6. Jenis lantai
Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian TB paru, namun pada penelitian ini tidak diteliti, karena masyarakat di di wilayah
kerja Puskesmas Setu, Kota Tangerang Selatan tidak ada lagi yang menggunakan lantai tanah.
7. Kepadatan penghuni rumah
Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan
kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m² per orang. Dalam penelitian ini variabel kepadatan penghunian rumah
tidak diteliti, karena keadaan rumah saat responden terdiagnosis TB paru dengan saat berbeda.
B. Definisi Operasional
Tabel 2 Definisi Operasional
No Variabel
Definisi Operasional Cara Ukur dan
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
1. Kasus
Penyakit TB Paru
Penderita yang dinyatakan TB paru
BTA Positif oleh Puskesmas dan tercatat
di formulir daftar tersangka penderita
suspek yang diperiksa dahak SPS TB.06
Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan
tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015
Telaah dokumen Formulir daftar
tersangka penderita suspek yang
diperiksa dahak SPS TB.06 dan kartu
pengobatan pasien TB TB.01
1. Bukan
penderita TB 2.
Penderita TB
paru
BTA Positif
Ordinal
2. Status
merokok Pernah atau tidaknya
responden menghisap rokok sebelum dan
sampai terdiagnosis TB paru BTA positif.
Wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner
1.
Tidak merokok
2. Pernah
merokok
3.
Merokok
Ordinal
3.
Usia mulai merokok
Usia responden mulai merokok
Wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner
1. 20 tahun 2. 10-19 tahun
Ordinal
4. Jumlah rokok
yang dihisap Banyaknya batang
rokok yang dihasap dalam sehari
Wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner
1. 1-12 batang 2. 13 batang
Ordinal
5. Lama
merokok Lamanya responden
merokok Wawancara
terstruktur menggunakan
kuesioner 1. 1-15 tahun
2. 16 tahun Ordinal
6.
Jenis rokok Jenis rokok yang
dihasap responden setiap kali merokok
Wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner
1. Rokok putih 2. Rokok kretek
Ordinal
7. Indeks Massa
Tubuh IMT Kondisi berat badan
responden dibagi dengan tinggi badan,
pada saat terdiagnosis TB paru BTA Positif.
Telaah dokumen Kartu pengobatan
pasien TB TB.01 1.
Normal 18,5- 24,9 kgm
2
2. Kurang 18,5
kgm
2
3. Lebih 25
kgm
2
Ordinal
8. Umur
Umur responden pada saat terdiagnosis TB
paru BTA Positif. Telaah dokumen
Formulir daftar tersangka penderita
suspek yang diperiksa dahak SPS
TB.06 dan kartu pengobatan pasien
TB TB.01 1. 56 tahun
2. 17-55 tahun Ordinal
9.
Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang ditentukan secara
biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam
jenis kelamin laki-laki atau jenis kelamin
perempuan. Telaah dokumen
Formulir daftar tersangka penderita
suspek yang diperiksa dahak SPS
TB.06 dan kartu pengobatan pasien
TB TB.01 1.
Perempuan 2.
Laki-laki Nominal
10.
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan formal terakhir yang
diselesaikan oleh responden saat
terdiagnosis TB paru BTA Positif.
Wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner
1. Sekolah wajib
9 tahun 2.
Tidak sekolah wajib 9 tahun
Ordinal
11. Pekerjaan
Kegiatan responden yang bertujuan untuk
memperoleh penghasilan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan keluarga saat
terdiagnosis TB paru BTA Positif.
Wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Ordinal
C. Hipotesis
Hasil penelitian yang akan diharapkan oleh peneliti adalah:
1. Karakteristik IMT, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan berisiko terhadap kejadian penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan.
2. Merokok status merokok, usia mulai merokok, jumlah rokok yang
dihisap, lama merokok dan jenis rokok berisiko terhadap kejadian penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selat
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain kasus kontrol. Penelitian dengan disain studi kasus kontrol bertujuan
untuk melihat proprorsi variabel merokok status merokok, usia mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, jenis rokok dan
karakteristik IMT, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan pada kelompok kasus maupun kontrol serta melihat hubungan
antara merokok dengan kejadian penyakit TB paru di Puskesmas Setu, Kota Tangerang Selatan.
