Manajemen Data Sistem Informasi Gizi
laporan dari puskesmas yang akan menindaklanjuti apabila ada kejanggalan pada data. Pengukuran data yang dilakukan beberapa kali dibutuhkan agar data akhir yang
dilaporkan kedalam website sistem informasi gizi maupun ke tingkat pusat merupakan data valid dan dapat meminimalisir kesalahan. Data yang diukur sudah
sesuai dengan cakupan terbaru yang dijadikan sebagai dasar pemikiran karena setiap ada perubahan pada website maka pihak sudin akan memperbaiki template atau
formulir untuk pelaporan sesuai dengan data cakupan terbaru pada website. Pada pelaporan, masih ada keterlambatan baik dari posyandu ke puskesmas
maupun puskesmas ke suku dinas kesehatan sehingga menyebabkan suku dinas kesehatan mengalami keterlambatan untuk melaporkan ke tingkat pusat secara online
melalui website sistem informasi gizi. Tingkat posyandu sebagai sumber data awal mengalami keterlambatan dikarenakan kurangnya partisipasi masyarakat untuk
mengikuti kegiatan posyandu sebagai langkah dalam mengumpulkan data awal sehingga kader harus melakukan kunjungan langsung ke rumah warga untuk
memperoleh data yang menyebabkan kader membutuhkan waktu lebih banyak untuk membuat laporan. Tingkat puskesmas mengalami keterlambatan dalam pelaporan
disebabkan oleh beberapa faktor terutama karena adanya beban kerja ganda yang dialami tenaga pelaksana sehingga mengalami kesulitan untuk fokus dalam
pelaporan dan merasa kekurangan waktu untuk mengerjakan pelaporan. Keterlambatan pelaporan dari tingkat paling bawah yaitu posyandu menyebabkan
tingkat suku dinas kesehatan juga terlambat untuk melaporkannya ke tingkat dinas kesehatan provinsi dan kementerian kesehatan atau pusat.
Tingkat suku dinas kesehatan mengalami keterlambatan pelaporan disebabkan juga karena banyaknya beban kerja yang lebih menjadi prioritas dibandingkan
dengan pelaksanaan sistem informasi gizi. Belum dijadikannya pelaksanaan sistem informasi gizi sebagai prioritas berkaitan dengan belum adanya kebijakan yang
mengatur dan mewajibkan kegiatan tersebut sehingga mempengaruhi kepatuhan tenaga pelaksana dalam ketepatan waktu pelaporan. Keterlambatan pelaporan dapat
menyebabkan keterlambatan bagi pembuat keputusan dalam menerima laporan. Pemisahan atau pengelompokan data dalam sistem informasi gizi terdapat
pengelompokkan berupa usia balita dimana data dikelompokkan karena penilaian status gizi dan pertumbuhan seseorang dapat berbeda berdasarkan usianya. Tetapi
pengelompokkan data berdasarkan status sosial ekonomi dan wilayah tidak ada dimana estimasi data berdasarkan wilayah hanya dipisahkan sesuai batas
administrasi karena wilayah Jakarta Selatan sendiri sudah termasuk wilayah rural. Estimasi data berdasarkan status sosial ekonomi antara lain pendapatan, pekerjaan,
dan pendidikan orang tua perlu diketahui dalam kasus gizi buruk dan gizi kurang agar dapat diketahui akar masalah yang melatarbelakangi terjadinya kasus gizi buruk
maupun gizi kurang.