Model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL

Inquiry Learning POGIL adalah membantu para siswa menguasai konten pembelajaran sekaligus mengembangkan keterampilan belajar yang esensial. 35 Ada beberapa cara untuk menerapkan Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL sesuai dengan instruktur, ukuran kelas, struktur kelas, fasilitas, dan budaya lokal. 36 Dalam implementasi Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL, aktivitas inkuiri terbimbing membantu siswa untuk mengembangkan pemahamannya dengan menerapkan siklus belajar learning cycle. Siklus belajar ini terdiri dari tiga tahap atau tiga fase, yaitu eksplorasi exploration, penemuan konsep atau pembentukan konsep concept inventtion or concept formation, dan aplikasi application. 37 Dimana tahapan atau fase siklus belajar ini terletak di jantung atau tertanam di tengah dari tahap-tahap pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL. Sehingga tahapan atau fase pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL adalah orientasi orientation, ekspolorasi exploration, penemuan konsep atau pembentukan konsep concept invention or concept formation, aplikasi application, dan penutup closure. 38 Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL merupakan pembelajaran yang didasarkan pada teori konstruktivis. Hal tersebut didasarkan atas definisi dari konstruktivis yang berarti membangun. 39 Dalam proses pembelajaran, teori ini menghendaki supaya anak dapat membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Hal ini pula tergambarkan pada tahapan atau fase pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL. Pada desain pembelajaran Process Oriented Guided 35 Warsono dan Hariyanto,loc. cit. 36 David M.Hanson dan Richard S.Moog, Introduction to POGIL, 2014, http:www.pcrest.compcpubPOGIL.html, diakses pada 21 November 2014 pukul 18:59 WIB. 37 Warsono dan Hariyanto, loc. cit. 38 David Hanson, Designing Process –Oriented Guided-Inquiry Activities, Stony Brook University : Pacific Creast, 2005, 2 nd ed, h.381. 39 Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran:Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2009, Cetakan 1, h.143. Inquiry Learning POGIL setiap kegiatan terdiri dari lima tahap. Berikut ini adalah kelima tahapan Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL: 1. Orientasi Orientation Tahap ini mempersiapkan para siswa untuk belajar. Dengan memberikan motivasi dan menciptakan minat, rasa ingin tahu dan membuat koneksi untuk pengetahuan sebelumnya. Tujuan dan kriteria keberhasilan pembelajaran diidentifikasi. Hal tersebut ditujukan agar adanya peningkatan pembelajaran karena siswa merasa bahwa topik yang akan dibahas penting dan berharga. Selain itu, adanya persiapkan mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. 40 2. Eksplorasi Exploration Pada tahap ini para siswa mengembangkan pemahamannya tentang konsep dengan cara menanggapi serangkaian pertanyaan yang akan memandunya pada suatu proses untuk mengeksplorasi model atau suatu tugas yang harus diselesaikannya. Informasi yang diproses dengan cara ini dapat berupa diagram, grafik, suatu tabel data, satu atau beberapa pertanyaan, suatu metode, beberapa prosa dalam pembelajaran bahasa, simulasi komputer, suatu demonstrasi, atau berbagai kombinasi dari hal-hal lainnya. 41 3. Penemuan konsep atau pembentukan konsep Concept Invention or Concept Formation Pada tahap ini melibatkan penemuan konsep, pada tahap eksplorasi siswa tidak menghadirkan konsep secara eksplisit. Para siswa secara efektif dipandu dan didorong untuk mengeksplorasi, kemudian membuat kesimpulan dan membuat prediksi. Setelah siswa terlibat dalam fase ini, informasi tambahan dan nama konsepnya dapat diperkenalkan. Instruktur boleh saja mengemukakan nama konsepnya tetapi harus siswa sendiri yang menemukan pola-pola konsep tersebut. Kegiatan lain dirancang agar pada fase ini melibatkan pembentukan 40 David Hanson, loc. cit. 41 Warsono dan Hariyanto, op. cit, h.98. konsep. Siswa belajar melalui upaya menjawab serangkaian pertanyaan yang memandunya untuk mengeksplorasi representasi konsep, mengembangkan dan memahaminya, dan mengidentifikasi relevansi dan tingkat kepentingan konsep. 42 4. Aplikasi Application Setelah konsep diidentifikasi dan dipahami, selanjutnya adalah tahap aplikasi. Aplikasi melibatkan menggunakan pengetahuan baru dalam latihan dan pemecahan masalah. Masalah membutuhkan pelajar untuk mentransfer pengetahuan baru untuk konteks yang asing, mensintesis dengan pengetahuan lain, dan menggunakannya dalam cara-cara baru dan berbeda untuk memecahkan masalah di dunia nyata. 43 5. Penutup Closure kegiatan ini berakhir dengan siswa memvalidasi hasil mereka, merenungkan apa yang telah mereka pelajari, dan menilai kinerja mereka. Siswa harus memiliki beberapa cara untuk memvalidasi hasil mereka, salah satunya adalah dengan melaporkan hasilnya kepada rekan-rekan dan instruktur dengan tujuan mendapatkan umpan balik mengenai isi dan kualitas. Selain itu siswa diminta untuk merefleksikan mengenai apa yang telah mereka pelajari. 44 Dalam kegiatan pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL, guru atau instruktur memiliki empat peran, diantara peran tersebut adalah: 1. Pemimpin Leader, instruktur yang menetapkan tujuan pembelajaran, menentukan kriteria keberhasilan, dan mengatur terlaksananya proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas diantaranya mencakup struktur kelompok, dan waktu yang dibutuhkan. 2. Penilai MonitorAssessor, instruktur berkeliling memantau kinerja individu dalam tim dan memantau pemahaman dan kesilitan yang dihadapi oleh siswa. 42 Ibid. 43 David Hanson, loc. cit. 44 Ibid. 3. Fasilitator Facilitator, instruktur memberikan sarana atau bantuan bila diperlukan untuk menjamin pemahaman dan kemajuan para siswa. 