laporan kurang maka data atau laporan tidak mampu mencakup jumlah seluruh balita dan ibu hamil yang ada.
Poin yang mengatakan terdapat pengelompokkan data berupa usia dan jenis kelamin diberikan skor dua 2 yang berarti memadai karena berdasarkan hasil
telaah dokumen, didapatkan bahwa dalam surveilans gizi juga terdapat pengelompokkan data berupa usia yaitu balita dibagi menjadi empat kelompok
usia yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan dan 24-59 bulan sebagaimana tercantum dalam formulir pelaporan dan jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan. Pada poin adanya pertemuan dan rencana tahunan, peneliti memberikan
skor 1 yang berarti ada tetapi belum memadai karena mengenai pertemuan untuk mengkoordinasikan variable, koordinasi tidak selalu dilakukan dengan
pertemuan. Apabila ada variable baru yang dibutuhkan oleh pusat untuk dilaporkan maka staf gizi di suku dinas kesehatan akan memperbaiki template
atau formulir yang sudah disesuaikan dengan pelaporan sistem informasi gizi yang sudah ada lalu diberikan kepada tenaga pelaksana gizi di puskesmas.
Berdasarkan skor yang diberikan tiap poinnya, maka sumber data dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan dinilai dengan hasil skoring rata-rata 1,25 yang berarti ada tetapi kurang memadai.
5.4.4 Gambaran Manajemen Data Sistem Informasi Gizi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan, didapatkan informasi mengenai manajemen data yang terdapat dalam sistem informasi
gizi dimana skoring terhadap manajemen data tersebut dapat diuraikan pada tabel 5.6 sebagai berikut:
Tabel 5.6 – Penilaian Manajemen Data
No Item
Sangat Memadai
Memadai Ada tetapi
kurang memadai
Tidak adekuat
sama sekali Skor
3 2
1
1 Ada seperangkat prosedur
tertulis untuk pengelolaan data termasuk pengumpulan data,
penyimpanan,dan analisis √
2 2
Unit sistem informasi gizi di tingkat kabupaten menjalankan
data yang terintegrasi yang berisi data dari seluruh
populasidan sumber data dan memiliki utilitas yang user-
friendly yaitu pelaporandapat diakses kepada khalayak
berbagai pengguna √
1
3 Pada tingkat daerah, ada
gudang data yang setara dengan Nasional dan memiliki utilitas
pelaporan yang dapat diakses untuk berbagai pengguna
√ 2
Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system
WHO, 2008
Tabel 5.6 – Penilaian Manajemen Data lanjutan
No Item
Sangat Memadai
Memadai Ada tetapi
kurang memadai
Tidak adekuat
sama sekali Skor
3 2
1
4 Terdapat kamus yang
menyediakan definisi yang komprehensif tentang data.
Definisi ini meliputi informasi di bidang-bidang berikut: 1
penggunaan data dalam indikator; 2 spesifikasi
metode pengumpulan yang digunakan; 3 periodisitas
√ 2
5 Kode pengenal unik tersedia
untuk kabupaten untuk memfasilitasi penggabungan
dari beberapa database dari sumber yang berbeda
√ 1
Total Skor Rata-rata 1,6
Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system WHO, 2008
Manajemen data mencakup kegiatan mulai dari pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data. Alur pengumpulan data berdasarkan hasil
wawancara dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Bagan 5.2 Alur Pengumpulan Data
Berdasarkan bagan di atas, diketahui bahwa pengumpulan data dimulai dari tingkat posyandu dimana kader bertugas untuk mencatat hasil kegiatan
posyandu sebagai data awal untuk pelaporan. Data dari posyandu tersebut kemudian dikumpulkan ke tenaga pelaksana gizi di puskesmas kelurahan yang
akan direkap lalu dikumpulkan ke tenaga pelaksana gizi di puskesmas kecamatan. TPG di puskesmas kecamatan akan merekap data tersebut untuk
dikumpulkan ke suku dinas kesehatan. Kemudian staf gizi yang bertanggung Kementerian Kesehatan
Direktorat Bina Gizi www.gizi.depkes.go.idSIGIZI
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan
Puskesmas Kecamatan
Puskesmas Kelurahan
Posyandu Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta www.gizi.depkes.go.idSIGIZI
hardcopy
jawab di suku dinas kesehatan akan mengolah dan menganalisis data dari tiap puskesmas tersebut termasuk menindak lanjuti apabila ada data yang salah.
Setelah data tersebut dianggap valid kemudian dilaporkan ke tingkat pusat secara online melalui website sistem informasi gizi. Selain melaporkan ke
tingkat pusat melalui website, staf gizi di suku dinas kesehatan juga melaporkan ke dinas kesehatan provinsi Jakarta dalam bentuk hardcopy.
Peneliti memberikan skor dua 2 pada poin adanya seperangkat prosedur tertulis dan terdapatnya kamus menyediakan definisi yang komprehensif
tentang data, yang berarti memadai karena berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa untuk manajemen data dalam pelaksanaan
sistem informasi gizi sudah ada buku panduan berupa buku panduan surveilans yang disusun oleh Kemenkes dimana buku tersebut menjelaskan tentang
prosedur untuk pengelolaan, pengumpulan serta analisis data. Selain itu, buku tersebut juga menjelaskan definisi operasional dari masing-masing indikator
yang dilaporkan. Poin mengenai utilitas yang user-friendly yaitu pelaporan dapat diakses
oleh khalayak atau masyarakat umum diberikan skor satu 1 oleh peneliti yang berarti ada tapi tidak memadai karena dari hasil observasi diketahui untuk
melihat data atau pelaporannya cukup dengan mengakses website SIGIZI.depkes.go.id, maka dapat dilihat berbagai informasi gizi berupa laporan
kinerja pembinaan gizi masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Tetapi, bagi tenaga pelaksana pelaporan, website sigizi kurang user-friendly karena