2. Kondisi siswa yang terbiasa dengan proses pembelajaran yang terpusat pada
guru, sehingga pada awal proses pembelajaran siswa cenderung sulit untuk beradaptasi menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry Learning
POGIL.
3.
Variabel seperti minat, motivasi, lingkungan, dan beberapa variabel lainnya belum dilibatkan dalam penelitian ini.
4.
Kurang maksimal dalam pembuatan LKS, yaitu pada tahap closure yang tidak mengarahkan siswa untuk memeriksa hasil dan kebenaran hasil dari pekerjaan
yang telah mereka selesaikan.
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry
Learning POGIL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di SMP Islam Ar-Rahman, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL memiliki nilai rata-rata 58,25. Persentase kemampuan pemecahan masalah
matematik yang dicapai pada indikator mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan sebesar 85,71, indikator membuat model
matematika sebesar 72,86, indikator memilih dan menerapkan strategi sebesar 51,96, dan indikator menjelaskan dan memeriksa hasil sebesar
30,36. Kemampuan pemecahan masalah matematik yang paling menonjol pada kelas ini ada pada indikator mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan. 2.
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung Direct Instruction memiliki
nilai rata-rata 45,38. Persentase kemampuan pemecahan masalah matematik yang dicapai pada indikator mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan
ditanyakan sebesar 54,83, indikator membuat model matematika sebesar 52,07, indikator memilih dan menerapkan strategi sebesar 49,14, dan
indikator menjelaskan dan memeriksa hasil sebesar 22,76. Kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan merupakan
kemampuan yang paling menonjol pada kelas ini. 3.
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL
lebih tinggi dari siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
langsung Direct Instruction dengan hasil t
hitung
= 3,01 dan t
tabel
= 1,67 sehingga t
hitung
lebih besar dari t
tabel
3,01 1,67 dan = 0,14. Dengan
demikian penggunaan model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang peneliti temukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Bagi pihak guru khususnya guru bidang studi matematika, Process Oriented
Guided Inquiry Learning POGIL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran matematika yang dapat diterapkan di dalam
kelas khususnya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
2. Penelitian ini hanya fokus pada mata pelajaran matematika pada pokok
bahasan teorema phytagoras, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya lebih dikembangkan lagi pada pokok bahasan lain.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL terhadap kemampuan berpikir matematik lainnya.
4. Perlu adanya perbaikan dalam pembuatan LKS, terutama pada tahap closure.