2. Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan
masalah 3.
Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk 4.
Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat 5.
Mengembangkan strategi pemecahan masalah 6.
Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah 7.
Menyelesaikan masalah yang tidak rutin
21
Menurut Polya, terdapat empat langkah rencana, berguna baik untuk masalah rutin maupun nonrutin. Langkah
–langkahnya sebagai berikut: 1.
Memahami masalah 2.
Membuat rencana pemecahan masalah 3.
Melaksanakan rencana pemecahan masalah 4.
Membuat review atas pelaksanaan pemecahan masalah
22
Sedangkan, menurut Utari Sumarmo pemecahan masalah sebagai kemampuan dan berpikir matematik memiliki indikator:
1. Mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah
2. Membuat model matematik
3. Memilih dan menerapkan strategi
4. Menginterpretasi hasil sesuai permasalahan awal dan memeriksa kebenaran hasil
atau jawaban
23
Dalam penelitian ini kemampuan pemecahan masalah yang akan diukur adalah:
1. Mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah
Proses identifikasi meliputi: mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan mengidentifikasi apa yang ditanyakan.
21
Sri Whardani, Analisis SI Dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMPMts Untuk Optimalisasi PencapaianTujuan, Yogyakarta: PPPPT Matematika, 2008, h. 18.
22
Sri Wardhani, dkk., Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Di SMP, Yogyakarta, PPPPTK Matematika, 2010, h.33.
23
Utari Sumarmo, op. cit., h.76.
2. Membuat model matematik
Menyatakan hubungan suatu konsep yang terlibat pada masalah tersebut ke dalam bentuk model matematika yang bersangkutan. Model matematika tersebut
dapat berbentuk ekspresi matematika atau gambar, diagram, atau model matematika lainnya.
3. Memilih dan menerapkan strategi
Berdasarkan model matematika yang sudah disusun, dipikirkan beberapa alternatif strategi penyelesaian. Kemudian berdasarkan karakteristik strategi
masing-masing, dapat dipilih salah satu strategi yang lebih sesuai untuk dilaksanakan.
4. Menjelaskan hasil dan memeriksa kebenaran hasil.
2. Model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL
Joyce dan Weill mendeskripsikan model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi
instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda.
24
Sedangkan menurut Ridwan Abdullah Sani, model pembelajaran adalah kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan
berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
25
Hamzah mendefinisikan model pembelajaran dalam kaitannya dengan matematika. Menurutnya model pembelajaran matematika
adalah kerangka kerja konseptual tentang pembelajaran matematika.
26
Untuk memilih model pembelajaran tidaklah sembarangan, banyak faktor yang
mempengaruhinya dan patut untuk dipertimbangkan, diantaranya adalah keadaan kelas, ketersediaan fasilitas, dan yang terpenting adalah kondisi peserta didik
dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian diatas maka
24
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu metodis dan Paradigmatis, Yogjakarta:Pustaka Pelajar Offset, 2013, Cetakan 1, h. 73.
25
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2013, Cetakan 1, h. 89.
26
Ali Hamzah,dkk, op.cit., h.154.
dapat diketahui bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana yang disusun sehingga memungkinkan seorang guru mengatur terlaksananya proses belajar
mengajar di dalam kelas sehingga tercapainya tujuan dari proses pembelajaran tersebut.
Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL ini berawal dari implementasi pembelajaran kimia terutama pada pembelajaran kimia umum
general chemistry. Selanjutnya, Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL ini diterima secara luas di dalam pembelajaran sains, bahkan pada
perkembangannya juga diterapkan di luar pembelajaran sains. Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL pertama kali dikembangkan di Franklin dan
Marshall College State University of New York pada tahun 1994 oleh sekumpulan professor yang dipimpin oleh Richard S. Moog yang bekerja sama dengan professor
lain dari Stony Brook University, antara lain David M. Hanson.
27
Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL dibangun di atas dasar gagasan bahwa sebagian besar siswa belajar dengan baik ketika mereka:
a. Aktif terlibat dan berpikir di kelas dan laboratorium.
b. Menarik kesimpulan dengan menganalisis data, model, atau contoh-contoh dan
dengan mendiskusikan ide-ide. c.
Bekerja sama dalam tim di sekolah untuk memahami konsep dan untuk memecahkan masalah.
d. Merefleksikan apa yang telah dipelajari dan meningkatkan kinerja mereka.
e. Berinteraksi dengan instruktur sebagai fasilitator pembelajaran.
28
Tiga komponen pokok dari Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL adalah pembelajaran kolaboratif dalam konteks pembelajaran kooperatif,
inkuiri terbimbing guided inquiry, dan metakognisi metacognition.
29
Salah satu
27
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2012, Cet.I, h.97.
28
David M. Hanson, Instructor’s Guided to Process-Oriented Guided-Inquiry Learning, Stony
Brook University: Suny, 2006, h.3.
29
Warsono dan Hariyanto,loc. cit.