Gambaran Umum Informan Penelitian Ruang lingkup Sistem informasi Gizi

Gambar 5.1 Contoh Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Bulanan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2012 Sumber: website sistem informasi gizi

5.4 Hasil penelitian

Hasil penelitian ini merupakan gambaran pelaksanaan sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang meliputi komponen dari sistem informasi gizi yaitu berupa sumber daya, indikator, sumber data, manajemen data, produk informasi, diseminasi dan penggunaan informasi.

5.4.1 Gambaran Sumber Daya Sistem Informasi Gizi

Gambaran sumber daya yang terdapat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam pelaksanaan sistem infomasi gizi dapat dinilai berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat penelitian melalui skoring yang terdapat pada tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 berikut : Tabel 5.1 –Penilaian Sumber Daya : Kebijakan dan Koordinasi No Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 1 Dinas Kesehatan Kabupaten memiliki regulasi yang up-to-data berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi √ 2 Ada kegiatan rutin untuk pemantauan kinerja sistem informasi gizi dari berbagai subsistem, mulai dari dinas kesehatan sampai ke puskesmas √ 2 3 Terdapat kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan di tingkat daerah dan kecamatan untuk meninjau pelaksanaan sistem informasi gizi √ 1 Total Skor Rata-rata 1 Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system WHO, 2008 Poin mengenai adanya regulasi yang uptodate yaitu adanya undang-undang yang berlaku dan ditegakkan diberikan skor nol 0 oleh peneliti, yang artinya tidak memadai karena berdasarkan observasi yang dilakukan belum terlihat adanya kebijakan mengenai sistem informasi gizi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada kebijakan dan peraturan regulasi yang mengatur tentang pelaksanaan informasi gizi. Berikut kutipan penjelasan informan saat ditanyakan tentang regulasi yang berisi kerangka kerja untuk SIGIZI: “…oh belum… saya belum istilahnya belum instruksikan teman-teman untuk apa namanya input. Yang penting mereka kalau ada waktu, templatenya aja… Sebenarnya sih kalau Kemenkes sih suruhnya harus ada, Cuma ya itu kendalanya, karena berubah- ubah terus…” staf gizi. “…belum. Sebenarnya sih udah disuruh dari juni kemarin uji coba gitu ya tapi nyatanya masih laporannya selalu berubah gitu loh… sekalipun kita sudah buat formatnya itu pas mau dikirim kok ga terkirim…” TPG2 Penjelasan di atas diungkapkan oleh staf gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai penanggung jawab bagian gizi dan informan yang berada di Puskesmas. Mereka mengungkapkan bahwa Kemenkes memberi perintah untuk melaporkan hasil kegiatan pembinaan gizi masyarakat melalui website sistem informasi gizi. Tetapi, untuk saat ini tidak ada kebijakan dan peraturan dari tingkat pusat yang berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi yang mengatur tentang pelaksanaan pelaporan informasi gizi melalui website sistem informasi gizi. Kegiatan koordinasi untuk pemantauan kinerja sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan mulai dari pihak sudin sampai Puskesmas, koordinasinya tidak selalu berupa pertemuan tetapi melalui telepon. Berikut kutipan penjelasan saat ditanyakan tentang kegiatan koordinasi: “…Koordinasinya tidak harus dengan pertemuan. Karena pertemuan itu menyita waktu maksudnya, teman-teman tuh kalau bisa lewat telpon yang bisa disampaikan, gitu aja. Jadi ga usah lewat pertemuan kecuali dari Dinas ada surat …” staf gizi Kegiatan pertemuan yang tidak rutin untuk pemantauan kinerja sistem informasi gizi dari berbagai subsistem, mulai dari dinas kesehatan sampai ke puskesmas membuat peneliti memberikan skor dua 2 pada poin adanya kegiatan pemantauan yang rutin diberikan karena berdasarkan wawancara dapat disimpulkan bahwa kegiatan rutin jarang digunakan kecuali adanya surat dari dinas kesehatan. Poin adanya kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan diberikan nilai satu 1 oleh peneliti yang artinya ada namun kurang memadai karena tidak selalu ada surat perintah untuk melakukan pemantauan berupa kegiatan sehingga para tenaga pelaksana melakukan pemantauan hanya melalui telepon. Berdasarkan informasi dan penjelasan di atas, poin sumber daya berupa kebijakan dan koordinasi mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat dinilai dengan hasil skoring rata-rata 1 yang berarti kurang adekuat dikarenakan tidak adanya peraturan, tidak rutinnya kegiatan pemantauan kinerja mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi serta kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan yang kurang memadai. Tabel 5.2 – Penilaian Sumber Daya : Dana dan Tenaga Pelaksana No Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 1 Ada sebuah unit fungsional, yang bertanggung jawab untuk administrasi sistem informasi gizi, manajemen, analisis, diseminasi dan penggunaan informasi di tingkat daerah √ 2 2 Ada aktivitas kapasitasi tenaga di tingkat kabupaten dan puskesmas √ 2 3 Ada anggaran dalam anggaran daerah yang diperuntukkan untuk pelaksanaan sistem informasi gizi √ 2 Total Skor Rata-rata 2 Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system WHO, 2008 Peneliti memberikan skor dua 2 pada poin adanya unit fungsional administrasi sistem informasi gizi yang artinya memadai karena berdasarkan wawancara dengan informan, didapatkan informasi bahwa ada unit yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem informasi gizi yaitu staf gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan tetapi sumber daya yang tersedia masih belum memadai yaitu hanya ada satu staf gizi yang bertanggung jawab. Berikut kutipan penjelasan mengenai unit fungsional: