77
Tabel 7.3. Proyeksi laba rugi penjualan cokelat batangan dalam 10 tahun produksi
Tahun ke-
Total Penerimaan
Rp Total
Pengeluaran Rp
EBIT Rp Pajak
Penghasilan Rp
Laba Bersih Rp
1 9.120.729.600
9.081.536.260 39.193.340
10.974.135 28.219.205
2 11.400.912.000
10.561.976.260 838.935.740
234.902.007 604.033.733
3 13.681.094.400
12.042.416.260 1.638.678.140
458.829.879 1.179.848.261
4 15.961.276.800
13.522.856.260 2.438.420.540
682.757.751 1.755.662.789
5 18.241.459.200
15.003.296.260 3.238.162.940
906.685.623 2.331.477.317
6 20.521.641.600
16.483.736.260 4.037.905.340
1.130.613.495 2.907.291.845
7 22.801.824.000
17.964.176.260 4.837.647.740
1.354.541.367 3.483.106.373
8 22.801.824.000
17.964.176.260 4.837.647.740
1.354.541.367 3.483.106.373
9 22.801.824.000
17.964.176.260 4.837.647.740
1.354.541.367 3.483.106.373
10 22.801.824.000
17.964.176.260 4.837.647.740
1.354.541.367 3.483.106.373
7.6. Proyeksi Arus Kas
Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokan menjadi tiga, yaitu aliran kas awal initial cash flow,
aliran kas periode operasi operational cash flow, dan aliran kas terminal terminal cash flow Soeharto, 2000.
Aliran kas masuk terdiri dari laba bersih dan depresiasi operational cash flow. Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja initial cash flow, dan nilai sisa investasi terminal cash
flow . Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya.
Proyeksi arus kas industri cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 7.4 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 9.
78
Tabel 7.4. Proyeksi arus kas industri cokelat batangan
Tahun ke-
Total Kas Masuk Rp
Total Kas Keluar Rp
Aliran Kas Bersih Rp
6.737.746.660 6.737.746.660
1 368.288.765
228.018.240 140.270.525
2 944.103.293
228.018.240 716.085.053
3 1.519.917.821
328.368.240 1.191.549.581
4 2.095.732.349
228.018.240 1.867.714.109
5 2.671.546.877
1.781.028.540 890.518.337
6 3.247.361.405
328.368.240 2.918.993.165
7 3.823.175.933
3.823.175.933 8
3.823.175.933 3.823.175.933
9 3.823.175.933
100.350.000 3.722.825.933
10 3.823.175.933
4.855.214.100 8.678.390.033
7.7. Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value NPV, Internal Rate of Return
IRR, Net BC, Pay Back Period PBP, Break Even Point BEP, analisis sensitivitas, dan risiko nilai tukar. Perhitungan kriteria-kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih
net cash flow pada proyeksi arus kas. Bunga modal yang digunakan sebesar 12. Berdasarkan proyeksi arus uang tersebut dapat dihitung berbagai kriteria investasi.
7.7.1. Net Present Value NPV
Net Present Value NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya
dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan bersih selama 10 tahun setelah dikalikan discount factor yang dihitung pada masa kini. Berdasarkan
investasi metode NPV, suatu investasi dikatakan layak untuk dijalankan jika nilainya lebih besar dari
nol. Rincian mengenai perhitungan NPV industri ini dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 10, nilai NPV menunjukkan angka positif, yaitu Rp.
5.387.822.787,- pada discount factor 12 per tahun dengan umur investasi 10 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam perusahaan sepanjang 10 tahun ke depan memperoleh
manfaat bersih menurut nilai uang sekarang sebesar Rp. 5.387.822.787,-. Perhitungan rinci untuk
memperoleh nilai NPV tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10. 7.7.2.
Internal Rete of Return IRR
Internal Rete of Return IRR adalah discount factor pada saat NPV sama dengan nol dan
dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah discount factor, yaitu ditetapkan sebesar 12. Jika nilai IRR lebih
besar dibandingkan discount factor, maka usaha dinyatakan layak. IRR pada industri ini sebesar 22
79
yang berarti bahwa pendirian pabrik cokelat batangan layak untuk dilaksanakan. Perhitungan nilai
IRR dapat dilihat pada Lampiran 10. 7.7.3.
Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net Benefit Cost Ratio , yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan
nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value dari net benefit yang bernilai negatif. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net
BC nya lebih besar atau sama dengan satu. Dari hasil perhitungan Net BC kegiatan investasi produksi cokelat batangan diperoleh nilai sebesar 1,80, yaitu setiap investasi Rp. 1,- yang dikeluarkan
sekarang pada tingkat discount factor 12 akan memperoleh keuntungan bersih Rp. 1,80,-. Perincian
nilai Net BC disajikan pada Lampiran 10. 7.7.4.
Payback Period PBP
PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka
waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Dalam penentuan PBP dilakukan dengan cara
discounted . Dari hasil perhitungan PBP investasi produksi cokelat batangan diperoleh 5,66 tahun yaitu
investasi yang ditanam akan kembali setelah sekitar 5 tahun 8 bulan. Perincian PBP dapat dilihat pada
Lampiran 10. 7.7.5.
Break Even Point BEP
Titik impas atau Break Even Point atau titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang
sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dalam penentuan BEP dilakukan dengan cara discounted BEP. Titik impas selama umur proyek industri cokelat batangan ini berada pada
penjualan saat harga jual cokelat batangan Rp. 8.722,-. Titik impas selama umur proyek dalam bentuk unit, yaitu berada pada saat produksi cokelat batangan sebesar 7.652 kotak.
7.8. Analisis Sensitivitas
Kelayakan proyek dibuat berdasarkan sejumlah asumsi yang disebabkan banyaknya faktor ketidakpastian mengenai kondisi dan situasi di masa depan. Perubahan asumsi yang digunakan akan
berpengaruh pula terhadap keputusan akan layak atau tidaknya proyek. Karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas yang mengkaji sejauh mana unsur-unsur dalam aspek finansial ekonomi
berpengaruh terhadap keputusan yang diambil terhadap perubahan unsur-unsur tertentu. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan-perubahan harga baik
yang terjadi pada sektor penerimaan maupun pengeluaran. Variabel yang diubah pada analisis sensitivitas antara lain harga bahan baku dan harga jual cokelat batangan.
Apabila harga bahan baku mengalami peningkatan sebesar 14, maka industri cokelat batangan ini masih dapat dijalankan namun proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
opportunity cost faktor produksi modal berada pada titik impas atau netral dengan nilai NPV sama
dengan Rp. 0,-, IRR sebesar 12, dan Net BC sama dengan 1,00. Namun, apabila terjadi peningkatan harga bahan baku di atas 14, maka industri ini menjadi tidak layak untuk didirikan. Rincian analisis
sensitivitas ditunjukkan pada Tabel 7.5, sedangkan perhitungan analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Lampiran 11.
80
Tabel 7.5. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku Kriteria Kelayakan
Basis Naik 14
NPV Rp 5.387.822.787
PBP Tahun 5,66
7,67 Net BC
1,80 1,00
IRR 22
12 Apabila harga jual cokelat batangan mengalami penurunan sebesar 8, maka industri cokelat
batangan ini masih dapat dijalankan proyek berada pada titik impas atau netral dengan nilai NPV sama dengan Rp. 0,-, IRR sebesar 12, dan Net BC sama dengan 1,00. Namun, apabila terjadi
penurunan harga jual di atas 8, maka industri ini menjadi tidak layak untuk dijalankan. Rincian
analisis sensitivitas ditunjukkan pada Tabel 7.6, sedangkan perhitungan analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Lampiran 12.
Tabel 7.6. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual cokelat batangan Kriteria Kelayakan
Basis Turun 8
NPV Rp 5.387.822.787
PBP Tahun 5,66
7,64 Net BC
1,80 1,00
IRR 22
12
7.9. Risiko Nilai Tukar