54
perusahaan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, pasokan tenaga kerja, dan
fasilitas transportasi Husnan dan Muhammad, 2005. Suatu industri yang lokasinya tidak tepat akan menghadapi persoalan yang terus menerus dan
tidak terselesaikan, terutama dalam menghadapi persaingan sehingga kelangsungan hidup dan stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
keputusan yang tepat dalam penentuan lokasi, maka perlu dilakukan pengkajian berbagai faktor yang mempengaruhinya. Lokasi industri yang tepat dapat melayani proses-proses baru, perkembangan
teknologi, dan dapat menampung kemungkinan-kemungkinan perluasan industri. Dalam studi ini tidak dilakukan penentuan alternatif lokasi untuk penentuan lokasi pendirian
industri cokelat batangan. Pemilihan lokasi pendirian industri cokelat batangan telah ditetapkan di daerah Cijeruk, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi di daerah tersebut antara lain berdasarkan
faktor kedekatan dengan salah satu sumber bahan baku yaitu susu cair segar yang berasal dari peternak sapi, di mana susu merupakan komoditi yang mudah rusak apabila tidak segera diproses
lebih lanjut bila dibandingkan dengan lemak cokelat yang memiliki umur simpan dan daya tahan tinggi tidak mudah rusak sehingga memperkecil biaya transportasi, tersedia sumber daya manusia
yang cukup, infrastruktur mendukung, dan dekat dengan target pasar dan pemasaran. Ketersediaan sumber daya manusia pun menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Pasokan sumber daya
yang kompeten dan tenaga kerja tersedia dalam jumlah memadai. Dengan adanya industri cokelat batangan ini, tenaga kerja yang ada di daerah tersebut dapat terserap dan mampu mengurangi tingkat
penggangguran. Faktor berbagai biaya seperti biaya transportasi pemasaran, biaya pembelian lahan, dan pembangunan lahan yang lebih rendah. Selain itu, di daerah ini memiliki kekurangan, yaitu
kondisi jalan yang tidak terlalu lebar untuk dilalui oleh kendaraan yang besar sehingga dapat mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk distribusi bahan baku dari dan produk jadi menjadi
lebih lama.
5.5. Perencanaan Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik
Perencanaan tata letak sangat dibutuhkan dalam rangka pendirian suatu pabrik, karena hal ini berhubungan dengan penyusunan letak mesin, peralatan-peralatan produksi, dan ruangan-ruangan
dalam pabrik. Pada tahapan proses pendirian industri cokelat batangan, penentuan desain tata letak menjadi salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena akan membuat proses produksi dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini mengacu pada Heizer dan Render 2004 yang menyatakan bahwa tata letak merupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan efisiensi operasi dalam
jangka panjang. Tata letak yang efektif dapat membantu sebuah perusahaan mendapatkan strategi yang mendukung perbedaan, harga yang rendah atau respon. Menurut Purnomo 2004 perancangan
tata letak pabrik dapat meminimumkan elemen-elemen biaya, seperti biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan, mesin, maupun fasilitas produksi lainnya, biaya pemindahan bahan,
biaya produksi, perawatan mesin, dan biaya penyimpanan produk jadi. Pada penentuan tata letak pabrik, terdapat tiga tipe tata letak pada pabrik yaitu antara lain
adalah: 1. Tata Letak Berdasarkan Produk Layout by Product
Tata letak jenis ini membentuk suatu garis mengikuti jenjang proses pengerjaan produksi suatu produk dari awal hingga akhir.
55
2. Tata Letak Berdasarkan Proses Layout by Process Layout pada jenis tata letak berdasarkan proses memiliki bagian yang saling terpisah satu
sama lain dimana aliran bahan baku terputus-putus dengan mesin disusun sesuai fungsi dalam suatu group departemen.
