Keterbatasan Penelitian Ruang Lingkup Sistem Informasi Gizi

saat ditemukan kejanggalan pada data, kegiatan koordinasi berupa pertemuan juga dibutuhkan untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami para tenaga pelaksana di tiap tingkatan sehingga dapat ditemukan solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Salah satu hal yang menyebabkan tidak rutinnya kegiatan pemantauan berupa pertemuan adalah tidak tersedianya kebijakan yang mengharuskan mengadakan pertemuan dalam kegiatan pemantauan. Anggaran yang spesifik dianggarkan untuk pelaksanaan sistem informasi gizi belum tersedia tetapi sudah tersedia anggaran dalam program surveilans gizi. Anggaran yang tersedia tersebut dianggap memadai bagi informan terutama staf gizi di suku dinas kesehatan karena memang belum menjadikan pelaporan melalui sistem informasi gizi sebagai prioritas. Menurut WHO 2008, anggaran diperlukan dalam perencanaan guna peningkatan sumber daya. Anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan sistem informasi gizi melekat pada program gizi dikarenakan tidak adanya kebijakan yang mengatur pelaporan melalui sistem informasi gizi sehingga alokasi dana untuk peningkatan sumber daya lainnya terutama pemerataan sarana pendukung berupa ICT di tiap Puskesmas masih belum merata. Tenaga pelaksana sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan telah mendapatkan pelatihan dari kementerian kesehatan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi, tenaga pelaksana gizi di puskesmas telah mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi dan arahan dari Suku Dinas Kesehatan, dan kader di posyandu sudah mendapatkan pelatihan dari pihak puskesmas. Tetapi, tenaga pelaksana di tiap tingkat manajemen kesehatan dinilai kurang memadai karena jumlah mereka yang terbatas dengan beban kerja yang tinggi. Pelaksanaan sistem informasi gizi membutuhkan beberapa sarana antara lain formulir, kertas, pensil, komputer dan koneksi internet yang dibutuhkan untuk mencatat dan melaporkan kinerja pembinaan gizi masyarakat dan informasi yang tersedia. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa kebutuhan sarana berupa formulir, kertas, pensil untuk mencatat dan melaporkan data dan komputer sudah tersedia dan memadai. Tetapi, untuk koneksi internet yang dibutuhkan untuk melaporkan melalui website sigizi masih kurang memadai terutama di puskesmas yaitu di puskesmas Jagakarsa karena tidak tersedia koneksi internet di ruang poli gizi yang letaknya di lantai 2 tetapi hanya ada di lantai 4 sehingga dapat memperlambat kerja tenaga pelaksana dalam pelaporan karena dengan banyaknya beban kerja membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk bekerja di ruangan yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan seringkali mereka harus menggunakan modem pribadi untuk melakukan pelaporan melalui website sistem informasi gizi. Tidak meratanya peralatan ICT di tiap Puskesmas mengakibatkan pemeliharaan peralatan ICT juga masih kurang memadai.

6.4 Indikator Sistem Informasi Gizi

Indikator dalam sistem informasi gizi antara lain data cakupan penimbangan posyandu SKDN, cakupan balita gizi buruk ditanganidirawat, cakupan ibu hamil mendapat Fe3, data cakupan pemberian vitamin A, data cakupan konsumsi garam beryodium, dan data cakupan ASI eksklusif. Indikator tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN bidang kesehatan