Sumber Data Sistem Informasi Gizi

Kode pengenal dibutuhkan agar data tidak dapat dirubah oleh orang yang tidak memiliki wewenang.

6.7 Produk Sistem Informasi Gizi

Menurut WHO 2008, produk dalam sistem informasi gizi mencakup penilaian kualitas data dimana dalam produk data terdiri dari karakteristik usia dan harus adanya konsistensi terhadap data yang dilaporkan melalui sistem informasi gizi, dan pelaporan data dilakukan tepat waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada ketidakkonsistenan data yang harus dilaporkan dimana adanya perubahan cakupan data salah satunya penambahan cakupan balita kurus. Adanya perubahan cakupan data tersebut menyebabkan website sigizi belum stabil karena direnovasi dan hanya dapat digunakan untuk melihat data yang sudah ada sebelumnya. Hal tersebut dikeluhkan oleh staf gizi dan tenaga pelaksana gizi karena mereka kesulitan untuk menginput laporan ke website sigizi. Hal tersebut menyebabkan tenaga pelaksana gizi di Puskesmas menyerahkan pelaporan melalui SIGIZI kepada staf gizi di suku dinas kesehatan sehingga data Puskesmas kelurahan di suku dinas kesehatan Jakarta selatan pada website SIGIZI terdapat kekosongan dan hanya terisi data Puskesmas kecamatan dikarenakan data yang dilaporkan ke staf gizi sudah merupakan hasil rekap dari tiap Puskesmas kelurahan di tiap Puskesmas kecamatan. Data diukur beberapa kali dalam satu tahun yaitu setelah TPG menerima laporan dari kader apabila ada kejanggalan maka akan ditindaklanjuti dapat dengan cara meminta kader untuk mengukur ulang. Begitu pula setelah suku dinas menerima laporan dari puskesmas yang akan menindaklanjuti apabila ada kejanggalan pada data. Pengukuran data yang dilakukan beberapa kali dibutuhkan agar data akhir yang dilaporkan kedalam website sistem informasi gizi maupun ke tingkat pusat merupakan data valid dan dapat meminimalisir kesalahan. Data yang diukur sudah sesuai dengan cakupan terbaru yang dijadikan sebagai dasar pemikiran karena setiap ada perubahan pada website maka pihak sudin akan memperbaiki template atau formulir untuk pelaporan sesuai dengan data cakupan terbaru pada website. Pada pelaporan, masih ada keterlambatan baik dari posyandu ke puskesmas maupun puskesmas ke suku dinas kesehatan sehingga menyebabkan suku dinas kesehatan mengalami keterlambatan untuk melaporkan ke tingkat pusat secara online melalui website sistem informasi gizi. Tingkat posyandu sebagai sumber data awal mengalami keterlambatan dikarenakan kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti kegiatan posyandu sebagai langkah dalam mengumpulkan data awal sehingga kader harus melakukan kunjungan langsung ke rumah warga untuk memperoleh data yang menyebabkan kader membutuhkan waktu lebih banyak untuk membuat laporan. Tingkat puskesmas mengalami keterlambatan dalam pelaporan disebabkan oleh beberapa faktor terutama karena adanya beban kerja ganda yang dialami tenaga pelaksana sehingga mengalami kesulitan untuk fokus dalam pelaporan dan merasa kekurangan waktu untuk mengerjakan pelaporan. Keterlambatan pelaporan dari tingkat paling bawah yaitu posyandu menyebabkan tingkat suku dinas kesehatan juga terlambat untuk melaporkannya ke tingkat dinas kesehatan provinsi dan kementerian kesehatan atau pusat.