4. Evaluator, instruktur memberikan penutup dengan meminta laporan kelompok, mengevaluasi hasil dari laporan tersebut, dan mengevaluasi individu dan tim berdasarkan kinerja mereka. 45 Pada Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL setiap anggota harus mempelajari dan memahami materi dan mereka saling membantu anggota lain yang mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi tersebut. Keberhasilan individu dalam pembelajaran didasarkan pada keberhasilan kelompoknya. Selain itu, agar siswa memiliki keterampilan yang efektif maka setiap anggota dalam kelompok mengikuti proses pembelajaran dengan peran tertentu, meskipun anggota kelompok memiliki perannya masing-masing, semua anggota kelompok harus berpartisipasi secara penuh dalam membuat kesepakatan hasil diskusi kelompok. Diantara peran anggota kelompok tersebut diantaranya adalah: 1. Manajer Manager, aktif berpartisipasi, membuat kelompok fokus pada tugas, mendistribusikan pekerjaan dan tanggung jawab, menyelesaikan perselisihan, dan menjamin bahwa semua anggota berpartisipasi dan mengerti. 2. Juru bicara Spokesperson, aktif berpartisipasi, mewakili pandangan dan kesimpulan yang diselenggarakan oleh kelompok, menyajikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. 3. perekam Recorder, aktif berpartisipasi, mempersiapkan laporan akhir tertulis dan dokumentasi lainnya dalam diskusi kelompok. 4. Strategy analystReflector, aktif berpartisipasi, merefleksikan apa yang sudah dipelajari dan apa yang belum dipahami selama kegiatan diskusi, apa yang perlu diperbaiki dalam diskusi kelompok. 46 45 Rainer Zawadzki, op. cit., h.72. 46 David M. Hanson, op.cit., h.48. Pembagian peran tersebut merupakan bagian yang penting dari pembelajaran kooperatif efektif karena dapat meminimalkan perilaku dimana beberapa siswa saja yang sibuk melakukan semua pekerjaan dalam kelompoknya sedangkan siswa yang lain hanya mengandalkan siswa yang pintar dan aktif. Menetapkan siswa dengan peran dalam kelompok, seperti yang disebutkan sebelumnya merupakan salah satu cara untuk mempromosikan konstribusi yang adil, meningkatkan kemampuan bekerja sama, bertanggung jawab dalam kelompok belajar. Dalam pelaksanaannya struktur kelompok diputar perannya pada setiap pertemuan. Kelima tahapan yang telah disebutkan sebelumnya merupakan gambaran yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa jika ingin menerapkan proses pembelajaran dengan model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL. Telah digambarkan pula adanya peran guru dan siswa dalam kelompok yang dapat diterapkan pada tahapan model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL. Dengan demikian secara operasional kegiatan pembelajaran model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Orientasi Orientation Guru mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dan dapat mendukung terjadinya proses pembelajaran di kelas. Guru mengkondisikan keadaan siswa di dalam kelas. Selanjutnya, guru memberikan motivasi dan menumbuhkan minat belajar siswa diantaranya dengan cara memberikan penjelasan bahwa penerapan teorema phytagoras dapat diterapkan pada berbagai bidang. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran dan indikator yang akan dicapai. 2. Eksplorasi Exploration Guru membimbing adanya pembentukan kelompok yang terdiri dari empat anggota, dimana para anggota memiliki perannya masing-masing, kemudian memberikan Lembar Kerja Siswa LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan diskusi dalam kelompok. Di dalam LKS tersebut terdapat serangkaian pertanyaan-pertanyaan atau dapat dikatakan sebagai kunci pertanyaan, dimana serangkaian pertanyaan tersebut akan memandunya pada suatu proses untuk mengeksplorasi model. Hal tersebut dilakukan para siswa dengan cara mengidentifikasi, menjawab beberapa daftar pertanyaan, dan membuat gambar. Tahap ini diharapkan dapat membantu proses penemuan atau pembentukan konsep yang sedang dibahas. Pada tahap ini diskusi siswa dalam kelompoknya masing-masing berada dalam bimbingan guru. 3. Penemuan konsep Concept Invention Serangkaian pertanyaan pada LKS yang mengarah pada penemuan konsep membantu siswa untuk menemukan konsep yang sedang mereka cari. Pada tahap ini nama konsep diperkenalkan, tetapi siswa sendiri yang menemukan pola-pola konsep tersebut. Penemuan konsep yang dilakukan siswa melalui diskusi kelompok tidak terlepas dari bimbingan guru. 4. Aplikasi Application Pada tahap ini guru memerintahkan siswa untuk mengerjakan soal-soal pada LKS yang merupakan soal aplikasi dari pembahasan tersebut yang telah dipahami sebelumnya. Agar kemampuan siswa meningkat, guru memerintahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah ditemukannya pada soal-soal dengan konteks baru. Hasil diskusi kelompok dicatat oleh recorder agar setiap kelompok memiliki arsip hasil diskusi yang kemudian dipresentasikan di depan kelas dan sewaktu-waktu dapat digunakan kembali untuk dipelajari. 5. Penutup Closure Pada tahap ini guru meminta spokerperson sebagai perwakilan kelompok yang telah dipilih secara acak untuk menuliskan hasil diskusi mereka di papan tulis dan mempresentasikannya di depan kelas. Kemudian guru bersama-sama siswa yang lain mengkonfirmasi jawaban tersebut. Di akhir pelajaran strategi analys atau reflector memandu pengisian lembar refleksi proses pembelajaran. Pengisian lembar tersebut berdasarkan masukan dari teman-teman sekelompoknya. Selain itu, masing-masing anggota mengisi lembar penilaian kinerja atas keikutsertaan teman satu kelompoknya selama diskusi berlangsung. Kemudian guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah masing-masing. Adanya tugas atau PR tersebut merupakan salah satu bentuk tanggung jawab secara individual atas pembelajaran yang terjadi di kelas.

