Indeks Massa Umur Pekerjaan

2. Kriteria eksklusi untuk kasus

a. Pernah menderita suspect TB paru dan TB Paru BTA negatif b. Pasien meninggal.

3. Kriteria inklusi untuk kontrol

a. Keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien dan tidak menderita TB paru jenis apapun pada tahun dimana pasien telah terdiagnosa TB paru BTA positif. b. Pasien berusia 17 tahun. c. Pasien berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan.

4. Kriteria eksklusi untuk kontrol

a. Pernah menderita suspect TB paru dan TB paru BTA negatif. Untuk menghitung besar sampel dalam penelitian ini, rumus besar sampel yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan : n = Jumlah sampel minimal Z 1- α2 = Derajat kepercayaan 1,64 Z 1- β = Kekuatan uji 0,84 P = Proporsi di populasi P 1 = Proporsi terpapar pada kelompok kasus P 2 = Proporsi terpapar pada kelompok kontrol Dari persamaan di atas dan didasarkan pada peritungan P 2 dari hasil penelitian sebelumnya, nilai P 1 -P 2 yang ditentukan sendiri oleh penulis, dimana jumlah sampel setiap variabel dengan α = 0,05, maka dapat dihitung besar sampel minimal sebagai berikut : Tabel 3 Besar Sampel No Variabel Peneliti P 2 P 1 -P 2 n 1. Status merokok Kollapan 2002 0,63 10 175,2 2. IMT Rusnoto 2010 0,642 10 130,9 Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, maka diperoleh besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah 176 responden. Jumlah kelompok kasus TB paru BTA positif berdasarkan laporan Puskesmas Setu, Kota Tangerang Selatan tahun 2012 sampai 2015 sebesar 45 kasus, maka jumlah kelompok kontrol untuk penelitian ini sebesar 3 x 45 = 135 kontrol. Jumlah kontrol didapat berdasarkan perbandingan kasus dan kontrol 1 : 3. Kontrol diambil dari 3 anggota keluarga kasus. Apabila jumlah anggota keluarga kasus kurang dari 3 orang, maka tetangga terdekat yang diambil menjadi sampel dan apabila anggota keluarga kasus lebih dari 3 orang, maka yang

Dokumen yang terkait

PENGARUH MEROKOK TERHADAP KEJADIAN KONVERSI SPUTUM PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANJANG

1 30 76

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 2 14

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 1 15

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN 2011 - UDiNus Repository

0 0 2

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13