4.1.3. Bentuk Badan Usaha
PG Gempolkrep merupakan BUMN dibawah naungan Kementerian BUMN Republik Indonesia. Sebagai salah satu Unit Usaha Strategi UUS
Gula milik PT. Perkebunan Nusantara X Persero dari 11 sebelas PG yang tersebar di wilayah Jawa Timur diberi otonomi untuk mengelola
pabriknya, dengan catatan segala strategi dan kebijakan yang dijalankan
tidak bertentangan dengan strategi utama yang dibuat perusahaan induk. 4.1.4. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
PG Gempolkrep merupakan salah satu Unit Usaha Strategi UUS Gula milik PT. Perkebunan Nusantara X Persero, maka dalam
pelaksanaannya menjalankan Visi, Misi dan Tujuan PT. Perkebunan Nusantara X Persero khusus UUS Gula adalah;
Visi :
Menjadi perusahaan agribisnis berbasis perkebunan yang termuka di Indonesia, yang tumbuh dan berkembang bersama
mitra. Misi
: 1. Berkomitmen menghasilakan produk berbasis bahan baku tebu yang berdaya saing tinggi untuk pasar domestik dan
Internasional. 2. Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai
perusahaan bagi
kepuasan stakeholder
melalui kepemimpinan, inovasi dan kerjasama tim, serta organisasi
yang efektif.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Tujuan : Melakukan Usaha di bidang Agrobisnis serta optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya perseroan untuk menghasilakan barang danjasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat,
dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas
sesuai yang tercantum dalam Anggaran Dasar No.47 tanggal 13 Agustus 2008.
4.1.5. Karakteristik Usaha
PG Gempolkrep
merupakan perusahaan
musiman yang
pendapatan utamanya diperoleh pada musim giling. Musim giling ini berlangsung beberapa bulan dalam setahun, biasanya bulan Mei sampai
November. Sedangkan untuk tahun 2010 awal giling dimulai tanggal 8 Mei 2010, dengan kapasitas giling 6.000 TCD berupaya kapasitas per jamnya
290,0 TCH. Produk utama yang dihasilkan adalah Gula SHS Superior High
Sugar dan tetes dari bahan baku tanaman tebu dengan kualitas produk; a. Gula, ICUMSA = 150 IU dengan gram butiran 1,08 mm
b. Tetes, TSAI = 55,8 Bahan baku tanaman tebu diperoleh dari lahan dengan status
kepemilikan; a. Tebu sendiri yang berasal dari lahan Hak Guna Usaha HGU atau
istilah umumnya Tebu Sendiri TS seluas ± 5 dari keseluruhan lahan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
b. Tebu yang berasal dari petani atau istilah umumnya Tebu Rakyat TR seluas ± 90 dari keseluruhan lahan tanaman tebu.
Tabel 10. Data Luas Lahan TS dan TR PG Gempolkrep Tahun 2003-2010
Uraian
Tahun 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
Luas TS Ha
240,784 159,626
203,404 174,213 359,350 315,644 368,521 287,951
Luas TR Ha
8.625,147 8.778,291 10.207,073 9.404,068 11.432,200 10.605,239 9.985,366 12.306,457
Total
8.865,931 8.937,917 10.410,477 9.578,281 11.791,550 10.920,883 10.353,887 12.594,408
Sumber : Data Olahan Bagian Tanaman PG Gempolkrep, 2011 Hasil produksi gula PG Gempolkrep adalah produk milik PT.
Perkebunan Nusantara X Persero dipasarkan didalam negeri dengan sistem penjualan bagi hasil antara PT. Perkebunan Nusantara X Persero
dan petani dengan dasar tingkat rendemen sama dengan 7. Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu
yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 7 , artinya adalah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula
akan diperoleh gula sebanyak 7 kg. Ada 3 macam rendemen Anonim, 2011
c
, yaitu : 1. Rendemen Contoh
Rendemen ini merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum.
