri.  Adegan ditutup dengan datangnya bantuan dan evakuasi korban pada pukul 13.05 Struktur mikro semantik Latar Latar adegan 8 adalah latar peristiwa di mana pada adegan ini adalah inti cerita dari keseluruhan adegan yang ada Detil “….Cangkul, tombak, kayu, dan parang menyembul di antara ribuan kepala manusia. ” paragraf 3 Maksud “Nalurinya sebagai wartawan sama sekali tak jalan ” paragraf 39 Maksud kalimat ini, Azhari hanyalah menjadi penonton dari keramaian massa dan tidak melakukan profesinya sebagai jurnalis Praanggapan “Selain itu, Azhari merasa lebih baik tak begitu masuk ke dalam arena. Di sana banyak tentara ,” paragraf 13 Anggapan kalimat seperti ini adalah demi keamanan dirinya menjadi wartawan Nominalisasi “… 500 meter dari simpang, ada 20 tentara lain yang berjaga. Mereka dari Arhanud Rudal. Antara kelompok tentara ini dan massa hanya berjarak 20- an meter ” paragraf 1 Struktur mikro sintaksis Bentuk Kalimat Bentuk kalimat pasif: Pemirsa, jatuhnya korban di Simpang Kraft ini barang kali bisa dihindari seandainya perdamaian di bumi Aceh bisa dilakukan lebih dini .” paragraf 113 Koherensi  Koherensi pembeda: “ Antara kelompok tentara ini dan massa hanya berjarak 20-an meter ” paragraf 1  Koherensi konjungsi „tapi‟: “Tadinya massa bersikap biasa saja. Tapi suasana berubah menjadi sangat riuh ketika tahu ada kamera televisi merekam aksi mereka. ” paragraf 3 Kata Ganti Kata ganti orang ketiga tunggal „mereka‟ dan kata ganti orang pertama jamak „kami‟ yaitu “Kami dituduh awak AM Aceh Merdeka. Kami dituduh menculik orang Rudal, sedangkan kami tidak tahu menahu masalah itu, ” teriaknya dengan emosi dari megafone. ” paragraf 34 Struktur mikro stilistik Leksikon referendum paragraf 6, berekerudung paragraf 10, menyorot paragraf 11, serombongan orang, kerumunan paragraf 12, terkepung, menyemut paragraf 14, dicopot, menanggalkan paragraf 16, senyap paragraf 25, rakyat bangsa Aceh, tentara Jawa, menganiaya paragraf 26, provokator, dituding paragraf 27, gerah paragraf 32, terjepit paragraf 40, rebah paragraf 64, dielu-elukan paragraf 67, berjilbab paragraf 68, tak bernyawa paragraf 75, memotret, menjepret paragraf 79, tewas paragraf 92, mengerang paragraf 101, labi- labi paragraf 105, meninggal paragraf 108, sok jagoan paragraf 112. Struktur mikro Retoris Grafis Sebutan kasar kata pa‟I, seruan kata-kata Islam seperti Allah Akbar, Amin ya Allah, dan Innalillahi. Grafis ketiga, bunyi visualisasi dari suara tembakan pada paragraf 46 Metafora ketegangan serius paragraf 1, melompat kegirangan paragraf 3, gambar lautan massa, bunyinya bagai suara dengungan puluhan ribu lebah paragraf 7, matahari tepat di atas kepala, panasnya bagai membakar, memanaskan suasana, peluh mengucur deras paragraf 8, seakan tenggelam paragraf 12, berpikiran kalut, di luar kendali paragraf 21, memancing emosi paragraf 30, matahari memancarkan sinar yang cukup panas paragraf 33, massa makin tak terkendali paragraf 40, suasana memanas paragraf 42, suara itu bagaikan geledek yang menyambar, melepaskan peluru-peluru tajam paragraf 46, seperti kesetanan paragraf 48, jatuh terjengkang, secepat kilat paragraf 39, tembakan bertubi-tubi paragraf 64, Imam terkejut bagai disambar petir paragraf 73, malaikat pencabut nyawa paragraf 77, tentara itu bagai mengejar dirinya paragraf 88, melindungi kameranya seperti melindungi bayinya paragraf 94, mengaung-ngaung serasa menyayat hati paragraf 110, melumuri dadanya dengan darah korban paragraf 112.

9. Analisis Teks Adegan 9 “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft”

Super Struktur Skematik Adegan ini didahului dengan suasana korban Simpang Kraft yang dilarikan ke rumah sakit di sekitar Kreung Geukeuh, Batuphat, dan Lhokseumawe. Keempat wartawan itu berada di rumah sakit PT. Arun LNG, untuk melanjutkan reportase mereka. Azhari menaikkan berita pertamanya pada jam 3 siang. RCTI memunculkan berita pertamanya sebagai headline pukul 18.30. Pukul 21.00, RCTI dan semua televisi swasta merelai siaran Dunia Dalam Berita milik TVRI. Adegan diakhiri dengan pengiriman tiga kaset rekaman hasil reportase wartawan RCTI ke RCTI, Associated Press, dan Reuters pada pukul 21.00. Super Struktur Semantik; Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi Latar adegan 9 ini adalah latar peristiwa, di mana dari paragraf pertama hingga paragraf keempat menceritakan hal tersebut. Detil peristiwa terdapat pada kalimat, “Perempuan, anak-anak, laki-laki tua, anak muda tewas dengan kondisi mengenaskan ,” paragraf 3. Detil ini menrincikan kondisi korban di rumah sakit. Ada dua elemen maksud yang ada pada adegan 9 ini di antaranya, “Sampai di situ para petinggi militer di Lhokseumawe belum mengetahui bahwa ada wartawan RCTI jadi saksi mata peristiwa itu ,” paragraf 16. Maksud kedua, “Mereka menganggap RCTI mengeluarkan berita bohong,” paragraf 18. Kalimat pertama menerangkan ketika semua stasiun televisi swasta merelai siaran dari TVRI, mereka belum mengetahui kalau ada wartawan yang menjadi saksi pembunuhan dari peristiwa tersebut. Sedangkan kalimat kedua menjelaskan anggapan dari masyarakat bahwa RCTI menyiarkan fakta bohong karena merelai siaran dari TVRI tersebut. Praanggapan adegan 9 terletak di dialog Imam Wahyudi kepada redaksi RCTI di Jakarta, “Imam menelepon RCTI Jakarta. Beritanya Cuma satu. “Ada kejadian mirip Santa Cruz di Aceh dan kalian harus segera follow-up …” paragraf 6. Peristiwa Simpang Kraft ini sama dengan Santa Cruz yang terjadi pada 12 November 1991, begitulah anggapan dari Imam. Nominalisasi, “Azhari menyebutkan, belasan orang meninggal dan puluhan lain luka-luka,” paragraf 12, “Paling tidak, sudah 24 orang diketahuinya tewas dan puluhan lainnya luka berat dalam peristiwa penembakan tadi siang ,” paragraf 13. Struktur Mikro Sintaksis; Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata Ganti Bentuk kalimat pasif yang terdapat pada paragraf pertama, “Korban- korban penembakan di Simpang Kraft, dievakuasi ke beberapa rumah sakit dan klinik sekitar Krueng Geukeuh, Batuphat, dan Lhokseumawe. ” Koherensi pembeda yang membedakan dua hal yang berbeda namun satu peristiwa yang sama, secara kontras terdapat pada paragraf 11, “Imam terus bergerak mencari