BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ertaningrum 2007 dengan
judul “Analisis Ekonomi Gula : Suatu Pendekatan Konsep Ekonomi Kelembagaan dan Matriks Analisis Kebijakan Studi Kasus di PG Krebet
Baru dan PG Kebon Agung, Kabupaten Malang”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1 Mendeskripsikan aspek ekonomi
kelembagaan pada industri gula di Malang mulai dari kelembagaan petani tebu sampai dengan pabrik gula; 2 Menganalisis perbedaan biaya
usahatani dan biaya transaksi dari petani tebu kredit dan petani tebu bebas serta tingkat keunggulan komparatif dan kebijakan usahatani tebu;
3 Menganalisis biaya produksi dan biaya transaksi dari pabrik gula BUMN dan pabrik gula swasta yang terdiri dari produksi, pasar, manjerial
dan biaya transaksi politik. Hasil dari penelitian tersebut adalah sumber kredit petani tebu di
Kabupaten Malang untuk petani kredit didapatkan dari koperasi atau pabrik gula, sedangkan untuk sumber dana petani bebas didapatkan dari
pedagang perantara tengkulak dan tetangga atau keluarga. Dan pengembalian kreditnya dilakukan setelah masa panen. Biaya produksi
yang dikeluarkan ada enam macam, yaitu : upah tenaga kerja, sewa traktor, bibit, pupuk, sewa lahan dan irigasi. Sedangkan biaya transaksi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
pada petani tebu dapat dikategorikan sebagai berikut : pajak tanah, tebang-muat-angkut dan karung, fee Surat Perintah Tebang Angkut
SPTA, fee untuk pedagang perantara dan tengkulak, pesta adat, bunga kredit, selisih marjin bunga, kertas kerja, biaya korbanan dan
keterlambatan kredit. Biaya transaksi yang dikeluarkan PG Krebet Baru lebih rendah daripada PG Kebon Agung, meskipun lebih rendah namun
hampir 90 persen biaya transaksinya untuk manajerial. Bisa disimpulkan bahwa besarnya biaya dikarenakan sifat birokrasi Pabrik Gula BUMN
masih sentralistik sehingga biaya transaksi yang dikeluarkan sangat besar. Sedangkan besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan PG Kebon
Agung adalah untuk biaya transaksi pasar agar pasokan bahan baku tebu berkesinambungan.
Skema penelitian :
Gambar 1. Skema Penelitian Ertaningrum, 2007
Pabrik Gula BUMN
Pabrik Gula Swasta
Putani Tubu bubas
Putani Tubu krudit
Pabrik Gula di Malang Putani di Malang
Diduskripsikan burdasarkan aspuk ukonomi kulumbagaan
Dianalisis burdasarkan : 1.
Biaya produksi
2.
Biaya transaksi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Penelitian tentang kelembagaan juga dilakukan oleh Singgih 2009, dengan judul “Non Performing Loan NPL Pada Kredit Ketahanan
Pangan KKP : Studi Kajian Ekonomi Kelembagaan”. Penelitian tersebut bertujuan untuk 1 untuk memahami masalah-masalah kelembagaan
dalam Non Performing Loan pada usahatani petani tebu dan padi; 2 untuk memahami komponen-komponen kelembagaan agar dapat
mengurangi Non Performing Loan. Penelitian tersebut dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan
temuan data di lapangan adanya lembaga penjamin dan pengawas menjadikan kelembagaan yang terdapat pada usahatani tanaman tebu
lebih solid sehingga menjadikan usahatani tanaman tebu memiliki nilai Non Performing Loan yang rendah. Dan juga keterkaitan antar lembaga
dalam usahatani tanaman tebu menjadikan biaya pengawasan dan penjaminan menjadi rendah sehingga transaksi yang timbul semakin
efisien dan keterkaitan kelembagaan tersebut dapat mengurangi resiko kredit macet yang timbul.
Skema penelitian :
Gambar 2. Skema Penelitian Singgih, 2009
Putani Tubu Kab. Lumajang Putani Padi Kab. Lumajang
Diduskripsikan masalah-masalah kulumbagaan yang mumpungaruhi Non Performing Loan
Dianalisis fungsi puran kulumbagaan dalam munyulusaikan masalah-masalah agar mungurangi Non Performing Loan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Penelitian terdahulu mengenai kelembagaan lainnya dilakukan oleh
Saptana, dkk 2003 dengan judul “Kinerja Kelembagaan Agribisnis Beras
di Jawa Barat”. Dalam penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kinerja kelembagaan agribisnis beras dan merumuskan alternatif model
kelembagaan pengembangan agribisnis beras. Kinerja kelembagaan agribisnis beras di Jawa Barat dapat ditinjau
dari : 1 Keragaan sumber daya lahan; 2 Kelembagaan pengadaan saprodi; 3 Aplikasi teknologi petani dan kelembagaan di tingkat petani;
4 Kelembagaan panen dan penanganan pasca panen; dan 5 Kelembagaan pemasaran dan distribusi.
Berdasarkan analisis keragaan dan kelembagaan agribisnis beras di Jawa Barat menunjukkan bahwa dari aspek teknik budidaya,
masyarakat petani sudah melakukan budidaya dengan relatif baik. Implikasi kebijakan penting yang perlu ditempuh dalam rangka perbaikan
agribisnis beras antara lain adalah 1 Meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil melalui perbaikan benih dan teknologi budidaya; 2
Membangkitkan kembali peranan kelembagaan lokal guna meningkatkan efisien dan efektivitas transfer teknologi, dalam pengadaan input serta
pemasaran hasil; 3 Kebijakan insentif berupa investasi publik di tingkat pedesaan infrastruktur irigasi, jalan usahatani, kecermatan pasca panen,
infrastruktur pasar, kredit program, serta penyediaan teknologi spesifik lokasi; 4 Kebijakan tarif, sepanjang masih dalam kesepakatan GATT; 5
Reposisi dan revitalisasi kelembagaan Bulog Dolog; 6 Membangkitkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
lagi pasar untuk segmen PNS, TNI dan POLRI dengan semangat otonomi daerah dan nasionalisme melalui jaminan kualitas produk.
Skema penelitian :
Gambar 3. Skema Penelitian Saptana, dkk 2003
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Tebu