Definisi Operasional METODE PENELITIAN

46

4.5 Definisi Operasional

1. Atribut : karakteristik atau cirri-ciri yang dimiliki oleh suatu produk. 2. Anakan produktif : rata-rata jumlah anakan yang mampu menghasilkan malai per rumpun dari total rumpun yang berada pada luasan 1 m 2 . 3. Benih : biji yang telah dipilih dan dipersiapkan sebagai bahan penanaman. 4. Butir hampa: butir gabah yang tidak berkembang sempurna, tetapi kedua tangkup sekamnya utuh dan tidak berisi butir beras. Komponen yang termasuk ke dalam butir hampa adalah gabah yang kedua tangkup sekamnya masih utuh, tetapi butir berasnya tidak ada karena serangan hama atau sebab lain. Butir gabah setengah hampa termasuk ke dalam butir gabah hampa. 5. Beras patah : butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran kurang dari 6 per 10 bagian, tetapi lebih besar dari 2 per 10 bagian panjang rata-rata butir beras utuh. 6. Bentuk tanaman : penampakan tegakan rumpun tanaman yang didasarkan atas besar sudut yang dibentuk antara batang-batang anakan dengan garis imaginer yang berada di tengah-tengah rumpun dan tegak lurus dengan bidang permukaan tanah. 7. Bentuk gabah : hasil pengamatan terhadap panjang dan lebar gabah. 8. Bobot 1000 butir : bobot 1000 butir gabah bernas pada kandungan air gabah 14 persen. 9. Daun bendera : daun yang terakhir keluar dari batang, membungkus malai atau bunga padi pada saat fase bunting. 10. Genotipe : susunan genetik individu. 11. Galur murni : galur yang dihasilkan melalui seleksi dan persilangan dalam beberapa generasi. 12. Gabah kering giling : gabah kering giling dengan kadar air 14 persen. 13. Hibrida : generasi pertama F 1 dari persilangan sepasang atau lebih tetua yang mempunyai sifat-sifat unggul. 14. Heterosis : kecenderungan F 1 untuk tampil lebih unggul dibanding dua tetuanya. 47 15. House of Quality HOQ : matriks berbentuk rumah yang menghubungkan apa yang diinginkan konsumen what dan bagaimana suatu produk akan diproduksi how agar mampu memenuhi keinginan konsumen. 16. Indeks glikemik : tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG rendah. Nilai IG dikelompokkan menjadi IG rendah 55, sedang 55-70, dan tinggi 70. Beras IG rendah baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam melaksanakan diet. 17. Inovasi teknologi : aktivitas untuk membawa hasil penelitian dan perekayasaan kepada pengguna atau pasar. 18. Ideotipe : tipe tanaman ideal yang diinginkan konsumen. 19. Kerontokan : ukuran mudah tidaknya gabah rontok ketika malai digenggam dengan tangan. 20. Kerebahan : diukur pada fase masak biji untuk melihat posisi ketegakan tanaman pada seluruh plot. Diklasifikasikan berdasarkan skor yaitu : tahan tidak ada yang rebah, agak tahan sebagian besar tanaman agak rebah, agak rentan sebagian besar tanaman agak rebah, lemah sebagian besar tanaman rebah, hampir rata dengan tanah, dan sangat lemah seluruh tanaman rebah, rata dengan tanah. 21. Kadar air gabah : jumlah kandungan air di dalam butir gabah yang dinyatakan dalam persen dari berat basah wet basis. 22. Ketahanan terhadap hama dan penyakit utama: respon tanaman terhadap serangan hama dan penyakit yang saat ini diklasifikasikan sebagai hama atau penyakit yang paling destruktif merusak tanaman padi. Penilaian ketahanan termaksud didasarkan atas hasil pengujian di laboratorium. 23. Leher malai : dinilai dari proporsi leher malai yang keluar dari pelepah, dengan kelas penampilan yaitu muncul sempurna, muncul-muncul sempurna, muncul, sebagian muncul, tidak muncultertutup. 24. Pemuliaan tanaman : suatu cara atau kegiatan memperbaiki sifat-sifat tanaman agar tanaman tersebut menjadi lebih bermanfaat. 25. Potensi hasil : hasil tertinggi yang pernah dicapai pada suatu daerah tertentu. 48 26. Rata-rata hasil : hasil rata-rata dari berbagai lokasi pengujian yang pernah dilaksanakan. 27. Produktivitas : rata-rata hasil panen aktual gabah kering giling per ha. 28. Rendemen giling : kriteria utama dalam penetapan mutu gabah karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, yaitu menentukan besarnya jumlah beras yang dihasilkan. Rendemen beras giling mencakup rendemen beras kepala dan rendemen total beras giling. 29. Sudut daun bendera : sudut daun yang diukur dari titik peletakan daun bendera terhadap tangkai malai, dikelompokkan menjadi empat yaitu tegak kurang dari 30 derajat, agak tegaksedang 45 derajat, mendatar 90 derajat, dan terkulai lebih dari 90 derajat. 30. Tingkat kebutuhan pupuk anorganik : jumlah optimal kebutuhan pupuk anorganik yang dibutuhkan oleh suatu varietas padi. 31. Tinggi tanaman : tinggi dari permukaan tanah sampai ujung malai paling panjang. 32. Tekstur nasi : umumnya dinyatakan dalam bentuk pernyataan pulen atau pera. 33. Umur tanaman : umur varietas sejak sebar sampai matang fisiologis ± 75 persen biji dalam semua malai tanam 34. Varietas : kelompok genotipe terpilih yang memiliki sifat unggul, dengan ciri- ciri, khusus, sehingga dapat dibedakan dari varietas lainnya, bersifat seragam uniform dan ciri khusus tersebut stabil. 35. Warna daun : warna helaian daun pertama setelah daun bendera dikelompokkan menjadi hijau pucat, hijau, hijau tua, ungu pada ujung, ungu pada bagian garis tepi daun, campuran antara ungu dan hijau, ungu seluruhnya. Pengamatan dilakukan pada akhir fase vegetatif.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong

