Indikator 2: Membuat Model Matematika

a Kelas Eksperimen b Kelas Kontrol Gambar 4.13 Perbandingan Jawaban Siswa a Kelas Eksperimen dan b Kelas Kontrol Pada Indikator Ketiga Kedua gambar yang disajikan pada Gambar 4.9 merupakan contoh jawaban salah satu siswa kelas eksperiemen dan kelas kontrol dengan hasil jawaban salah. Terlihat pada Gambar 4.13a merupakan jawaban salah satu siswa kelas eksperimen yang dapat memilih strategi dengan tepat, dimana tahap pertama yang dilakukannya adalah menggunakan rumus keliling, kemudian memasukkan nilai yang telah diketahui pada rumus tersebut, Setelah itu, menentukan nilai panjang dan lebar, dimana panjang dan lebar tersebut masih mengandung variabel. Kemudian, siswa tersebut menggunakan rumus teorema phytagoras dan mensubstitusi nilai yang diketahui pada rumus teorema phytagoras tersebut. Karena kurang ketelitian siswa tersebut, sehingga ketika menentukan nilai dari variabel tersebut salah. Sehingga, salah pula ketika menentukan panjang dan lebar kolam tersebut. Sedangkan pada Gambar 4.13b merupakan jawaban salah satu siswa kelas kontrol, dimana pada proses memilih strategi sudah mengarah pada proses penyelesaian, namun setelah siswa tersebut mendapatkan nilai panjang dan lebar yang masih mengandung variabel, siswa tersebut tidak melanjutkan proses penghitungan dengan menggunakan rumus teorema phytagoras. Sehingga siswa tersebut belum secara tuntas menyelesaikan jawaban tersebut.

d. Indikator 4: Menjelaskan Hasil Dan Memeriksa Hasil

Persentase kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada indikator menjelaskan hasil dan memeriksa hasil pada siswa kelas eksperimen sebesar 30,36 dan kelas kontrol sebesar 22,76.Indikator menjelaskan hasil dan memeriksa hasil merupakan indikator terendah yang dicapai oleh siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu penyebab hal tersebut adalah kurang maksimalnya LKS pada tahap closure untuk mengarahkan siswa memeriksa hasil dan kebenaran hasil dari pekerjaan yang telah mereka selesaikan. Namun terlihat adanya perbedaan persentase rata-rata dari kedua kelas tersebut, dimana kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL memiliki tingkat penguasaan dalam menjelaskan hasil dan memeriksa hasil lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajarkan menggunakan model pembelajaran langsung. Sebagai gambaran umum berikut disajikan soal nomor 2 beserta jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebagai berikut: Seorang tukang kayu mendapatkan pesanan untuk membuat seluncuranperosotan. Karena seluncur diperuntukkan anak usia 4-6 tahun maka pihak sekolah meminta dibuatkan seluncur dengan ketentuan sudut kemiringan antara tanah dengan seluncurnya yaitu membentuk sudut 30 dan tinggi 3 m, selain itu diketahui pula bahwa jarak ujung seluncur dengan pangkal adalah x x . Maka berapakah ukuran panjang seluncuran dari kayu yang harus dibuat dan tentukan pula jarak ujung seluncur dengan pangkal? a Kelas Eksperimen b Kelas Kontrol Gambar 4.14 Perbandingan Jawaban Siswa a Kelas Eksperimen dan b Kelas Kontrol Pada Indikator Keempat Kedua gambar yang disajikan pada Gambar 4.14 merupakan contoh jawaban salah satu siswa kelas eksperiemen dan kelas kontrol dengan hasil jawaban benar. Terlihat pada Gambar 4.14 a merupakan jawaban salah satu siswa kelas eksperimen yang dapat menjelaskan hasil yang diperolehnya dan memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh sebelumnya menggunakan perbandingan teorema khusus. Sedangkan pada Gambar 4.14 b merupakan jawaban salah satu siswa kelas kontrol, dimana siswa tersebut hanya mencantukan hasil yang diperolehnya dengan membuat kesimpulan tanpa melakukan pemeriksaan kembali. Berdasarkan beberapa temuan dari indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah matematik terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas eksperimen lebih unggul daripada siswa pada kelas kontrol. David M Hanson menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL selain siswa lebih terbantu dalam menguasai konten pembelajaran, siswa juga terlatih dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik. Hal tersebut sejalan dengan tujuan utama dari implementasi Process Oriented Guided Inquiry Learning POGIL yaitu membantu para siswa menguasai konten yang berkaitan

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 9 Kota Tangerang Selatan)

1 8 271

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

4 45 189

Pengaruh model pembelajaran treffinger terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

2 39 0

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATERI PERUBAHAN BENDA

3 41 217

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DENGAN MEDIA KARTU BERPASANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI KOLOID KELAS XI SMA.

1 4 28

PENGARUH MODEL PROCESS ORIENTED GUIDED INQUARY LEARNING (POGIL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI.

0 5 19

Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

1 2 46

Pengaruh penerapan model pembelajaran brain-based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

0 1 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) BERBANTUAN LKPD YANG TERINTEGRASI PADA NILAI-NILAI KEISLAMAN TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository

0 1 112

METODE PENELITIAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP NEGERI 3 PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR - Repository UNRAM

0 0 11