Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif

kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen dengan mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman belajar baik individu maupun kelompok. Bentuk partisipasi siswa yang diharapkan dapat berupa keterlibatan mereka dalam suatu kelompok diskusi. Pada aktivitas ini terjadi proses belajar mengajar antar siswa, berupa saling bertanya, saling menjelaskan, dan mempraktikkan kemampuan-kemampuan lain dalam wadah kelompok diskusi. Dalam proses pembelajaran ini dapat diharapakan mampu meransang siswa untuk berpikir kritis, inovatif, aktif dan kreatif serta mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi tipe STAD didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan tipe STAD, dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok. 25 Unsur-unsur dasar tipe STAD sebagai berikut: siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama; siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri; siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelomponya memiliki tujuan yang sama; siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara kelompoknya; siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiahpenghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota keompok; siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 26 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki ciri-ciri berikut: a Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi 25 Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90 26 Ibid, h. 90 belajarnya; b Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; c Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; dan d Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. 27

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: penyajian kelas, kegiatan kelompok, tes, peningkatan individu dan pengakuan kelompok. Lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan sebagai berikut. 1 Penyajian kelas Penyajian kelas adalah tahap dimana siswa memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Tahapan ini diikuti dengan penyajian informasi sebagaimana biasanya, dengan menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang sesuai misalnya ceramah, tanya jawab, peragaan, dan demonstrasi. Penyajian kelas dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penelusuran kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pembelajaran. 2 Kegiatan kelompok Siswa bekerja dan belajar bersama didalam kelompok. Waktu yang digunakan 1 – 2 jam pelajaran. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 – 5 orang yang beragam, baik itu kemampuan akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnik dalam satu kelompok. Kerja tim merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk timya. Sesama anggota tim memberikan dukungan kepada temannya untuk kinerja akademik dan menunjukkan saling peduli. 27 Ibid, h. 90 3 Tes individual Setelah siswa berlatih dalam kelompok, siswa diberi tes individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerja sama dengan yang lain. Setiap siswa diharapkan berusaha untuk bertanggungjawab secara individual untuk menjawab soal tes dan memberikan hasil yang terbaik sebagai konstribusinya kepada kelompok. 4 Memberikan skor peningkatan individual Pemberian skor peningkatan individual bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setia siswa agar dapat menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu yang disumbangkan untuk kelompokknya. Pengelolaan hasil kerja kelompok adalah skor awal, skor tes, skor peningkatan individu dan skor kelompok. Skor peningkatan didapat dari kaitan skor awal dan skor tes. Jika ada peningkatan atau penurunan maka akan diberi poin tersendiri, dan skor untuk kelompok dikumpulkan dari peningkatan seluruh anggota kelompok, dicatat dan dijumlahkan maka itu akan menjadi skor kelompok. Contoh pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu Skor Tes Skor Peningkatan a. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal b. Antara 10 sampai 1 di bawah nilai awal c. Antara 0 sampai 10 di atas nilai awal d. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal e. Nilai terbaik tidak berdasarkan nilai awal 5 10 20 30 40 5 Pengakuan kelompok Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok yang diperoleh dengan mengumpulkan kemajuan masing-masing anggota