Kecamatan Cigombong adalah salah satu organisasi perangkat daerah di Kabupaten Bogor dengan kondisi bentangan lahan daratan dan berbukit, terletak pada ketinggian 536 meter Dpl dengan curah hujan rata-rata 2.150 – 2.650 mm per tahun dan suhu antara 24 ◦C – 31 ◦C. Batas wilayah Kecamatan Cigombong, yaitu : Sebelah utara : Kecamatan Cijeruk Sebelah selatan : Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Sebelah barat : Kecamatan Taman Sari Sebelah Timur : Kecamatan Caringin Kecamatan Cigombong merupakan wilayah pengembangan pertanian yang memiliki produksi padi rata-rata 3.229,6 ton per hektar, produksi pertanian tanaman pangan lainnya yang menonjol adalah palawija jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang panjang, ubi jalar, dan mentimun. Produksi buah-buahan yang menonjol yaitu pepaya, mangga, belimbing, alpukat, dan jeruk. Luas wilayah Kecamatan Cigombong adalah 4.402,519 hektar yang terdiri dari 2 hektar sawah dengan irigasi teknis; 210,8 hektar sawah dengan pengairan setengah teknis; 276,662 hektar sawah dengan irigasi sederhana; 50 hektar sawah tadah hujan; 312,5 hektar ladangtegalan; 95 hektar perkebunan; 19,3 hektar perikanan daratair tawar; dan sisa lahan lainnya digunakan untuk pemukiman serta fasilitas umum Monografi Kecamatan Cigombong, 2011.

5.2 Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk Kecamatan Cigombong

Kecamatan Cigombong terdiri dari 9 desa, 80 RW, 287 RT, dan 21.562 KK. Jumlah penduduk pada akhir desember 2010 adalah 82.042 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 41.848 jiwa dan perempuan sebanyak 40.194 jiwa. Angkatan kerja penduduk terdiri dari 50.519 jiwa termasuk dalam usia produktif dan 16.580 jiwa termasuk dalam usia tidak produktif. Sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan tamat SDsederajat yaitu 24.250 jiwa, sebanyak 13.375 jiwa merupakan lulusan SMPsederajat, sebanyak 9.698 jiwa merupakan lulusan SMAsederajat, sebanyak 1.045 jiwa merupakan lulusan D1, sebanyak 1.457 jiwa merupakan lulusan D2, sebanyak 289 jiwa merupakan lulusan D3, sebanyak 8

Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Qfd); (Studi Kasus Japanese Mathematics Center Sakamoto Method Cabang Multatuli Medan)

8 152 80

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Penerapan metode Quality Function Deployment (QFD) dan analisis sensitivitas harga pada pengembangan padi varietas unggul hibrida

1 9 174

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

1 10 174

Pengembangan Kualitas Padi Varietas Unggul Hibrida dengan Pendekatan Quality Function Deployment (QFD) di Jawa Barat

0 3 32