3. Tata Letak Berdasarkan Stationary Layout by Stationary Tata letak jenis ini mendekatkan sumber daya manusia SDM serta perlengkapan yang ada
pada bahan baku untuk kegiatan produksi. Industri cokelat batangan memproduksi satu jenis produk yaitu cokelat batangan praline. Oleh
karena itu, tipe tata letak yang digunakan adalah tipe produk. Dalam Layout by Product, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk bergerak secara terus
menerus dalam suatu garis perakitan. Layout by Product akan digunakan apabila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produk yang kontinyu. Tujuan
dari Layout by Product pada dasarnya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada akhirnya terjadi penghematan
biaya Purnomo, 2004. Ruangan yang terdapat di industri cokelat batangan ini antara lain
gudang bahan baku dan bahan penunjang, ruang produksi, ruang pendinginan, ruang pengemasan, gudang produk jadi, unit
pengelolaan limbah, laboratorium, kantor, toilet, dan kantin .
Luas ruang produksi adalah sekitar 720 m
2
. Tata letak ruang produksi adalah sebagai berikut :
1. Mesin pencampuran, pemastaan, dan homogenisasi 2. Mesin tempering
3. Mesin pencetakan Terdapat beberapa pola aliran bahan dalam ruang produksi, yaitu : pola aliran garis lurus jika
proses produksinya pendek dan sederhana, pola al iran bentuk “L” jika terdapat keterbatasan pada
besar gedung, pola aliran bentuk “U” jika aliran masuk dan keluar pada lokasi yang sama, pola aliran bentuk “O” jika bahan baku dan produk ditempatkan pada satu ruang, dan pola aliran bentuk “S” zig
zag jika aliran produksi panjang. Aliran bahan yang lancar secara otomastis akan mengurangi biaya
dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Pola aliran bahan dalam ruang produksi untuk memproduksi cokelat batangan adalah pola aliran bahan berbentuk garis lurus yang bertujuan untuk
mengefisienkan waktu dan pergerakan. Analisa aliran bahan sangat diperlukan dalam merancang suatu tata letak industri atau pabrik. Penentuan aliran bagi manajemen, material, aliran bahan,
distribusi fisik dan logistik merupakan salah satu langkah dalam perencanaan fasilitas yang sangat penting terutama penentuan pola aliran bahan. Berikut merupakan pola aliran bahan dalam ruang
produksi cokelat batangan yang dapat dilihat pada Gambar 5.9 :
Gambar 5.9. Pola aliran bahan dalam ruang produksi cokelat batangan
Keterangan : 1. Mesin pencampuran, pemastaan, dan homogenisasi
2. Mesin tempering 3. Mesin pencetakan
3 2
1
56
X X
U U
U X
U U
U U
U U
U X
O U
O
X
U I
X X
U U
U U
U X
U U
U
X U
X X
U
X U
U U
X X
U U
E U
X O
O
U O
U U
U
I X
U O
X A
X A
A A
A
O
1.Stasiun penerimaan bahan baku
12. Tempat parkir 11. Kantin
10. Toilet 9. Kantor
8. Laboratorium 7. Unit pengelolaan limbah
6. Gudang produk jadi 5. Ruang pengemasan
4. Ruang pendinginan 3. Ruang produksi
2. Gudang bahan baku Berdasarkan diagram alir proses produksi cokelat batangan, maka dilakukan analisis keterkaitan
antar aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat untuk menganalisa dan merancang keterkaitan antar kegiatan ini disebut Bagan Keterkaitan Antar Kegiatan atau AR-Chart. Keterkaitan
antar aktivitas dan hasil dari proses perancangan kegiatan tersebut adalah dalam bentuk bagan dan diagram keterkaitan antar kegiatan yang secara sistematis telah menunjukkan bagaimana kedudukan
letak atau lokasi suatu kegiatan ruang tertentu dikaitkan dengan kegiatan ruang yang lain Apple, 1990. Dalam merancang hubungan antar kegiatan, maka harus dipertimbangkan faktor penting yaitu
persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasan. Bagan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.10.