3. Model Pembelajaran Langsung Direct Instruction

Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. 47 Model ini sebagaimana namanya adalah bimbingan dan pemberian respon balik secara langsung. Model ini menuntun siswa untuk mendekati materi akademik secara sistematis. 48 Pembelajarn langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif pengetahuan faktual. Pembelajarn langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar, yaitu penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan keterampilan. 49 Teori pendukung pembelajaran langsung atau disebut juga dengan instruksi langsung didasarkan atas teori belajar behaviorisme. Dimana model ini menekankan pada upayanya untuk mengubah perilaku yang tampak dari para siswa. 50 Belajar menurut teori behaviorisme merupakan perubahan perilaku kapasitas peserta didik untuk berperilaku yang baru sebagai hasil belajar dan bukan sebagai hasil proses pematangan atau pendewasaan semata. 51 Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang akan memberikan beragam pengalaman kepada seseorang. Dan lingkungan merupakan stimulus yang dapat mempengaruhi atau mengubah kapasitas peserta didik untuk merespon. 47 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, Cet. IX, h.46. 48 Miftahul Huda, op. cit., h. 138. 49 Agus Suprijono, op. cit., h. 50. 50 Miftahul Huda, op. cit., h. 134. 51 Ali Hamzah,dkk, op. cit., h.24. Menurut Joyce dan Weil, sintak atau langkah-langkah pelaksanaan dari model pembelajaran langsung Direct Instruction adalah sebagai berikut: 1. Fase 1: Orientasi pembelajaran Menyatakan tujuan pembelajaran 2. Fase 2 : Penyajian materi a. Menjelaskan konsep dan keterampilan baru b. Menyajikan contoh c. Identifikasi langkah-langkah keterampilan atau diskusi tentang konsep d. Mencetak pemahaman peserta didik 3. Fase 3 : Latihan terstruktur a. Guru memandu peserta didik melalui contoh latihan b. Peserta didik mengerjakan latihan secara kelompok c. Guru memberikan umpan balik 4. Fase 4 : Membimbing pelatihan a. Peserta didik melakukan latihan dengan bimbingan guru b. Guru menilai kemampuan peserta didik 5. Fase 5 : Latihan mandiri a. Peserta didik melakukan latihan tanpa bantuan guru b. Guru melakukan evaluasi 52 Terdapat beberapa keunggulan terpenting dari instruksi atau pembelajaran langsung diantaranya adalah adanya fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa, sistem management waktu, dan atmosfer akademik yang relatif stabil. 53 52 Ridwan Abdullah Sani, op. cit., h. 125. 53 Miftahul Huda, op. cit.,h.136.