Dengan kata lain rendemen contoh adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga
dapat diketahui waktu tebang yang tepat dan waktu tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Rendemen Sementara Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,
namun sifatnya masih sementara. Hal ini untuk memenuhi ketentuan instruksi agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah
tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai waktu giling namun pemberitahuannya melalui perhitungan
rendemen sementara. Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan
mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium dengan tujuan mengetahui berapa besar rendemen
sementara tersebut. Pada PG Gempolkrep pengambilan dan pengujian rendemen
dilakukan oleh Divisi Quality Control QC yang sifatnya independent. Jadi tidak ada tekanan dari manajemen PG maupun tuntutan petani pemilik
tebu. Bila diperlukan petani diperbolehkan mengikuti proses pengujian rendemen di laboratorium QC.
3. Rendemen Efektif Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen
terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rendemen
efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170
hari, maka jumlah periode giling adalah 17015 = 12 periode. Hal ini berarti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
terdapat 12 kali rendemen nyataefektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.
Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula. Pada PG Gempolkrep Perhitungan Bagi
Hasil Efektif PBHE tingkat rendemen 7 pembagiannya sebesar 66 untuk petani dan 34 untuk PTPN, sedangkan rendemen
7 pembagiannya sebesar 70 untuk petani dan 30 untuk PTPN.
Sedangkan untuk pembagian tetes pada awal giling hingga tanggal 16 September 2010 bagian petani 2,75 kg kuintal tebu dan pada tanggal 17
September 2010 hingga akhir giling sebesar 3,00 kg kuintal tebu yang digiling. Pembagian ini sudah menguntungkan petani karena pada tahun
sebelumnya, petani hanya mendapatkan 2,50 kgkuintal tebu. Atau dapat dilihat pada Tabel 11. sebagai berikut :
Tabel 11. Pembagian Prosentase Tebu dan Tetes Berdasarkan Perhitungan Bagi Hasil Efektif PBHE Antara Petani Tebu dan
PTPN X Persero Tahun 2010
Uraian Petani Tebu
PTPN X Persero
rendemen 7
rendemen 7
rendemen 7
rendemen 7
Tebu 66
70 34
30 Tetes tidak
berdasarkan rendemen
gula
yang dihasilkan
Awal giling
s.d 16
Sept’10 2,75 kgku
tebu yang digiling
Selebihnya setelah pengurangan dari bagian
petani tebu 17
Sept’10 s.d
akhir giling
3,00 kg ku tebu yang
digiling Sumber : Data Olahan Bagian TU Hasil PG Gempolkrep, 2011
Produksi gula milik petani dilakukan penjualan sendiri secara lelang atau penjualan langsung yang dikoordinir masing-masing APTR dan
Koperasi dengan pembeli yang disebut investor. PTPN X hanya bersifat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
fasilitator dalam menyiapkan tempat pelelangan atau Kantor Penjualan Bersama KPB di Kota Surabaya. Investor adalah pihak yang memberi
dana talangan sementara sebelum gula tersebut dibeli. Hal ini dapat meningkatkan posisi tawar petani dengan jaminan fidusia tanaman tebu
itu sendiri yang ditanam. Dana talangan dari investor harus diatas atau minimum sama dengan HPP Harga Patokan Petani yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Berdasarkan Tabel 11. dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Bila petani memiliki 100 kg tebu dengan rendemen 7, maka yang didapatkan petani tersebut 70 dari 7 kg gula atau sebesar 4,9 kg.
Petani mendapatkan bagiannya dalam 2 bentuk yaitu uang tunai dan natura gula yang dihasilkan. Jika harga lelang sesuai HPP tahun 2010
sebesar Rp. 6.350,- maka petani mendapat uang sebesar Rp. 28.003,5 dan gula sebanyak 490 gram 10 dari 4,9 kg.
4.2. Profil Tentang Informan Penelitian