Derajat keterkaitan di gambarkan dengan simbol sebagai berikut : A Absolutely Important : menunjukkan bahwa letak antar suatu kegiatan harus saling berdekatan
dan bersebelahan dengan kegiatan lain. E Especially Important : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu harus berdekatan.
I Important : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu harus cukup
berdekatan. O Ordinary
: menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu tidak harus saling berdekatan.
U Unimportant : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu bebas dan tidak saling terkait.
X Undesirable : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu tidak boleh saling berdekatan dan harus saling berjauhan.
Gambar 5.10. Bagan keterkaitan antar aktivitas industri cokelat batangan
57
Penggunaan bagan keterkaitan aktivitas bertujuan untuk merencanakan dan menganalisa keterkaitan antar kegiatan dan informasi yang dihasilkan harus diwujudkan dalam bentuk diagram,
yang dibuat dengan bantuan suatu lembar kerja. Bagan keterkaitan antar aktivitas sangat membantu dalam penempatan lokasi pusat kerja atau departemen, penunjukan kegiatan mana yang saling
berkaitan, serta sebagai dasar dalam pengalokasian area kegiatan dalam suatu industri. Oleh karena
itu, diagram keterkaitan antar aktivitas tersaji dalam bantuan lembar kerja pada Tabel 5.2 : Tabel 5.2. Lembar kerja untuk diagram keterkaitan antar aktivitas
Aktivitas Simbol
A 6 E 5
I 4 O 3
U 2 X 1
1. Stasiun penerimaan bahan baku
2 12
- 3
4,5,6,8,9 7,10,11
2. Gudang bahan baku 1,3
- -
- 4,5,6,8,9,12
7,10,11 3. Ruang produksi
2,4 -
- 1,5,6,8
9,11,12 7,10
4. Ruang pendinginan 3,5
- -
6 1,2,8,9,11,12
7,10 5. Ruang pengemasan
4,6 -
- 3
1,2,8,9,11,12 7,10
6. Gudang produk jadi 5
- -
3,4 1,2,8,9,11,12
7,10 7. Unit pengelolaan limbah
- -
- -
10,12 1,2,3,4,5,6,
8,9,11 8. Laboratorium
- -
- 3,9
1,2,4,5,6,10,12 7,11
9. Kantor -
- 12
8 1,2,3,4,5,6,10,11
7 10. Toilet
- -
- 11
7,8,9,12 1,2,3,4,5,6
11. Kantin -
- 12
10 3,4,5,6,9
1,2,7,8 12. Tempat parker
- 1
9,11 -
2,3,4,5,6,7,8,10 -
Bagan keterkaitan aktivitas di atas dijadikan patokan sebagai perhitungan keterkaitan antar ruang. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang menggambarkan
kegiatan yang ada Apple, 1990. Untuk membuat diagram ini dihitung dengan menggunakan metode Total Closeness Rating
TCR. Berikut daftar hasil perhitungan Total Closeness Rating yang dapat
dilihat pada Tabel 5.3 :
58
Tabel 5.3. Hasil perhitungan total closeness rating TCR untuk menentukan pusat aktivitas
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
TCR 1
6 3
2 2
2 1
2 2
1 1
5 27
2 6
6 2
2 2
1 2
2 1
1 2
27 3
3 6
6 3
3 1
3 2
1 2
2 32
4 2
2 6
6 3
1 3
2 1
2 2
30 5
2 2
3 6
6 1
2 2
1 2
2 29
6 2
2 3
3 6
1 2
2 1
2 2
26 7
1 1
1 1
1 1
1 1
2 1
2 13
8 2
2 3
2 2
2 1
3 2
1 2
22 9
2 2
2 2
2 2
1 3
2 2
4 24
10 1
1 1
1 1
1 2
2 2
3 2
17 11
1 1
2 2
2 2
1 1
2 3
4 21
12 5
2 2
2 2
2 2
2 4
2 4
29 A=6, E=5, I=4, O=3, U=2, X=1
Analisis nilai TCR digunakan untuk melihat urutan kerja dengan lokasi yang harus berdekatan. Aliran proses diperlukan untuk melihat urutan kerja yang digunakan tata letak ruang industri cokelat
