15 penataan eksterior dan interior ruangan, urutan prioritas kelima adalah kecepatan
penyajian, kecepatan transaksi dan keramahan dan kesopanan pramusaji, urutan prioritas keenam adalah porsi makanan dan minuman, serta urutan prioritas yang
terakhir adalah tampilan menu dan penampilan pramusaji. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik urutan prioritas yang harus dipenuhi Restoran
Pringjajar adalah pelayanan, pemasakan, penyimpanan bahan baku, preparasi, suplai bahan baku, pencucian dan pembersihan ruangan. Bobot relatif persyaratan
teknik tidak berbeda urutan prioritasnya dengan bobot absolkut persyaratan teknik.
2.3 Tinjauan Empiris Analisis Sensitivitas Harga
Sinaga 2006 melakukan penelitian mengenai analisis sensitivitas harga dan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian konsumen terhadap harga ayam
panggang dan steak di restoran “MP” Bogor. Salah satu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sensitivitas harga ayam panggang dan
steak di Restoran Macaroni Panggang. Penelitian ini dilakukan di Restoran Macaroni Panggang Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-
Juni 2006. Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan
pengamatan di lapangan, wawancara, dan kuesioner kepada pengelola restoran, konsumen, serta pelanggan. Data sekunder didapatkan dari pustaka dan literatur,
buku yang relevan dengan penelitian ini, baik yang berasal dari Restoran Macaroni Panggang maupun instansi lain sperti Badan Pusat Statistik BPS,
Dinas Pariwisata, dan lain-lain. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunkan Analisis Sensitivitas Harga untuk melihat rentang harga yang wajar terhadap produk-produk Restoran Macaroni Panggang. Berdasarkan Analisis
Sensitivitas Harga, harga ayam panggang, sirloin steak dan tenderloin steak saat ini berada pada rentang optimum yang dapat diterima yaitu antara harga minimum
dan optimum. Pada rentang ini responden membeli ayam panggang tanpa meragukan kualitasnya.
Solihin 2009 melakukan penelitian mengenai kepuasan dan sensitivitas harga makanan tradisional gepuk karuhun khas Bogor di Resto Karuhun PT
16 Anofood Prima Nusantara Bogor. Hasil analisis sensitivitas harga produk gepuk
karuhun dibedakan berdasarkan ukuran kemasan. Kemasan besar memiliki tingkat harga tertinggi MEP sebesar Rp. 94.588 dan tingkat harga terendah MCP
sebesar Rp. 56.136. Tingkat harga tertinggi MEP untuk kemasan kecil sebesar Rp. 54.434 dan tingkat harga terendah MCP sebesar 27.497. Tingkat harga
tertinggi MEP gepuk per porsinya berada pada harga Rp. 11.342 dan rentang harga terendah MCP sebesar Rp. 5.586. Harga jual gepuk yang dapat diterima
konsumen berada dalam rentang harga minimum IPP dan harga optimum OPP berada pada rentang harga kemasan besar Rp. 78.403 – Rp. 87.500 dan kemasan
kecil Rp. 38.951 – Rp. 47.500 serta per porsi Rp 7.513 – Rp.9500. Hasil beberapa studi literatur pada penelitian terdahulu terdapat beberapa
kesamaan yaitu komoditas padi, beberapa atribut benih padi, dan kesamaan penggunaan alat analisis. Atribut benih padi yang digunakan dalam penelitian
terdahulu meliputi umur tanaman, produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, tahan rebah, rasa nasi, aroma nasi, tingkat kepulenan nasi, warna beras,
jumlah anakan produktif, daya berkecambah, tingkat kerontokan gabah, rendemen gabah menjadi beras, dan patahan beras, namun pada penelitian ini ditambahkan
beberapa atribut lainnya seperti tingkat kerontokan gabah pada saat panen dan pengangkutan, tingkat kerontokan gabah pada saat penggebotan, karakteristik
batang, warna daun, jumlah gabah per malai, ukuran benih, dan bentuk gabah. Perbedaan pada atribut penelitian ini juga terlihat pada atribut-atribut di luar
atribut fisik tanaman. Penelitian ini tidak menggunakan atribut harga benih, harga gabah kering giling, ketersediaan benih, dan sertifikasi, namun peneliti
menggunakan analisis sensitivitas harga untuk melihat bagaimana rentang harga yang dapat diterima petani terhadap harga benih varietas unggul hibrida. Secara
ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis