Kriteria eksklusi untuk kasus Kriteria inklusi untuk kontrol Kriteria eksklusi untuk kontrol

E. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Semua variabel independen tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status merokok, usia mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, jenis rokok diketahui dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam peneitian ini adalah data pendukung seperti data jumlah penderita TB paru BTA positif, hasil pemeriksaan laboratorium pasien nama dan alamat tempat tinggal, umur pertama kali terdiagnosis TB, jenis kelamin dan IMT yang didapatkan dari formulir daftar tersangka penderita suspek yang diperiksa dahak SPS TB.06 dan kartu pengobatan pasien TB TB.01 Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2012 sampai 2015.

F. Pengolahan Data

Kuesioner atau lembar hasil wawancara yang telah diisi dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapannya, dimasukkan dan diolah dengan sistem komputerisasi menggunakan SPSS versi 16 dan Microsoft Excel 2010 dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data Editing

Memeriksa kelengkapan data baik yang telah dikumpulkan melalui daftar pertanyaan pada kuisioner maupun data yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi pada kelompok kasus dan kontrol saat penelitian berlangsung.

2. Pemberian Kode Coding

Pengkodean data yaitu memeriksa kuesioner dengan mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing pertanyaan sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Tabel 4 Pengkodean Data No Variabel Kode 1. Identitas responden IR 2. Riwayat TB A

3. IMT

B

4. Merokok

C Pengkodean data dilakukan untuk memudahkan kegiatan pengolahan data selanjutnya.

3. Pemasukan Data Data Entry

Pemasukan data yaitu memasukan data dengan bantuan komputer dengan aplikasi tertentu untuk kemudian dianalisis.

4. Pembersihan Data Data Cleaning

Pembersihan data yaitu membersihkan data dari kesalahan memasukkan data. Data-data yang tidak lengkap karena salah memasukkan data akan dilengkapi. Data-data yang aneh, janggal atau ekstrim akan dikeluarkan karena dikhawatirkan akan memberikan hasil yang tidak valid. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya. Setelah dicek kembali untuk memastikan data tersebut telah bersih dari kesalahan, maka data tersebut siap untuk ditelaah lebih lanjut.

G. Analisis Data

Setelah dilakukan editing, coding, entry dan cleaning, data yang diperoleh masing-masing dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16 dan Microsoft Excel 2010. Adapun analisa data yang dilakukan antara lain:

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat proporsi semua variabel yaitu status merokok, usia mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, jenis rokok, IMT, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan pada masing-masing kelompok kasus maupun kontrol. Hasil analisis univariat berupa distribusi frekuensi dari setiap variabel. Selanjutnya, hasil analisis univariat ditampilkan dalam bentuk Tabel.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat nilai Odds Rasio OR pada masing-masing variabel dengan kejadian TB paru. Uji OR merupakan salah satu uji yang digunakan untuk melihat besar risiko variabel independen. Variabel tersebut diantaranya adalah status merokok, usia mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, jenis rokok, IMT, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan. Selain itu analisis bivarat bertujuan untuk melihat hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit TB paru. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel. Nilai OR merupakan perbandingan antara risiko yang dialami oleh mereka yang terpapar dengan mereka yang tidak terpapar. Nilai OR dimulai dari nol 0 sampai tak terhingga. Nilai OR sama dengan satu

Dokumen yang terkait

PENGARUH MEROKOK TERHADAP KEJADIAN KONVERSI SPUTUM PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANJANG

1 30 76

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 2 14

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 1 15

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN 2011 - UDiNus Repository

0 0 2

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13