batangan. Hasil analisis dari lembar kerja kegiatan keterkaitan aktivitas dan perhitungan nilai TCR
menentukan diagram keterkaitan antar aktivitas seperti pada Gambar 5.11 :
59
Gambar 5.11. Diagram keterkaitan antar aktivitas industri cokelat batangan
A E
X7 Kantor
9 I10,13
O8 A3,5
E X7,11
Ruang pendinginan 4
I O6
A E
X1,2,7,8 Kantin
11 I10,13
O11 A4,6
E X7,11
Ruang pengemasan 5
I O3
A E
X Unit pengolahan limbah
7 I
O A
E X
Toilet 10
I O12
A E1
X Tempat parkir
12 I9,12
O A
E X7,12
Laboratorium 8
I O3,9
A2 E13
X7,11,12 Stasiun penerimaan
bahan baku 1
I O3
A1,3 E
X7,11,12 Gudang bahan baku
2 I
O A5
E X7,11
Gudang produk jadi 6
I O3,4
A2,4 E
X7,11 Ruang produksi
3 I
O1,5,6,8
60
Setelah dianalisis hubungan keterkaitan antar aktivitas dan dibuat bagan dan diagram keterkaitan antar aktivitas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis kebutuhan ruang yang diperlukan.
Kebutuhan luasan ruang produksi tergantung pada jumlah mesinperalatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana lain yang mendukung kegiatan
produksi yang bersangkutan. Jumlah mesin atau tenaga kerja tergantung pada tingkat produksi secara keseluruhan dan tingkat produksi pada setiap tahapan kegiatan produksi.
Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan mempunyai sistem kerja yang otomatis dan berteknologi tinggi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak dan harus terampil, ahli dan
mengerti dengan baik proses yang berjalan. Pada Tabel 5.4 disajikan kebutuhan ruang produksi.
Kebutuhan luasan ruang pabrik industri cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.4. Kebutuhan ruang produksi
No Nama Ruang
Jumlah Sub total
m
2
Total x 150
Mesin Operator
1. Stasiun penerimaan bahan baku
- -
100 150
1. Gudang bahan baku
- -
100 150
2. Gudang produk jadi
- -
100 150
3. Ruang produksi
Pencampuran, pemastaan, dan homogenisasi
1 2
20 30
Tempering 1
2 20
30 Pencetakan
1 2
100 150
4. Ruang pendinginan
1 2
20 30
5. Ruang pengemasan
1 2
20 30
Total 5
10 480
720 Area kelonggaran ditentukan sebesar 150 . Kelonggaran 150 ini disediakan untuk kegiatan
penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, kolom, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.
Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas ruang untuk mesin atau peralatan dapat ditentukan. Salah satu metode dalam menentukan luasan ruang
produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan proses operasi.
61
Tabel 5.5. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri cokelat batangan
No. Lokasi
Luas m
2
1. Ruang produksi
720 2.
Ruang non produksi a. Kantor
200 b. Laboratorium
100 c. Pengolahan limbah
60 d. Toilet
40 e. Kantin
60 3.
Lain-lain a. Parkir
500 b. Jalan
120 c. Lahan terbuka
200 Total
2.000
62
Stasiun Penerimaan Bahan Baku dan
Penunjang
Gudang Bahan Baku dan
Penunjang
Laboratorium
Ruang Produksi
Ruang Pendinginan
Ruang Pengemasan
Gud a
n g
P rod
u k
J a
d i
Kantor Unit Pengelolaan
Limbah
T o
ile t
K a
n tin
Parkir
Gerbang Depan Gerbang Belakang
48.0 in. x 24.0 in. 24.0 in. x
24.0 in.
Receptionist
B
B B
a a
a
a
a a
Gambar 5.12. Tata letak industri cokelat batangan
80 m 25 m
17 m
60 m
10 m
6 m
5 m
6 m 8 m
10 m
63
5.6. Aspek Lingkungan