3. Arti Pentingnya Studi Kebijakan Publik
Studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting, diantaranya: untuk pengembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan
profesionalisme praktisi, dan untuk tujuan politik. a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai variabel terpengaruh atau variabel terikat dependent variable, sehingga
berusaha menentukan variabel pengaruhnya atau variabel bebas independent variable
. Studi ini berusaha mencari variabel-variabel yang dapat memengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik. Misalnya,
studi untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi dikeluarkannya Undang-Undang anti terorisme di Indonesia.
Sebaliknya, studi kebijakan publik dapat menempatkan kebijakan publik
sebagai independent
variable, sehingga
berusaha mengidentifikasi apa dampak dari suatu kebijakan publik. Sebagai
contoh, studi untuk menganalisis apa dampak dari kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak yang dilakukan oleh
pemerintah. b. Membantu para pengambil kebijakan dalam memecahkan masalah-
masalah publik. Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi sebagai
pengambil kebijakan akan memiliki dasar teoretis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan memperkecil kegagalan
dari suatu kebijakan publik yang telah dibuatnya. Sehingga akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas dan dapat menopang
tujuan pembangunan. c. Berguna untuk tujuan politik.
Kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan teori yang kuat akan memiliki posisi yang kuat terhadap
kritik dari lawan-lawan politik. Dengan demikian, kebijakan publik tersebut dapat meyakinkan lawan-lawan politiknya yang tadinya
kurang setuju terhadap kebijakan yang telah dibuat. Kebijakan publik seperti itu tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan
kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.
19
4. Jenis-jenis Kebijakan
James Anderson mengelompokkan kebijakan publik ke dalam beberapa kategori, diantaranya:
a. Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural. Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang dilakukan oleh
pemerintah, seperti kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak BBM, kebijakan Raskin beras untuk orang miskin. Sedangkan kebijakan
prosedural adalah bagaimana suatu kebijakan substantif dapat diimplementasikan. Misalnya kebijakan yang berisi kriteria orang
disebut miskin dan bagaimana prosedur untuk memperoleh raskin. b. Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan re-
distributif. Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat atau segmen masyarakat tertentu
atau individu. Sebagai contoh: kebijakan subsidi BBM dan kebijakan obat generik. Kebijakan regulatori adalah kebijakan yang berupa
pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau kelompok masyarakat. Misalnya kebijakan Ijin Mendirikan
Bangunan IMB, kebijakan pemakaian helm bagi pengendara sepeda motor. Sedangkan kebijakan re-distribusi adalah kebijakan
yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak- hak di antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sebagai contoh,
kebijakan pajak progresif, kebijakan asuransi kesehatan gratis bagi orang miskin.
c. Kebijakan material vs kebijakan simbolis. Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumberdaya konkrit atau
nyata yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh kelompok
19
Ibid ., h. 5.