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang akan dilakukan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya, diantaranya adalah: 1. Jurnal Kreano,4 12013, ISSN NO 2086-2334, yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran POGIL Berbantu LKPD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pokok Peluang ” Oleh Rosidah. Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol diperoleh dari rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah, sehingga model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. 54 2. Unesa Journal of Chemical Education 3 2 2014, ISSN NO 2252-9454, yang berjudul “Implementasi Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL Untuk Melatih Keterampilan Metakognitif Pada Materi Pokok Reaksi Reduksi- Oksidasi.” Oleh: Nur Rahmawati Trisna Putri dan Bambang Sugiarto. Universitas Negeri Surabaya, Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif siswa yang diajarkan dengan menggunakan Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL dapat meningkat. 55 3. Unnes Physics Education 1 2 2012, ISSN NO 2252-6935, yang berjudul “Implementasi Model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .” Oleh: Ningsih, dkk. Universitas Negeri Semarang, Indonesia. 54 Rosidah, Keefektifan Pembelajaran POGIL Berbantu LKPD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pokok Peluang, Semarang: UNNES, 2013, h. 73. 55 Nur Rahmawati Trisna Putri dan Bambang Sugiarto, Implementasi Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL Untuk Melatih Keterampilan Metakognitif Pada Materi Pokok Reaksi Reduksi-Oksidasi, Surabaya: Unesa, 2014, h.151. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil yang diperoleh dari hasil observasi diketahui pula bahwa kemampuan afektif siswa cukup tinggi dan psikomotorik dengan kategori sangat aktif. 56

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kesanggupan seseorang dalam menerima pertanyaan yang menantang dengan cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dan dibantu oleh beberapa kegiatan yang mencakup: penyelidikan informasi, penggunaan kombinasi aturan-aturan dalam penyelesaian masalah, dan meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya sehingga dapat tercapainya tujuan yang dikehendaki. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang akan diukur adalah: 1 mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, 2 membuat model matematik, 3 memilih dan menerapkan strategi, 4 menjelaskan hasil dan memeriksa hasil. Untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang dapat memberikan akses kepada siswa untuk mengembangkan pemikirannya ketika dihadapkan dengan permasalahan- permasalahan matematika yang harus dipecahkan. Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut dapat dibantu dengan menggunakan Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL. Terdapat tiga komponen pokok dari Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL diantaranya adalah pembelajaran kolaboratif dalam konteks pembelajaran kooperatif, inkuiri terbimbing guided inquiry, dan metakognisi metacognition. 56 Ningsih,dkk, Implementasi Model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Semarang: Unnes, 2012, h.52.

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 9 Kota Tangerang Selatan)

1 8 271

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

4 45 189

Pengaruh model pembelajaran treffinger terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

2 39 0

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATERI PERUBAHAN BENDA

3 41 217

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DENGAN MEDIA KARTU BERPASANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI KOLOID KELAS XI SMA.

1 4 28

PENGARUH MODEL PROCESS ORIENTED GUIDED INQUARY LEARNING (POGIL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI.

0 5 19

Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

1 2 46

Pengaruh penerapan model pembelajaran brain-based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

0 1 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) BERBANTUAN LKPD YANG TERINTEGRASI PADA NILAI-NILAI KEISLAMAN TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository

0 1 112

METODE PENELITIAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP NEGERI 3 PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR - Repository UNRAM

0 0 11