B. Lokasi Dan Waktu Dan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Setu Kota
Tangerang Selatan pada bulan April-Mei tahun 2015.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru BTA positif yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang
Selatan dan tercatat di formulir daftar tersangka penderita suspek yang diperiksa dahak SPS TB.06 Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan tahun
2012 sampai 2015. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok kasus dan kontrol dimana kelompok kasus merupakan pasien yang
menderita TB paru BTA positif dan berdomisili di wilayah kerja di
Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2012 sampai 2015, sedangkan
kelompok kontrol adalah keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien dan tidak menderita TB paru pada tahun dimana pasien telah terdiagnosa TB
paru BTA positif.
Selain itu, penentuan populasi penelitian yang dapat diteliti eligible population adalah responden telah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi pada masing-masing kelompok kasus maupun kontrol. Adapun
kriteria inklusi dan eksklusi pada kelompok kasus diantaranya adalah: 1.
Kriteria inklusi untuk kasus
a. Pasien yang menderita dan tercatat TB paru BTA positif di formulir
daftar tersangka penderita suspek yang diperiksa dahak SPS TB.06 Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan selama tahun
2012 sampai 2015. b.
Pasien berusia 17 tahun. c.
Pasien berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan.
2. Kriteria eksklusi untuk kasus
a. Pernah menderita suspect TB paru dan TB Paru BTA negatif
b. Pasien meninggal.
3. Kriteria inklusi untuk kontrol
a. Keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien dan tidak
menderita TB paru jenis apapun pada tahun dimana pasien telah terdiagnosa TB paru BTA positif.
b. Pasien berusia 17 tahun.
c. Pasien berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Setu Kota
Tangerang Selatan.
4. Kriteria eksklusi untuk kontrol
a. Pernah menderita suspect TB paru dan TB paru BTA negatif.
Untuk menghitung besar sampel dalam penelitian ini, rumus besar sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan : n
= Jumlah sampel minimal Z
1- α2
= Derajat kepercayaan 1,64
Z
1- β
= Kekuatan uji 0,84 P
= Proporsi di populasi P
1
= Proporsi terpapar pada kelompok kasus P
2
= Proporsi terpapar pada kelompok kontrol
Dari persamaan di atas dan didasarkan pada peritungan P
2
dari hasil penelitian sebelumnya, nilai P
1
-P
2
yang ditentukan sendiri oleh penulis, dimana jumlah sampel setiap variabel dengan α = 0,05, maka dapat dihitung
besar sampel minimal sebagai berikut :
Tabel 3 Besar Sampel
No Variabel Peneliti
P
2
P
1
-P
2
n
1. Status merokok
Kollapan 2002 0,63
10 175,2
2. IMT
Rusnoto 2010 0,642
10 130,9
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, maka diperoleh besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah 176 responden. Jumlah kelompok
kasus TB paru BTA positif berdasarkan laporan Puskesmas Setu, Kota Tangerang Selatan tahun 2012 sampai 2015 sebesar 45 kasus, maka jumlah
kelompok kontrol untuk penelitian ini sebesar 3 x 45 = 135 kontrol. Jumlah kontrol didapat berdasarkan perbandingan kasus dan kontrol 1 : 3. Kontrol
diambil dari 3 anggota keluarga kasus. Apabila jumlah anggota keluarga kasus kurang dari 3 orang, maka tetangga terdekat yang diambil menjadi
sampel dan apabila anggota keluarga kasus lebih dari 3 orang, maka yang
dijadikan kontrol adalah anggota keluarga kasus yang berada di rumah saat penelitian dan sesuai dengan kriteria inkusi kontrol.
Bagan 4 Alur Pengambilan Sampel
Kriteria eksklusi Kriteriaeksklusi
Bersedia Bersedia
Puskesmas Setu
Kasus Kontrol
Kriteria inklusi n= 45
Kriteria inklusi n= 135
Eligible population n= 45
Eligible population n=135
Ya Respon Rate
100 Tidak
Non Respon Ya
Respon Rate 100
Tidak Non Respon