generalisasi.
30
Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan bahwa “konsep adalah
suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat atribut- atribut umum”.
31
Berdasarkan berbagai definisi mengenai konsep dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu idea tau gagasan yang menerangkan suatu objek
berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta. Adapun ciri-ciri konsep yaitu:
32
1 Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu
dengan konsep lainnya. 2
Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. 3
Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya.
4 Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih
dominan obvious daripada yang lainnya. Jenis-jenis konsep adalah sebagai berikut:
33
1 Konsep konjungtif, nilai-nilai tertentu yang penting dari berbagai atribut
disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk menghasilkan suatu konsep konjungtif.
Contoh:
Atribut Nilai
Konsep
- Nomor
- Warna
- Bentuk
Tiga Hitam kekuning-kuningan
Bulatbundar Tiga bulatan yang hitam
kekuning-kuningan
2 Konsep konjungtif sangat mudah dipelajari dan diajarkan, sebab hanya
menambah kualitas adaptif antara atribut dan nilai-nilai. Dengan cara itu, kita dengan mudah membedakan antara anjing, kucing, dan kuda.
30
Armiza. Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya dalam Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA, Vol. I, No, 1, Maret 2007, h. 79
31
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara: 2005, cet. ke-4, h. 161
32
Ibid, h. 162
33
Ibid, h. 163
3 Konsep disjungtif, sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang
berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan nilai-nilai dapat didistribusikan antara yang satu dengan yang lainnya.
4 Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubungan-hubungan
khusus antaratribut. Misalnya konsep jarak dan konsep arah. Jarak menunjuk pada hubungan antara dua titik, yakni terdapat dua titik yang terpisah arah,
juga menunjukkan hubungan antara dua titik gerakan dari satu titik ke titik lainnya.
b. Penguasaan Konsep
Dari proses pembelajaran yang berlangsung, diharapkan siswa dapat menguasai konsep-konsep dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Dalam
hal ini penguasaan konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah mengalami pembelajaran. Penguasaan konsep yang dimaksud di sini tidak terbatas hanya
mengenal konsep itu, tetapi siswa harus dapat menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain yang masih ada kaitannya. Berkaitan hal ini
Novak dan Gowin dalam Baihaqi, menyatakan bahwa penguasaan konsep tidak didasarkan pada kemampuan siswa untuk mengetahui seluruh konsep yang
diajarkan saja, tetapi lebih merupakan perkembangan hubungan proporsional antara konsep yang menjadi pusat perhatian dan konsep lain yang dihubungkan.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penguasaan konsep identik dengan pemahaman konsep, yaitu sekelompok perubahan tingkah laku kemampuan
siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir dengan jenjang: ingatan C
1
, pemahaman C
2
, aplikasi C
3
, analisa C
4
, evaluasi C
5
, dan kreatif C
6
Bloom dalam Anderson dan Krathwohl.
34
Adapun penguasaan konsep fisika dimaksudkan sebagai tingkatan dimana seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep fisika, melainkan benar-
benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri
34
Akhmad Akhyani, Op. Cit., h. 102
maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan taksonomi Bloom, penguasaan konsep dalam penelitian ini hanya pada ranah kognitif C2.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelompok berkompetisi dengan kelompok-kelompok lain, siswa dalam satu kelompok bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas yang telah disiapkan oleh guru, hasil kerja dan penghargaan adalah untuk kelompok bukan untuk perorangan, siswa merasa keberhasilan
mereka bergantung pada perilaku dan kinerja siswa lainnya dalam kelompok, efektif dalam mengurangi dominansi siswa yang pintar dalam belajar kelompok,
dan guru memberi umpan balik untuk kelompok. Dengan demikian, interaksi dalam kelompok dan antar kelompok lebih efektif dan efisien karena adanya
bahan diskusi yang telah dirancang sedemikian rupa oleh guru dan adanya bimbingan dan arahan guru secara intensif.
Tipe STAD lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Peningkatan
belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir
kritis, dan pembelajaran konseptual meningkatkan secara nyata pada saat digunakan strategi-strategi kooperatif, siswa lebih memiliki kemungkinan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif daripada mereka bekerja secara individual atau kompetitif.
Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama.
35
Hal yang demikian diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa khususnya pada materi bunyi.
35
Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90