Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kabupaten Mojokerto berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto No.11
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Mojokerto mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Tugas Pokok Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan di bidang bina marga. 2. Fungsi
a. Perumusan kebijakan teknis bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.3. Kerangka Pemikiran
Salah satu industri penting yang didukung oleh sektor pertanian adalah industri gula. Didalam pengadaan gula melibatkan berbagai pihak
yaitu pemerintah, pengusaha, peneliti, pabrik gula dan petani. Keberpihakan pemerintah terhadap industri gula sangat beralasan, karena
gula mempunyai peran yang sangat strategis terutama sebagai bahan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
makanan sumber kalori seperti halnya beras, jagung dan umbi-umbian. Berarti juga merupakan keberpihakan terhadap agribisnis tebu.
Negara Indonesia menempatkan gula yang berbahan dasar dari tanaman tebu sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan
masyarakat utama setelah beras, yang mana keberadaannya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat banyak dan kas negara melalui
pajak dan cukai. Keterkaitan gula dengan industri sekunder terutama dari aspek investasi dan penyerapan tenaga kerja yang dapat mendorong
tumbuhnya industri makanan-minuman, perubahan dalam siklus produksi, konsumsi dan pemasaran dapat mengundang timbulnya bermacam
gejolak dalam masyarakat baik sosial, ekonomi maupun politis. Secara umum permasalahan pergulaan yang dihadapi oleh industri
gula sangat kompleks baik dari on-farm maupun off-farm. Peran kelembagaan salah satunya dapat menjawab solusi permasalahan
tersebut. Ketidakefisiensian struktur ekonomi kelembagaan dapat ditunjukkan dengan masih kurangnya kemampuan pabrik gula dalam
menggalang jaringan kerjasama suatu kelembagaan yang solid. Persentase keberhasilan tebu yang tergiling pada PG Gempolkrep
khususnya masih belum maksimal, berarti dipastikan terdapat potensi tebu petani yang masih dapat dioptimalkan untuk peningkatan produktivitas
pabrik gula. Selain itu permasalahan petani tegakan merupakan bagian dari masalah kinerja kelembagaan agribisnis tebu. Petani memiliki
kebebasan dalam memilih kepada siapa tebunya akan digiling. Namun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
ketidakefisiensian struktur ekonomi kelembagaan dalam menggalang jaringan kerjasama menjadikan persentase petani tegakan di wilayah
areal PG Gempolkrep relatif tinggi. Oleh karena itu dibutuhkannya pengembangan produksi tebu dan industri gula yang komprehensif,
sehingga akan mendukung penataan kelembagaan yang sinergis. Skema kerangka pemikiran dapat menggambarkan bagaimana
kinerja masing-masing lembaga akan mempengaruhi proses pelaksanaan kelembagaan agribisnis tebu di PG Gempolkrep. Dimana tugas dan fungsi
masing-masing lembaga yang berperan dicocokan dengan penerapannya di lapangan. Dengan ini diharapkan rules of the game atau aturan main
penerapan agribisnis tebu di PG Gempolkrep jelas, tidak terdapat satu lembaga dan lainnya saling tumpang tindih dalam tugas dan fungsinya.
Berdasarkan skema kerangka pemikiran, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai ekonomi
kelembagaan, khususnya
pada agribisnis
tebu. Penelitian
ini
mengembangkan penelitian Ertaningrum 2007, dimana tidak hanya
mendeskripsikan peranan pabrik gula dan petani tebu saja. Didukung pula penelitian Singgih 2009, yang menyatakan kelembagaan pada usahatani
tebu yang menyebabkan petani tebu tidak pernah merasakan kredit macet atau kondisi Non Performing Loan NPL. Kerangka pemikiran penelitian
ini mengacu pada penelitian Saptana, dkk 2003 dengan judul Kinerja
Kelembagaan Agribisnis Beras di Jawa Barat, hanya pada penelitian ini lebih fokus pada subyek agribisnis tebu di wilayah kerja PG Gempolkrep.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Analisis kinerja kelembagaan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan dari tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga
berdasarkan visi, misi dan tujuan yang digunakan dalam pelaksanaan agribisnis tebu keterkaitannya dengan lembaga lain sesuai “Road Map
Program Pemerintah Swasembada Gula 2006-2009”. Dimana pada Road Map Swasembada Gula 2006-2009 telah merincikan masing-masing
lembaga yang bertanggung jawab dalam upaya menyukseskan program pemerintah memenuhi kebutuhan gula nasional, beserta rincian kegiatan
pokoknya masing-masing
lembaga. Diharapkan
hal ini
dapat mendeskripsikan dan menganalisakan kinerja kelembagaan agribisnis
tebu, khususnya di wilayah kerja PG Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur. Berikut skema kerangka pemikiran penelitian :
Gambar 7. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Lumbaga
bursifat makro Lumbaga
bursifat mikro Masing-masing
dideskripsikan sesuai keadaan
aplikasi di lapangan Masing-masing
lembaga diuraikan tugas
dan fungsinya
Dicocokan berdasarkan visi, misi tujuan masing-masing lembaga
Kinurja Kulumbagaan Agribisnis Tubu
Disesuaikan dengan Road Map Program Pemerintah Swasembada Gula 2006-2009
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive sengaja yaitu di Pabrik Gula Gempolkrep, terletak di Desa Gempolkrep Kecamatan Gedeg,
Mojokerto Jawa Timur. PG Gempolkrep merupakan salah satu pabrik gula PTPN X yang memberikan kontribusi terbesar untuk memenuhi kebutuhan
gula di Indonesia umumnya dan Propinsi Jawa Timur khususnya. PG Gempolkrep secara operasional menerapkan sistem kelembagaan
agribisnis tebu.
3.2. Metode Pendekatan Penelitian dan Penentuan Informan
Model penelitian ini adalah eksplorasi dengan pendekatan kualitatif. Dimana peneliti akan menyampaikan realitas kelembagaan agribisnis tebu
sebara utuh dalam perspektif emik. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling atau disebut juga purposive sampling dengan sengaja dipilih sebagai informant leader information key person sebagai
subyek yang akan ditemui dan dimintakan pendapatnya oleh peneliti sesuai kondisi yang sesungguhnya. Orang-orang yang memberi informasi
ini adalah orang kunci yang paham tentang sistem kelembagaan agribisnis tebu, baik kelembagaan yang bersifat makro maupun mikro,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber