II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Empiris Padi Hibrida
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007b mendefinisikan bahwa hibrida adalah turunan pertama F
1
dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan
varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuanya. Heterosis tersebut dapat
muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil. Perakitan padi hibrida di Indonesia
dilakukan dengan menggunakan tiga galur, yaitu galur mandul jantan GMJ atau CMS atau A, galur pelestari atau mantainer B, dan galur pemulih kesuburan
atau restorer R. Galur B dan galur R memiliki tepung sari normal fertil sehingga mampu menghasilkan benihnya sendiri. GMJ bersifat mandul jantan
sehingga hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki oleh tepung sari dari tanaman lain. GMJ bila diserbuki oleh galur B pasangannya menghasilkan benih
GMJ lagi, sedangkan bila diserbuki oleh galur R akan menghasilkan benih F1 hibrida. Hingga tahun 2011 ada 42 varietas benih padi hibrida yang telah
dikeluarkan, terdiri dari 17 varietas benih padi hibrida yang dikeluarkan oleh BB Padi dan 12 varietas diantaranya telah dilisensi oleh perusahaan swata serta 25
varietas benih padi hibrida lainnya dikeluarkan oleh perusahaan swasta Lampiran 3.
Departemen Pertanian 2008 menyatakan keunggulan padi hibrida antara lain : 1 memiliki hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul inbrida; 2
vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma; 3 keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang
lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi; 4 keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem
perakaran yang lebih banyak dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi. Kelemahan padi hibrida antara lain : 1 harga benih yang mahal, 2 petani harus
membeli benih yang baru setiap kali tanam karena benih hasil sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya, 3 tidak setiap galur atau varietas
dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Tetua jantan hanya terbatas pada galur
11 atau varietas yang mempunyai gen R atau yang termasuk restorer saja, 4
produksi benih rumit; 5 memerlukan areal pertanaman dengan syarat tumbuh tertentu.
Sumarno et al 2008 menyatakan bahwa benih padi varietas hibrida dibandingkan dengan padi inbrida berbeda dari segi kontruksi genetiknya, harga
benih, dan status biji turunan F
2
bila akan dijadikan benih lagi. Pembentukan varietas hibrida didasari oleh adanya gejala heterosis, yaitu penampilan
produktivitas F
1
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetuanya atau varietas murni inbrida, peningkatan produksi atas varietas hibrida dilaporkan sekitar 20
persen. Perbedaan antara padi hibrida dan padi inbrida dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan antara Padi Varietas Hibrida dan Varietas Inbrida
Bentuk Varietas
golongan Cara
Penyerbukan Konstruksi
Genotipe Fenotipe
Cara Perbanyakan
Benih
Lini murni Inbrida
sendiri homozigot seragam
benih keturunan
Hibrida F
1
silang heterozigot seragam
silangan baru
Perbedaan harga benih padi hibrida dengan benih padi inbrida disebabkan produksi benih padi hibrida masih rendah. Sumarno et al 2008 menyatakan
bahwa produksi benih padi hibrida di Indonesia baru mencapai 1000 kg per hektar, sebagai perbandingan produksi benih padi varietas unggul murni seperti
varietas Ciherang mampu mencapai 4.000 – 5.000 kg per hektar. Hal inilah yang menjadi alasan harga jual benih padi hibrida lebih mahal, 700 – 800 persen lebih
tinggi dari harga benih padi varietas murni inbrida. Produksi benih padi hibrida di Cina mampu mencapai 2.500 kg per hektar.
Penelitian yang dilakukan oleh Chanifah 2009 mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida di Kecamatan Pamijahan
Kabupaten Bogor bertujuan untuk menganalisis karakteristik serta proses pengambilan keputusan petani padi, menganalisis sikap dan kepuasan petani
terhadap atribut benih padi hibrida dan merekomendasikan alternatif strategi kebijakan yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan petani terhadap atribut
12 benih padi hibrida. Alat analisis yang digunakan yaitu model Fishbein, analisis
peta persepsi menggunakan alat perceptual mapping, analisis positioning menggunakan Biplot dan analisis kepuasan menggunakan Customer Satisfaction
Index CSI. Menurut penelitian ini, responden pengguna padi hibrida Bernas Super
kurang menyukai atas kinerja atribut-atributnya. Atribut yang kurang disukai adalah harga benih yang sangat mahal, benih jarang tersedia, rentan terhadap
penyakit, harga jual GKG murah, masa panen tidak seragam dan produktivitasnya biasa. Sebagian besar atribut Bernas Super berada pada posisi paling rendah dan
dipersepsikan kurang baik dibanding Ciherang dan Situ Bagendit. Penciri utama Bernas Super terletak pada jumlah anakan produktif yang banyak namun memiliki
kelemahan pada atribut masa panen tidak seragam, rentan hama penyakit, harga benih mahal, harga jual GKG murah, ketersediaan benih jarang dan
produktivitasnya biasa. Responden memiliki tingkat kepuasan yang paling tinggi pada benih padi VUB dibandingkan benih padi hibrida dan tingkat kepuasan
paling rendah diperoleh benih padi hibrida Bernas Super. Manalu 2010 melakukan penelitian mengenai analisis sikap dan
kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Baros Kota Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik petani dan proses
pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida Bernas Prima, menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima, dan
menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis Cochran, analisis
Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan Consumer Satisfaction Index CSI.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih padi varietas Ciherang lebih disukai oleh petani dan diangap lebih mampu memenuhi harapan dan
kebutuhan petani responden. Benih padi varietas Bernas Prima hibrida memiliki keunggulan pada atribut umur tanaman panen, produktivitas hasil panen,
sertifikasi benih dan tahan rebah tanaman. Benih padi varietas ciherang dianggap memiliki keunggulan pada atribut sertifikasi benih, ketersediaan benih di pasar,
harga benih, rasa nasi, patahan beras, ketahanan hama penyakit, harga jual gabah
13 kering giling. Sedangkan varietas Sintanur hanya memiliki keunggulan pada
atribut kerontokan benih. Penciri utama benih padi hibrida Bernas Prima adalah atribut produktifitas benih tersebut. Tingkat kepuasan petani terhadap padi hibrida
Bernas Prima berada pada indeks puas dengan skor 66 persen yang berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu diperbaiki.
Basuki 2008 melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menanam padi
hibrida. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani padi hibrida pada
musim rendeng 20062007 memberikan keuntungan pendapatan yang lebih kecil daripada usahatani padi inbrida pada waktu dan tempat yang sama. RC usahatani
padi inbrida yang lebih besar daripada RC usahatani padi hibrida menandakan bahwa usahatani padi inbrida lebih efisien daripada usahatani padi hibrida. Hasil
analisis regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida menunjukkan bahwa ada empat variabel yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan benih padi hibrida di Kecamatan Cibuaya yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan usahatani padi
terhadap pendapatan total, dan umur. Semakin luas lahan yang digarap maka kemungkinan petani untuk mengadopsi padi hibrida semakin tinggi. Petani
penggarap bukan pemilik tanah ternyata mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk menggunakan benih padi hibrida. Semakin tinggi rasio pendapatan
usahatani padi terhadap pendapatan total, semakin kecil kemungkinan petani untuk menggunakan benih padi hibrida. Semakin tua petani maka kemungkinan
petani untuk menanam padi hibrida semakin kecil.
2.2 Tinjauan Empiris