80
Tabel 7.5. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku Kriteria Kelayakan
Basis Naik 14
NPV Rp 5.387.822.787
PBP Tahun 5,66
7,67 Net BC
1,80 1,00
IRR 22
12 Apabila harga jual cokelat batangan mengalami penurunan sebesar 8, maka industri cokelat
batangan ini masih dapat dijalankan proyek berada pada titik impas atau netral dengan nilai NPV sama dengan Rp. 0,-, IRR sebesar 12, dan Net BC sama dengan 1,00. Namun, apabila terjadi
penurunan harga jual di atas 8, maka industri ini menjadi tidak layak untuk dijalankan. Rincian
analisis sensitivitas ditunjukkan pada Tabel 7.6, sedangkan perhitungan analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Lampiran 12.
Tabel 7.6. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual cokelat batangan Kriteria Kelayakan
Basis Turun 8
NPV Rp 5.387.822.787
PBP Tahun 5,66
7,64 Net BC
1,80 1,00
IRR 22
12
7.9. Risiko Nilai Tukar
Pertukaran mata uang asing akan mempengaruhi industri cokelat batangan. Hal ini dapat disebabkan oleh harga bahan baku, mesin, dan peralatan produksi yang mengacu pada nilai mata uang
asing, yaitu dolar . Mata uang asing ini yang selanjutnya akan ditukarkan dengan mata uang domestik yaitu rupiah Rp dengan menggunakan sistem tarif pertukaran mata uang asing. Fluktuasi
tarif pertukaran ini dapat menimbulkan ketidakpastian operasi usaha. Ketika industri cokelat batangan melakukan pembelian bahan baku berupa pasta cokelat cocoa
liquor dan lemak cokelat cocoa butter serta mesin dan peralatan produksi berupa mesin tempering
dan cetakan cokelat, rupiah berada pada nilai tukar dasar Rp. 8.500,-1 U 6 Agustus 2011, laba bersih pada tahun pertama sebesar Rp. 28.219.205,- dan pada tahun kesepuluh sebesar Rp.
3.483.106.373,-. Dari hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apresiasi rupiah akan membuat industri ini
layak untuk dijalankan. Sebaliknya, depresiasi rupiah akan membuat industri ini cenderung menjadi tidak layak untuk dijalankan. Pada saat nilai rupiah terapresiasi, industri cokelat batangan memiliki
nilai NPV positif, IRR lebih besar dari 22, dan Net BC lebih dari 1. Sebaliknya, saat nilai rupiah terdepresiasi sebesar 18 terjadi penurunan pada berbagai kriteria kelayakan, namun industri ini
masih bisa dijalankan proyek berada pada titik impas atau netral dengan nilai NPV sama dengan Rp. 0,-, IRR sebesar 12, Net BC sebesar 1,00, dan rupiah berada pada nilai tukar sebesar Rp. 10.065,-1
U. Saat nilai rupiah terdepresiasi lebih dari 18, industri cokelat batangan menjadi tidak layak untuk
dijalankan. Rincian analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Tabel 7.7. Rincian perhitungan analisis sensitivitas terhadap depresiasi rupiah dapat dilihat pada Lampiran 13.
81
Tabel 7.7. Analisis sensitivitas terhadap risiko nilai tukar
No. Komponen
Harga Awal Rp
Harga Depresiasi
Rp Harga
U 1.
Bahan baku a. Pasta cokelat cocoa
liquor 50.000
60.391 6
b. Lemak cokelat cocoa butter
85.000 100.651
10 2.
Mesin produksi a. Tempering
253.000.000 299.587.269
29.765 b. Cetakan cokelat
240.000 281.822
28 Asumsi nilai tukar sebelum terdepresiasi = Rp 8.500 1 U
Nilai tukar setelah terdepresiasi = Rp. 10.065 1 U
82
VIII. SIMPULAN DAN SARAN
8.1. Simpulan
Potensi pasar cokelat batangan dilihat dari sisi secara nasional dan potensi pasar di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Target pemasaran cokelat batangan ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri,
yaitu perempuan khususnya masyarakat di daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan kelompok usia remaja dan dewasa yang menyukai produk cokelat batangan dengan kualitas cokelat asli, tidak
mengandung banyak gula sehingga tidak menimbulkan kegemukan dengan kemasan yang menarik. Pabrik cokelat batangan yang akan didirikan memiliki kapasitas produksi 1000 kg 8.334 kotak per
hari. Bahan baku berupa lemak cokelat dan cocoa liquor diperoleh dari industri pengolahan kakao yang menghasilkan produk setengah jadi yaitu PT. Bumitangerang Mesindotama BT. Cocoa,
Tangerang. Sedangkan susu sapi segar fresh milk diperoleh dari peternak sapi yang berada di daerah Cijeruk, Kabupaten Bogor. Berdasarkan informasi yang tersedia, diperkirakan pasokan bahan baku
cokelat batangan untuk industri dapat terpenuhi. Cokelat batangan akan dijual dengan harga Rp. 9.500 per kotak.
Industri cokelat batangan akan didirikan di Cijeruk, Bogor. Industri cokelat batangan yang akan didirikan memiliki bentuk badan usaha perseroan terbatas. Kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan
industri cokelat batangan adalah 33 orang dengan kualifikasi sesuai dengan spesifikasi kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pekerja. Dari hasil analisis lingkungan, industri cokelat
batangan menghasilkan limbah berupa limbah cair dan padat yang tidak menimbulkan bahaya. Limbah yang dihasilkan diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke lingkungan.
Total keseluruhan biaya investasi sebesar Rp. 6.737.746.660,- yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp. 5.825.673.700,- dan biaya modal kerja sebesar Rp. 912.072.960,- pada tahun
pertama. Hasil analisis keuangan menunjukkan bahwa industri cokelat batangan ini layak untuk didirikan. Berdasarkan penghitungan kriteria investasi, diperoleh nilai NPV industri ini sebesar Rp.
5.387.822.787,-, nilai IRR-nya sebesar 22, nilai Net BC-nya sebesar 1,80. Payback Period industri ini adalah sekitar 5 tahun 8 bulan. Titik impas selama umur proyek industri cokelat batangan berada
pada saat produksi cokelat batangan sebesar 7.652 kotak. Dari analisis sensitivitas, industri ini masih layak untuk dijalankan dengan maksimum kenaikan harga bahan baku sebesar 14, dan penurunan
harga jual cokelat batangan maksimum sebesar 8. Dari analisis risiko pertukaran mata uang asing, depresiasi rupiah akan menyebabkan penurunan laba bersih, sebaliknya apresiasi rupiah akan
menyebabkan peningkatan laba bersih. Depresiasi rupiah lebih besar dari 18 akan menyebabkan industri cokelat batangan menjadi tidak layak untuk dijalankan.
8.2. Saran
Berbagai informasi yang didapat dari rencana bisnis pendirian industri cokelat batangan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, khususnya investor dalam merealisasikan
pendirian industri cokelat batangan di Bogor. Adapun saran yang perlu dipertimbangkan untuk menyempurnakan penelitian ini adalah perlu dilakukan pengujian pasar tes pasar ke konsumen
terhadap produk ini. Tes pasar dilakukan terhadap atribut-atribut produk, seperti tingkat kemanisan, bentuk, rasa, warna, dan sebagainya. Dari atribut produk tersebut dapat diketahui keinginan konsumen
akan produk ini dan selanjutnya dapat dilakukan evaluasi terhadap produk ini.